Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/55

e-Konsel edisi 55 (15-1-2004)

Kehilangan Pekerjaan

><>                 Edisi (055) -- 15 Januari 2004                <><

                               e-KONSEL
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

Daftar Isi:
    - Pengantar            : Lanjutan Edisi Lalu
    - Cakrawala            : Sekonyong-konyong
    - Telaga               : Menghadapi PHK
    - Bimbingan Alkitabiah : Kehilangan Pekerjaan
    - Surat                : List Transkrip Telaga

*REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI*

                    -*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*-

  Seperti yang telah kita beritahukan pada edisi yang lalu, e-Konsel
  membahas tema-tema per bulan. Pada bulan Januari ini tema yang kami
  pilih adalah tentang "Pekerjaan". Untuk tema ini ada dua topik yang
  kita bahas. Edisi yang lalu telah membahas topik "Pandangan Kristen
  Terhadap Pekerjaan", maka edisi kali ini kami menyajikan topik
  tentang "Kehilangan Pekerjaan".

  Dalam hidup ini kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi
  pada kita. Suatu saat kita bisa saja tiba-tiba kehilangan pekerjaan,
  entah karena hasil yang tidak sesuai dengan yang diharapkan, kena
  fitnah, kurang dana, sudah saatnya berhenti dari pekerjaan itu
  (pensiun), dsb. Orang yang paling terpengaruh oleh kehilangan
  pekerjaan ini pastilah orang-orang yang terdekat -- bisa suami atau
  istri atau anak atau orangtua/mertua atau anggota keluarga yang
  lain yang dekat. Bagaimana kita dapat memberikan penghiburan atau
  dukungan kepada mereka? Nah, kami harap sajian edisi ini bisa
  memberikan gambaran kepada kita bagaimana menolong, terutama suami
  atau istri kita, untuk keluar dari kesulitan yang dihadapi karena
  kehilangan pekerjaan.

  Tanpa banyak basa-basi lagi, segera saja simak edisi kali ini untuk
  mendapatkan jawabannya.

  Redaksi


*CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA*

                      -*- SEKONYONG-KONYONG -*-
                    Oleh: Pdt. Paul Gunadi, Ph.D.

  Tokoh Yusuf dalam Alkitab adalah seorang pemuda yang luar biasa.
  Bayangkan, dalam sekejap ia berubah status: dari seorang anak kecil
  yang dimanja ayahnya, sekonyong-konyong ia menjadi seorang budak
  yang dijual saudaranya. Dari seorang anak yang mempunyai segalanya,
  ia meluncur turun menjadi seorang budak yang kehilangan segalanya.
  Namun ia tidak selalu berada di dasar kehidupan, perlahan namun
  pasti ia merangkak naik menjadi kepala rumah tangga di rumah
  majikannya. Tetapi sekali lagi, ia harus mengalami bantingan yang
  menghempaskannya ke lantai dasar kehidupan: ia difitnah istri
  majikannya karena ia menolak berzinah dengan istri yang tidak setia
  itu. Terlemparlah Yusuf ke penjara dan di sanalah ia mendekam seraya
  menantikan hari pelepasannya. Hari itu pun tiba tatkala Raja Firaun
  bermimpi dan ia dipanggil untuk menerjermahkan makna mimpi itu. Dari
  seorang budak sekaligus tahanan, sekonyong-konyong ia melesat ke
  atas menjadi seorang perdana menteri -- orang kedua setelah Firaun!

  Ada satu pengamatan tentang Yusuf yang layak kita perhatikan.
  Kendati ia harus mengalami bantingan dan lonjakan -- yang selalu
  terjadi dengan sekonyong-konyong -- Yusuf tidak pernah berubah: Ia
  tetaplah Yusuf yang takut akan Tuhan. Karier atau tugas apa pun yang
  disandangnya, ia tetap sama: Ia mengerjakan semuanya dengan sebaik-
  baiknya dan dengan penuh tanggung jawab. Dan, ini yang penting: pada
  masa duka ia tidak mengkerut, pada masa suka ia tidak mencelat. Ia
  tetaplah Yusuf yang baik hati dan bagi saya, ini yang membuatnya
  luar biasa.

