Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/52

e-Konsel edisi 52 (18-11-2003)

Pelayanan Kunjungan

><>                 Edisi (052) -- 15 November 2003               <><

                               e-KONSEL
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

Daftar Isi:
    - Pengantar            : Pelayanan Kunjungan
    - Cakrawala            : Pentingnya Suatu Kunjungan Pastoral
    - Bimbingan Alkitabiah : Mendapat Tugas Penting
    - Tips                 : Tips untuk Melakukan Pelayanan Kunjungan
    - Surat                : Terima Kasih atas Kirimannya

*REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI*

                    -*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*-

  Ada berbagai cara yang dipakai oleh gereja untuk menjalin suatu
  hubungan yang lebih dekat dengan jemaatnya. Salah satu cara yang
  sering dipakai adalah dengan mengadakan pelayanan kunjungan.

  Dalam banyak segi, pelayanan kunjungan terbukti sangat menolong
  hamba Tuhan untuk mengenal kebutuhan jemaatnya dengan baik,
  khususnya ketika jemaat mengalami musibah atau masalah yang menekan
  kehidupan mereka. Namun sekalipun manfaat pelayanan kunjungan sangat
  jelas, gereja dan hamba Tuhan seringkali tidak memberikan perhatian
  yang sepantasnya. Tidak jarang pelayanan perkunjungan semacam ini
  terhenti di tengah jalan karena baik jemaat maupun tim yang bertugas
  untuk mengunjungi tidak bisa menjalin komunikasi yang baik atau
  bahkan kehilangan arah untuk melihat pentingnya pelayanan kunjungan
  ini dilakukan.

  Lalu, bagaimana menempatkan kembali perspektif yang benar tentang
  pelayanan kunjungan? Bagaimana sebaiknya pelayanan kunjungan
  dilakukan agar baik yang mengunjungi maupun yang dikunjungi tidak
  mengalami hambatan sehingga kunjungan tersebut bisa memberikan
  dampak yang positif bagi keduanya? Untuk mendapatkan jawabannya
  simaklah sajian e-Konsel edisi kali ini!

  Tim Redaksi


*CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA*

             -*- PENTINGNYA SUATU KUNJUNGAN PASTORAL -*-

  Pada beberapa gereja, pelayanan kunjungan pastoral sering kali tidak
  berkelanjutan meskipun sebenarnya banyak cara untuk mempertahankan
  keefektifannya.

  Pada beberapa gereja, hanya kelompok-kelompok tertentu, seperti
  anggota-anggota baru yang menerima kunjungan pastoral. Gereja-
  gereja besar sering mengangkat pendeta, atau suatu tim pelayanan
  biasa, yang khusus untuk menangani kunjungan keluarga bagi semua
  anggota jemaat secara teratur. Apa pun cara yang Anda gunakan, ada
  beberapa gagasan khusus yang perlu diingat untuk menciptakan suatu
  pelayanan kunjungan pastoral yang mengena pada sasaran.

  Kunjungan pastoral keluarga telah menjadi suatu pelayanan yang
  mulia. Dalam banyak hal, bentuk pelayanan ini tidak berkembang.
  Seseorang membayangkan sebagai sosok hamba Tuhan yang ramah,
  berambut gelap, dengan Alkitab terdekap erat di dada, sedang
  mengetuk rumah seorang warga yang setia. Sapaannya yang lembut
  disambut oleh wajah seorang ibu yang tengah menggendong bayi pada
  lengan yang satu, dan lengan yang lain merangkul penuh sayang bocah
  tiga tahunan yang menggayuti kakinya. "Oh Pak Pendeta, senang sekali
  Anda berkunjung! Silakan masuk; saya baru saja mengangkat kue dari
  oven. Pasti Anda suka mencicipinya." Ketika baru lulus dari
  seminari, gambaran semacam ini melintas di kepala saya saat saya
  mengetuk pintu salah satu keluarga anggota gereja kami.