  Donald Super menjelaskan bahwa pembentukan karier berawal di usia
  remaja -- tahap yang disebutnya TAHAP KRISTALISASI -- masa di mana
  kita mulai memikirkan pelbagai pilihan karier. Selanjutnya, kita
  memasuki TAHAP SPESIFIKASI yakni kurun dimana kita menyempitkan
  pilihan pada satu atau dua bidang saja dan ini biasanya terjadi di
  akhir masa remaja. Kemudian kita membulatkan tekad dan
  menindaklanjuti pilihan itu dengan, misalnya berkuliah atau
  mengikuti pelatihan -- fase yang disebut Donald Super sebagai TAHAP
  IMPLEMENTASI.

  Setelah usai berkuliah, kita pun turun ke lapangan kerja dan
  mulailah kita membuat fondasi guna membangun karier. Tahap ini --
  yang disebut TAHAP STABILISASI -- berlangsung pada masa dewasa awal
  dan berjalan sampai usia pertengahan. Pada bagian puncak dari
  perkembangan karier sebelum kita akhirnya mulai beranjak turun,
  biasanya kita melewati TAHAP KONSOLIDASI -- tahap di mana kita
  mengembangkan karier yang telah kita dirikan. Begitulah kira-kira
  perjalanan karier kita pada umumnya.

  Masalahnya adalah, tidak semua kita termaktub dalam kategori "pada
  umumnya". Ada sebagian dari kita yang harus dan terus berkutat
  menemukan pilihannya sampai usia senja. Ada sebagian lagi yang
  terpaksa beralih karier karena paksaan kondisi sehingga harus
  mengawali tahap stabilisasi lagi di saat seyogianya kita mulai
  mengembangkan karier. Dan, ada di antara kita yang sampai saat ini,
  tetap tidak tahu di mana seharusnya kita berada dalam garis karier
  ini. Kita masih merenung dan mungkin menyesali langkah-langkah yang
  pernah kita ambil. Kita tersesat di hutan belantara kehidupan dan
  tidak tahu bagaimana dapat keluar.

  Beberapa waktu yang lalu saya bercakap-cakap dengan seorang
  pengemudi taksi yang bercerita tentang masa lalunya. Ternyata ia
  keluaran sekolah lanjutan yang kondang di kotanya; bahkan ia pun
  pernah berkuliah di sebuah perguruan tinggi yang baik namun sebelum
  tamat, ia meninggalkan bangku kuliah. Ia tidak menjelaskan alasannya
  namun ia menyesali hidupnya. Sekarang pada usia menuju 40 ia
  terpaksa menumpang lagi dengan orangtuanya; ia merasa malu dan
  bersalah.

  Bagi kita yang pernah atau tengah menikmati karier, kita menyadari
  bahwa pada akhirnya kita mengaitkan karier dengan diri kita sendiri.
  Misalkan, seorang dokter medis kerap memanggil dirinya dengan
  sebutan "dokter" tatkala ditanya siapa namanya. Atau, seorang
  pendeta akan menyebut gelar kependetaannya sewaktu sedang
  memperkenalkan dirinya. Baik secara tersurat atau tersirat, kita
  mengidentikkan diri dengan pekerjaan yang kita lakukan sebab
  bukankah kita mencurahkan porsi terbesar dari waktu kita pada
  pekerjaan? Itu sebabnya mengubah garis karier kadang menjadi sebuah
  tugas yang berat. Saya kira salah satu penyumbang kesukarannya
  adalah karena perubahan karier bermuara pada perubahan identitas
  diri -- suatu gambar pengenal yang telah melekat pada diri selama
  bertahun-tahun.

  Kesukaran berikutnya berhulu pada kenyataan bahwa pembangunan karier
  tidak terjadi dengan sekonyong-konyong. Sebagaimana diuraikan Donald
  Super, fase penaburan dimulai pada masa remaja dan pada umumnya kita
  baru mencicipi hasil tuaian pada masa mendekati paro-baya suatu
  rentang waktu yang mencakup sekurangnya dua dekade. Perubahan karier
  berarti meninggalkan investasi waktu, tenaga, dan uang yang tidak
  sedikit. Namun, hidup tidak selalu berjalan seperti yang kita
  bayangkan. Adakalanya kita dibuat kaget karena sekonyong-konyong
  kita harus membelokkan arah perjalanan dan kita tidak siap.
  Ketidaksiapan bisa berbuntut panjang dan tragis: ada yang frustrasi,
  ada yang depresi, dan ada yang mengakhiri hidupnya.

  Saya kira Yusuf pun tidak pernah siap menyambut perubahan "karier"
  yang selalu menyapa hidupnya dengan sekonyong-konyong (Kejadian 37-
  50). Dari seorang anak yang dihangati kasih sayang ayah, ia tidak
  siap dilempar ke dalam sumur untuk dibunuh oleh saudara kandungnya
  sendiri. Ia pun tidak siap menggantikan kondisi hidupnya dari
  seseorang yang merdeka menjadi seorang budak. Ia juga tidak siap
  difitnah dan dibuang ke penjara tanpa proses peradilan yang menurut
  perhitungan manusia di situlah ia akan terus mendekam sampai ajal
  menjemputnya.

  Terakhir, saya kira ia pun tidak siap menerima promosi yang tidak
  kepalang tanggung: menjadi penguasa salah satu negara terjaya pada
  zamannya.

  Charles Swindoll kerap mengingatkan agar kita tidak menggenggam
  hidup erat-erat -- peganglah hidup namun jangan menggenggamnya. Kita
  tidak tahu kapan kita harus melepaskan pegangan tangan kita dan
  genggaman yang erat sudah tentu akan menyulitkan kita untuk
  melepaskan apa pun itu yang kita sayangi, termasuk karier.
  Keengganan atau ketidaksiapan kita melepaskan genggaman karier bisa
  menimbulkan korban: kita sendiri atau orang lain yang kita tuding
  tengah mengancam karier kita.

  Meski ia tidak pernah siap, Yusuf bertahan dalam kondisi apa pun
  sebab ia tetap percaya bahwa masih ada Tuhan dalam hidup ini dan
  bahwa Ia tetaplah Allah yang baik yang masih melihat dan memelihara
  anak yang dikasihi-Nya. Situasi "sekonyong-konyong" tidak harus
  meluluhkan iman dan karakter kristiani kita. Apa pun kondisinya,
  ingatlah, jangan menggenggam karier, genggamlah tangan Tuhan saja!

-*- Sumber -*-:
  Judul Buku: Parakleo, Edisi Juli-September, Vol.X, No.3
  Penulis   : Pdt. Paul Gunadi, Ph.D.
  Penerbit  : STTRII
  Halaman   : 2 - 4

  Jika Anda tertarik untuk berlangganan Buletin Psikologi Parakaleo,
  Anda bisa menghubungi:
  Departemen Konseling STTRII
  Jl. Kemang Utara IX No. 10 Jakarta 12760
  Telp. (021) 7982819, 7990357 Fax. 7987437

  atau melalui e-mail di alamat:
  ==>   < reformed@idola.net.id >


*TELAGA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TELAGA*

                        -*- MENGHADAPI PHK -*-

  Kehilangan pekerjaan secara tiba-tiba pasti menyebabkan kekecewaan
  yang mendalam pada orang yang mengalaminya. Bagaimana jika kejadian
  itu menimpa suami atau istri atau teman kita? Apa yang harus kita
  lakukan agar kejadian seperti itu tidak menimbulkan luka yang
  mendalam pada orang mengalaminya? Simak ringkasan perbincangan
  dengan Pdt. Dr. Paul Gunadi berikut ini!

------
  T: Banyak orang terpaksa mengalami pemutusan hubungan kerja atau
     PHK, entah karena pensiunnya dipercepat atau karena perusahaan
     sudah tidak mampu lagi untuk membayar. Bagaimana pengaruhnya
     terhadap sebuah keluarga?