  Sesungguhnya, kunjungan pastoral biasa, yang ditandai dengan
  percakapan santai dan mungkin suatu doa penutup, merupakan gejala
  yang mulai menghilang. Baik hamba Tuhan maupun jemaat sama-sama
  sibuk dewasa ini. Dalam banyak hal, berkurangnya kunjungan pastoral
  justru dianggap menggembirakan. Kerap kali kunjungan dilakukan tanpa
  rasa kewajiban. Kebanyakan yang berlangsung hanya sendau gurau
  ringan yang dirasa cukup bila kedua pihak, yang berkunjung dan yang
  dikunjungi, merasa "enak". Percakapan tidak berkembang lebih
  mendalam lagi.

  Tapi bagaimanapun kunjungan pastoral tradisional masih memberikan
  pelayanan. Adanya pelayanan keluarga itu semata-mata untuk
  menunjukkan, bahwa gereja menaruh perhatian-perhatian secukupnya
  untuk meluangkan waktu dan berkunjung ke rumah. Bagi orang jompo dan
  orang sakit khususnya, pelayanan kunjungan ini sangatlah berarti.
  Kunjungan itu memperlihatkan bahwa mereka berharga. Mereka tetap
  terhitung meskipun tidak dapat hadir dalam kebaktian atau kegiatan
  jemaat lainnya. Kunjungan pastoral sering menjadi sarana bagi
  anggota jemaat untuk mengungkapkan ketakutan, sukacita, dan masalah
  mereka, baik yang bersifat pribadi maupun rohani. Meskipun bukan
  suatu konseling formal, kunjungan tersebut sering memberikan nasihat
  yang membantu.

  Kehidupan keluarga saat ini tentu saja berbeda dengan keadaan 25
  tahun lalu. Baik pria maupun wanita banyak yang bekerja di luar
  rumah. Keluarga pecah oleh perceraian, dan sering ingin diperbaiki,
  entah akhirnya menjadi lebih baik atau lebih buruk, dengan menikah
  lagi. Anak-anak hidup dengan orangtua tunggal atau orangtua tiri.
  Bahkan yang dinamakan keluarga inti pun jarang di rumah bersama-
  sama. Kegiatan yang banyak dan beragam membuat tiap anggota keluarga
  sibuk oleh urusan mereka sendiri.

  Dalam keadaan semacam ini, bagaimana pelayanan kunjungan pastoral
  dapat tetap berjalan? Saya beranggapan bahwa pelayanan ini perlu
  memperoleh perhatian yang lebih seksama dibandingkan dengan masa-
  masa yang dahulu.

  Dalam lingkup konseling, hamba Tuhan memiliki kelebihan dibandingkan
  seorang konselor keluarga karena mereka lebih mudah diterima oleh
  keluarga. Dalam lingkungan keluarga, tiap anggota akan tampil
  sewajarnya daripada bila berada di ruangan seorang konselor.

  Saya akan memberikan gambaran. Dalam kunjungan pada keluarga yang
  tengah mengalami musibah, saya melihat dari dekat sumber persoalan
  yang menimbulkan keadaan tidak sehat itu. Sang ayah mulai bercerita
  kepada saya tentang pengalaman keagamaannya dahulu dengan bahasa
  yang emosional dan sangat agamawi. Dia pernah menghadiri suatu
  "kebaktian Roh Kudus" dan sangat berapi-api karenanya. Melalui gerak
  gerik atau kadang seruan langsung istrinya, saya dapat merasakan,
  bahwa istrinya sangat tidak senang dengan apa yang ia katakan.
  Sebelumnya, saya sempat bercakap-cakap dengan istrinya itu, ia
  sangat meragukan keberadaan Allah. Saya yakin, perkataan suaminya
  sangat mengganggu dan mempermalukan dia. Namun sang suami tidak juga
  tanggap terhadap rasa tidak sejahtera istrinya. Bahkan ketika
  istrinya tidak tahan lagi dan beranjak meninggalkan ruangan, ia
  tetap tidak mempedulikan bagaimana perasaan istrinya. Meskipun waktu
  itu saya merasa tidak pada tempatnya untuk bertindak sebagai
  terapis, kehadiran saya telah memberikan wawasan terhadap konflik
  yang ada. Wawasan tersebut membantu saya dalam berhubungan dengan
  keluarga lain pada masa selanjutnya.

  Kunjungan pastoral secara positif mencakup konseling atau paling
  tidak pemahaman akan hubungan dalam keluarga. Namun, menurut saya,
  fungsi utama kunjungan pastoral dalam pertumbuhan rohani adalah
  membantu orang atau orang-orang dalam keluarga untuk menyelami
  pengalaman hidup mereka, dan selanjutnya mengaitkan pengalaman itu
  dengan iman mereka. Hal itu akan tercapai bila ada kesediaan baik
  pada pihak hamba Tuhan maupun anggota jemaat untuk memperhatikan
  dengan sungguh-sungguh "sisi dalam" dari pengalaman hidup mereka.
  Kesediaan untuk membagikan perasaan yang terluka, rasa malu, dan
  juga sukacita akan mengungkapkan sisi dalam itu. Untuk itu, hamba
  Tuhan perlu peka memperhatikan isyarat-isyarat baik lisan maupun
  gerakan yang menunjukkan kesediaan seorang jemaat untuk membicarakan
  suatu hal yang lebih penting daripada cuaca atau skor pertandingan
  bola. Dapat pula hamba Tuhan bertanya dengan lemah lembut namun
  bersungguh-sungguh untuk mengetahui kehidupan dan iman anggota
  jemaat itu.

  Dari pengalaman dan percakapan dengan sesama hamba Tuhan, saya
  belajar bahwa kunjungan pastoral sebenarnya dapat menjadi suatu
  pelayanan yang berpengaruh. Kebanyakan rekan saya merasakan
  kekecewaan yang sama berhubung dengan kedangkalan pelayanan
  kunjungan pastoral yang rutin. Seseorang menyatakan, bahwa kunjungan
  terasa berarti ketika ia berbicara dengan remaja dan orangtua mereka
  untuk persiapan pembaptisan. Yang lain mengatakan, bahwa ia
  melaluinya dengan baik ketika mengunjungi mereka yang tengah
  menunggu saat penyerahan anak mereka. Kami menyimpulkan, bahwa
  kunjungan dengan tujuan yang ditetapkan secara jelas akan lebih
  berhasil daripada kunjungan yang hanya membuat anggota jemaat
  bingung: "Apa artinya kunjungan ini?"

  Dengan pola pikir demikian, saya ingin menyarankan suatu cara yang
  biasa saya gunakan dalam kunjungan pastoral. Pertama kali, saya
  memikirkan tujuan program kunjungan saya. Apa sesungguhnya yang saya
  harapkan, bagi orang yang saya kunjungi? Untuk lebih menegaskan,
  saya menuliskannya: "Agar orang-orang dapat mencapai kedalaman
  hubungan dengan Allah, dengan sesama, dan dengan diri mereka
  sendiri." Selanjutnya, saya mengembangkan rencana kunjungan, yang
  saya jalankan untuk mencapai hasil yang baik.

  Mula-mula saya mengirimkan surat berikut ini kepada keluarga atau
  orang yang hendak saya kunjungi.

  "John dan Sue yang terkasih,
  Salah satu cara orang Kristen untuk bertumbuh secara rohani adalah
  dengan saling membagikan pengharapan, kesukaran-kesukaran mereka,
  dan pengalaman iman mereka. Saya menganggap kesempatan untuk saling
  membagikan hal itu dengan orang-orang dalam jemaat kita merupakan
  keuntungan dan upah bagi pelayanan saya sebagai hamba Tuhan. Saya
  mempunyai rencana mengunjungi setiap keluarga dalam jemaat kita.
  Untuk mempersiapkan apa yang akan kita bicarakan dalam kunjungan
  nanti, silakan Anda memikirkan hal-hal berikut ini:
  1. Apa keberhasilan atau kegagalan pribadi atau kejadian penting
     lainnya yang Anda alami baru-baru ini?
  2. Bagaimana Anda mengatasi kejadian itu dan/atau bagaimana Anda
     merayakannya?
  3. Bagaimana peranan pengalaman iman dalam kehidupan Anda?
  Pertanyaan di atas bukan ujian yang harus Anda jawab dengan segera.
  Pertanyaan itu hanyalah sarana untuk mempersiapkan kunjungan saya.
  Dalam pertemuan kita nanti, saya ingin sekali berbicara dengan Anda
  tentang hal-hal lain yang menarik minat Anda. Sekretaris gereja akan
  menelpon Anda untuk menentukan waktu kunjungan yang tepat.
  Salam dalam Kristus."