  J: Kita harus memahami proses atau dampak PHK pada keluarga. Waktu
     suami kehilangan pekerjaan, dia kehilangan jati diri, dia
     kehilangan dirinya. Nah, cukup umum pria-pria yang kehilangan
     pekerjaan juga mulai mengucilkan diri dari pergaulan sosial
     karena dia merasa tidak lagi mempunyai sesuatu yang bisa
     dibanggakan atau ditawarkan untuk masyarakat kecuali misalkan
     dalam tim/kelompok yang sama, ada orang-orang yang senasib dengan
     dia dan itu menjadi kekuatan bagi dia. Jika tidak, dia cenderung
     menarik diri. Tapi masalahnya bukan saja dari lingkungan dia
     menarik diri, ada kecenderungan para suami ini juga menarik diri
     bahkan dari istri mereka.
------
  T: Misalnya seorang ayah di-PHK, kira-kira dukungan moril atau sikap
     apa yang harus diperbuat oleh seorang istri untuk mendukung
     supaya dia tidak terlalu frustrasi?

  J: Kita memang harus menyadari bahwa pada masa PHK apalagi kalau
     berkepanjangan pria bisa lebih labil secara emosional. Jadi mudah
     marah, mudah tersinggung tidak panjang sabar. Nah di sini
     dituntut pengertian yang sangat tinggi dari para istri. Pria pun
     harus sadar dia tidak boleh berdukacita dalam kelemahannya, dia
     harus juga belajar untuk sabar, jangan sampai terlalu mudah
     tersinggung dan sebagainya. Namun pada saat ini ada baiknya istri
     menjauhkan diri dari hal-hal yang berbau tuntutan sebab tuntutan
     mengingatkan si suami pada ketidakmampuannya memenuhi tuntutan
     tersebut. Jadi sewaktu si istri mengeluarkan kata-kata yang dapat
     ditafsir menuntut dia untuk menghasilkan uang lagi, hal itu bisa
     memicu kemarahannya atau membuat dia tersinggung dan sebagainya.
     Jadi yang saya anjurkan adalah untuk si istri mendekati si suami
     dari kacamata, "Mari kita bersama-sama membangun kembali rumah
     tangga ini. Mari kita bersama-sama memikirkan apa yang kita
     berdua bisa lakukan." Jadi, bukannya saya mau begini, saya mau
     begitu, saya mau kerja supaya rumah tangga ini bisa ada makanan
     lagi dan sebagainya itu juga harus dihindarkan karena sewaktu si
     istri mulai mengatakan kata-kata seperti itu membuat si suami
     makin terpojok dan makin terlihat lemah, dia akan merasa tidak
     lagi berfungsi sebagai suami dan sebagainya.
------
  T: Dalam menghadapi keadaan seperti itu apakah bisa kalau seorang
     istri itu mencari teman untuk menasihati suaminya?

  J: Boleh saja, asalkan memang teman itu teman yang bisa diterima
     oleh si suami, namun sebetulnya peran istrilah yang paling
     penting.
------
  T: Kalau sudah sangat serius apa yang bisa dilakukan atau orang
     lain lakukan terhadap korban PHK itu?

  J: Kita harus memperkuat yang di dalam dulu yaitu si istri jangan
     panik, harus tetap mendekati si suami, mengajak si suami untuk
     jalan-jalan, terus memberikan suatu sentuhan-sentuhan kepada si
     suami sehingga akhirnya si suami menangkap isyarat dari si istri
     bahwa si istri sedang bersama dengan dia dan si istri terus
     membangunkan semangatnya. Jadi hal ini terus menguatkan rasa
     percaya dirinya. Yang kedua adalah si istri dan suami harus mulai
     memikirkan langkah kreatif, misalkan si istri bisa masak atau si
     suami bisa masak maka bisa buka warung atau kedai makan jadi
     benar-benar kreatif untuk bisa menutupi lubang, apakah ini akan
     permanen atau tidak, tidak tahu. Tapi yang harus kita sadari
     sekarang ini kita harus melakukan sesuatu yang kreatif. Dan yang
     ketiga adalah meskipun kita belum melihat pemenuhan janji Tuhan,
     kita tidak meninggalkan Tuhan sebab janji Tuhan itu pasti
     terpenuhi namun kapan tidaklah kita ketahui.
------
  T: Apakah benar kalau dalam menghadapi masalah itu wanita lebih
     tabah daripada pria?