  Begitu tiba di rumah keluarga itu, saya segera menyinggung surat
  tersebut dan mempersilakan mereka menanggapinya dengan cara mereka.
  Saya menegaskan, tidak ada jawaban yang "tepat". Bila perbincangan
  beralih pada hal-hal lain, tidak perlu cemas. Pertanyaan-pertanyaan
  itu sesungguhnya hanya sarana untuk membantu kita membicarakan hal-
  hal yang ingin kita bicarakan.

  Melalui kunjungan semacam itu, saya menemukan, bahwa kita dapat
  mencapai taraf percakapan yang lebih dalam daripada yang biasa kita
  capai dalam kunjungan pastoral yang sambil lalu dan sekedar singgah.
  Dengan mengarah langsung pada pertanyaan-pertanyaan itu, kita dapat
  membicarakan masalah-masalah yang jarang diungkapkan pada rekan
  kerja, tetangga, atau bahkan teman dekat. Sering kali kunjungan itu
  meneguhkan ikatan kemesraan yang diliputi kesucian. Bila perlu, saya
  menawarkan doa bersama untuk mengucap syukur kepada Allah yang telah
  membuat kami saling membagi pengalaman kehidupan selama pertemuan
  itu.

  Tentu saja tidak setiap kunjungan berhasil dengan baik. Suatu
  ketika, orang yang saya kunjungi menyambut saya sambil memegangi
  surat itu. Ia mengatakan, bahwa ia dapat menjawab pertanyaan-
  pertanyaan itu dengan mudah, dan dalam tiga puluh detik ia telah
  merampungkannya. Tugas sudah selesai, begitu pikirnya, saya kira.
  Sisa waktu kami gunakan untuk mempercakapkan penyebab inflasi dua
  digit dan kemungkinan cara mengatasinya!

  Akan tetapi, sebagian besar kunjungan memberikan sesuatu yang
  berarti. Pernah saya mengunjungi sebuah keluarga yang berada, namun
  undur dari kehidupan jemaat. Saya menjumpai sang istri di rumah; dia
  memberitahu saya, suaminya menelepon dan memberitahukan bahwa
  atasannya memintanya kerja lembur. Sebelumnya hubungan saya dengan
  pasangan itu hanya berupa percakapan-percakapan kecil. Namun kali
  ini berbeda. "Begini, Mary, dalam surat saya untuk Anda, Anda pasti
  ingat, ada tiga pertanyaan yang menurut rencana akan kita bicarakan.
  Pertanyaan pertama berkaitan dengan kesuksesan atau kegagalan atau
  kejadian penting lainnya yang telah terjadi dalam kehidupan Anda."

  Jawabannya sungguh mengejutkan saya. "Pertanyaan itu telah mengenai
  sasaran. Sebenarnya suami saya dan saya telah berpisah." Sisa waktu
  kunjungan itu kami gunakan untuk membicarakan penyebab dan akibat-
  akibat peristiwa yang memecah belah keluarga itu. Ia dengan sungguh-
  sungguh mengungkapkan kepahitannya atas kejadian itu. Ia mengakui,
  "Saya merasa telah kehilangan iman saya." Kami mulai membahas
  kemungkinan-kemungkinan untuk menghadapi perubahan dalam
  kehidupannya. Dengan mengukur kunjungan tersebut dengan tujuan yang
  saya rasakan semula menyadarkan saya, bahwa kunjungan yang berhasil
  tidak selalu berupa kunjungan yang membuat saya gembira. Kadang-
  kadang keberhasilan berarti "menangis bersama mereka yang menangis".

  Ironisnya, kunjungan pada keluarga berikutnya memberikan suatu
  keberhasilan yang jauh berlainan. Dalam keluarga itu saya menikmati
  persahabatan pribadi, sebagaimana suatu hubungan kerja yang erat
  dalam kegiatan jemaat kami. Baik sang suami maupun istri merasa
  bebas meminta nasihat saya pada kesempatan itu. Saya diterima dengan
  hangat dan dengan mudah percakapan kami mengarah pada pokok
  persoalan, yaitu pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan dalam surat.
  Hal yang kami bicarakan adalah hubungan mereka sendiri. Tidak hanya
  pada saya atau melalui saya, namun mereka sering pula berbicara satu
  sama lain secara langsung dan secara terbuka mengungkapkan baik
  kekecewaan maupun kegembiraan mereka. Kejujuran, perhatian,
  keakraban dalam kunjungan itu termasuk salah satu hal yang paling
  berkesan dalam 11 tahun pelayanan saya sebagai hamba Tuhan. Saat
  akan pulang, saya menyatakan betapa berartinya mereka bagi saya.
  Mereka telah membantu saya bertumbuh sebagai seorang hamba Tuhan dan
  seorang manusia dengan kepedulian mereka terhadap saya dan kesediaan
  mereka menjadikan saya bagian kehidupan mereka.

  Dalam kata-kata Henri Nouwen, kunjungan semacam itu membantu saya
  dan anggota jemaat untuk "mengenal pekerjaan Allah dalam diri kita
  sendiri". Meskipun Nouwen menggunakan frase tersebut untuk peranan
  hamba Tuhan, saya tahu benar, saya sendiri sering dilayani oleh
  kunjungan itu. Anugerah Allah bukan hanya mengalir dari hamba Tuhan
  kepada jemaat, melainkan juga dari jemaat kepada hamba Tuhan.

  [Kenneth L. Gibble adalah pendeta pembantu pada Ridgeway Community
  Church of the Brethren di Harrisburg, Pennsylvania.]

-*- Sumber -*-:
  Judul Buku: Kepemimpinan, Vol. 15/Th. IV
  Judul Asli: Mempersiapkan Jemaat untuk suatu Kunjungan Pastoral
  Penulis   : Kenneth L. Gibble
  Penerbit  : Yayasan ANDI, Yogyakarta, 1989
  Halaman   : 26 - 30


*BIMBINGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*--*-*-*-*-*-*-*-*-* ALKITABIAH*

  Artikel berikut ini menyajikan bagian-bagian Alkitab yang
  menceritakan tentang pelayanan kunjungan yang dilakukan oleh Titus
  kepada jemaat di tiga kota yaitu Korintus, Kreta, dan Dalmatia.
  Tugas khusus yang diberikan Paulus kepada Titus itu selain untuk
  menguatkan iman jemaat, tugas ini juga menjadikan dia seorang
  pemimpin jemaat yang bisa membawa jemaatnya ke arah kehidupan yang
  sesuai dengan kehendak Tuhan.

                    -*- MENDAPAT TUGAS PENTING -*-

  Diutus ke Korintus
  ------------------
  Ada beberapa kali Titus mendapat tugas khusus dari Paulus. Tujuannya
  adalah untuk mengukuhkan dirinya sebagai pemimpin dalam pelayanan
  jemaat. Ketika terjadi gejolak sosial di antara orang-orang kudus di
  Yerusalem, Titus diutus untuk mewakili Paulus ke Korintus. Di sana
  ia mengingatkan dan menasihati jemaat Korintus agar mau membuka diri
  dan hati mereka, dan menyediakan bantuan pangan bagi orang-orang
  percaya di Yerusalem yang sedang menderita (2Korintus 8:6, 16-24).