  J: Cenderungnya begitu, karena wanita itu mempunyai endurance level,
     yaitu kemampuan menahan sakit untuk waktu yang panjang, yang
     tinggi. Sedangkan pria bisa menahan sakit yang besar tapi jangka
     waktunya pendek sehingga peranan wanita sangat besar di sini
     untuk bisa terus mengangkat si pria. Saya mau memberikan satu
     Firman Tuhan diambil dari Mazmur 91:14-15,
        "Sungguh, hatinya  melekat kepada-Ku, maka Aku akan
        meluputkannya, Aku akan membentenginya sebab ia mengenal nama-
        Ku. Bila ia berseru kepada-Aku akan menjawab, Aku akan
        menyertai dia dalam kesesakan, Aku akan meluputkannya dan
        memuliakannya."

     Saya suka sekali dengan perkataan "hatinya melekat kepada-Ku dan
     ia mengenal-Ku," jadi kuncinya adalah pada masa PHK ini hati kita
     harus terus melekat pada Tuhan dan kita mengenal siapa Tuhan
     kita, bahwa nama Tuhan kita adalah penyelamat, Yesus adalah
     penyelamat dan Dia adalah penolong kita. Jadi kita terus berseru
     kepada-Nya dan Tuhan berjanji Dia akan menjawab, "Aku akan
     menyertai dia dalam kesesakan." Orang yang depresi, orang yang
     tertekan seolah-olah dadanya sesak, jadi memang Firman Tuhan
     menggunakan istilah yang sangat grafik sekali di sini tapi Tuhan
     berkata Dia akan menyertai kita dalam kesesakan dan Dia akan
     meluputkan kita dan memuliakan kita, jadi tugas kita terus lekat
     dengan hati Tuhan, terus cari kerajaan sorga dan kebenaran-Nya,
     seperti janji-Nya maka Dia akan menambahkan. Jadi memang
     diperlukan sekali ketabahan dan diperlukan sekali kerelaan untuk
     mencoba yang baru, yang lainnya.

-*- Sumber -*-:
  [[Sajian di atas, kami ambil/edit dari isi kaset TELAGA No. #13B
    yang telah diringkas/disajikan dalam bentuk tulisan.
    -- Jika Anda ingin mendapatkan transkrip lengkap kaset ini lewat
       e-Mail, silakan kirim surat ke: < owner-i-kan-konsel@xc.org >
                                 atau: < TELAGA@sabda.org >        ]]


*BIMBINGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*--*-*-*-*-*-*-*-*-* ALKITABIAH*

                    -*- KEHILANGAN PEKERJAAN -*-

  AYAT ALKITAB
  ============
  Mazmur 37:25
  Filipi 4:6,7
  Filipi 4:13,19

  LATAR BELAKANG
  ==============
  Kita perlu peka akan trauma yang dihadapi seseorang yang kehilangan
  pekerjaannya, gagal mencari yang baru, bon-bon hutangnya yang
  menumpuk, dan surat-surat gadainya yang sudah lewat waktu. Orang
  sedemikian kehilangan harga diri, mengalami kecut hati, frustrasi
  dan depresi. Dari beberapa penyelidikan diketahui adanya kaitan erat
  antara masalah pengangguran dengan akibat-akibat negatif berikut:
    -- bertambahnya jumlah orang yang harus dirawat di rumah sakit
       jiwa;
    -- bertambahnya jumlah orang bunuh diri;
    -- bertambahnya tindak kekejaman sampai pada pembunuhan;
    -- bertambahnya kejahatan dan pemenjaraan;
    -- bertambahnya jumlah kematian karena serangan jantung, sakit
       liver, dan penyakit-penyakit akibat stress lainnya;
    -- bertambahnya kasus penyiksaan anak.

  STRATEGI BIMBINGAN
  ==================
  1. Kuatkan hatinya dan katakan bahwa Anda senang dapat melayani dia,
     dan bahwa Anda memperhatikan dia.
  2. Ingatkan bahwa dia tidak sendirian, tetapi banyak orang mengalami
     kesulitan yang sama. Kehilangan pekerjaan bukan hal luar biasa.
     Dengan mengerti ini, dia tidak perlu lagi merasa bahwa hanya dia
     seorang yang mengalami kemalangan itu.
  3. Katakan padanya bahwa dia tidak perlu merasa hilang harga diri,
     tidak perlu merasa hilang hormat diri, dan merasa diri tidak
     berarti.
  4. Nasihatkan dia untuk berkeyakinan dan tidak panik, sebab Allah
     tahu, mengasihi, dan memelihara. Dia harus belajar mempercayai
     Tuhan.
  5. Anjurkan dia untuk berdoa meminta Allah menolong masalah
     keuangannya, mencukupi kebutuhan keluarganya, dan membuka
     kesempatan kerja baru.
  6. Usulkan dia untuk menceritakan masalahnya kepada sahabat-sahabat
     Kristennya yang juga akan berdoa, dan kepada pendeta yang
     bersimpati yang mungkin bisa menawarkan bantuan mencarikan
     pekerjaan. (Gereja-gereja tertentu memiliki saluran khusus untuk
     membantu pencarian lowongan kerja anggotanya).
  7. Nasihatkan dia untuk tidak melampiaskan frustrasinya pada istri/
     suami dan anak-anaknya. Semua akan mendukungnya dalam situasi
     darurat itu. Semua ikut menanggung, dan krisis tadi sebenarnya
     dapat mempererat suasana kekeluargaan mereka. Mereka perlu
     merasakan manfaat berdoa bersama sebagai suatu keluarga.
  8. Perkenalkan orang yang Anda layani kepada Yesus Kristus, sebagai
     Tuhan dan Juruselamat, jika dalam percakapan nampak bahwa dia
     belum mengenal Dia. Jelaskan "Damai dengan Allah", [["Damai
     dengan Allah" -- Traktat untuk menolong/menuntun orang non-
     Kristen agar dapat menerima Kristus (dari LPMI/PPA); atau Buku
     Pegangan Pelayanan, halaman 5; CD-SABDA: Topik 17750.]]

-*- Sumber -*-:
  Judul Buku: Buku Pegangan Pelayanan
  Penulis   : Billy Graham
  Penerbit  : Persekutuan Pembaca Alkitab, 1993
  Halaman   : 100 - 101
  CD-SABDA  : Topik 17587


*SURAT*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-DARI ANDA-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*SURAT*

  Dari: rusli winata <r.winata@>
  >Kepada saudara yang terhormat, aku rusli mau meminta tolong, bisa
  >tidak aku mendapatkan list dari judul-judul yang telah paket telaga
  >buat. Dan transkrip apa saja yang telah sabda khususnya e-konsel
  >sudah terbitkan? apakah saya bisa mendapatkan transkrip yang saya
  >perlukan dari paket telaga tertentu? begitu saja salam dalam
  >Kristus,
  >rusli

  Redaksi:
  Untuk mendapatkan list judul-judul transkrip Telaga sekaligus
  transkrip lengkapnya, Anda bisa berkunjung ke Situs Telaga yang
  beralamat di:
  ==>   http://www.telaga.org/

  Selain bisa mendengarkan secara langsung kaset-kaset yang tersedia,
  melalui Situs Telaga ini pula Anda bisa memesan kaset Telaga secara
  langsung. Anda bisa mengisi formulir pemesanan yang tersedia.
  Sedangkan untuk mengetahui transkrip Telaga khususnya yang sudah
  pernah diterbitkan melalui e-Konsel Anda bisa melihatnya di situs
  C3I (Christian Counseling Center Indonesia) bagian TELAGA, di
  alamat:
  ==>   http://www.sabda.org/c3i/telaga/


e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL

                         STAF REDAKSI e-Konsel
                     Yulia, Ratri, Irfan, Natalia
                    PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS
                         Yayasan Lembaga SABDA
                     INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR
                          Sistem Network I-KAN
                      Copyright(c) 2004 oleh YLSA

*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
  Anda punya masalah atau perlu konseling? <masalah-konsel@sabda.org>
  Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
  dapat dikirimkan ke alamat:             <owner-i-kan-konsel@xc.org>
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
  Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-konsel@xc.org
  Berhenti:     Kirim e-mail kosong:  unsubscribe-i-kan-konsel@xc.org
  Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel
  ARSIP publikasi e-Konsel:  http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org