  Beberapa waktu kemudian, timbul masalah intern lain yang berkaitan
  dengan perkembangan jemaat di Korintus. Paulus mengambil keputusan
  untuk mengirim Titus ke sana. Dengan wewenang dan mandat dari
  Paulus, Titus diterima dengan baik oleh jemaat Korintus. Karena ada
  komunikasi yang baik di antara kedua belah pihak, maka ia berhasil
  menyelesaikan masalah tersebut dengan baik juga (2Korintus 8:16).
  Berkaitan dengan tugasnya di Korintus, Paulus secara terbuka memberi
  pujian kepada rekan sekerjanya ini. Pujian tersebut tidak
  dimaksudkan agar seseorang menjadi sombong karena berhasil dalam
  tugasnya. Pujian (penghargaan) yang wajar diberikan Paulus kepada
  Titus karena ia telah berjerih lelah melayani bagi kemuliaan Tuhan
  di Korintus. Pujian itu semacam suatu dorongan moril untuk
  membesarkan hati Titus agar ia bertekun melakukan pekerjaan kudus
  ini.

  Penugasan Titus ke Korintus terjadi ketika Paulus berada di Efesus --
  pada pekabaran Injil yang ketiga (Kisah Para Rasul 19). Ia mendengar
  bahwa jemaat Korintus mengabaikan pelayanan sosial kepada jemaat di
  Yerusalem. Karena itu, untuk menumbuhkan solidaritas antar umat
  Allah, Paulus mengutus Titus sebagai dutanya untuk mendorong orang-
  orang Korintus membagi kasihnya kepada jemaat Tuhan.

  Diutus ke Kreta
  ---------------
  Penugasan lain yang penting adalah pelayanan Titus di Kreta. Pada
  saat itu Titus masih muda belia, tetapi ia cakap dalam penatalayanan
  jemaat. Ia diutus ke Kreta untuk membangun kehidupan iman jemaat
  secara baik dan bertanggung jawab. Tanpa ragu-ragu, Paulus menjamin
  bahwa Titus adalah seorang pekerja Kristus yang berkualitas.

  Melalui surat penggembalaan kepada Titus, Paulus mendorong jemaat di
  Kreta agar menerima Titus sebagai pemimpin yang sah, karena ia ikut
  bertanggung jawab atas citra Titus sebagai salah seorang pemimpin
  Kristen.

  Tenney memberi penilaian yang demikian, "Keadaan di Kreta sangat
  mengecewakan. Gereja tidak terorganisasi dengan baik dan tingkah
  laku para anggotanya pun ceroboh." Titus menghadapi keadaan ini
  dengan bersandar pada pimpinan Tuhan. Rupanya kehadiran dan
  kepemimpinan Titus sangat dibutuhkan. Ternyata ia mampu membawa
  jemaat ke tahap kehidupan rohani yang lebih tinggi. Tugas Titus yang
  lain adalah memperbaiki tata tertib (disiplin) dalam jemaat supaya
  mereka hidup sesuai dengan standar Firman Tuhan.

  Selain itu, tugas utama Titus di Kreta adalah menyelesaikan masalah-
  masalah dalam jemaat yang belum diatur oleh Paulus, dan mengangkat
  penatua-penatua bagi jemaat-jemaat, serta mengontrol pelayanan dan
  pengajaran doktrin.

  Tantangan lain yang dihadapinya ialah mengubah pandangan dunia
  (world view) masyarakat Kreta yang masih berbaur dengan ajaran
  dongeng-dongeng Yahudi dan Yunani serta yang lainnya. Dengan
  demikian setiap orang percaya di Kreta bebas dari ajaran kekafiran
  yang masih mengikat mereka. Di mana pun di dunia ini, setiap
  kelompok masyarakat diperhadapkan kepada dua sikap: menganut
  pandangan dunia suku atau pandangan dunia Alkitab. Tugas yang
  diemban Titus ini sangat berat. Ia berhadapan dengan masalah
  sinkretisme (perpaduan dari beberapa paham yang berbeda untuk
  mencari keserasian dan keseimbangan). Akhirnya ia meyakinkan mereka
  untuk mengambil keputusan: memilih untuk menganut satu pandangan
  saja, yakni pandangan dunia Alkitab, Firman Allah, dan ajaran para
  rasul.

  Titus tidak segan-segan menegur orang yang hanya berpura-pura
  mengimani Kristus. Ia menuntut tanggapan dan pertobatan yang
  sungguh-sungguh dari masyarakat Kreta.

  Yang menjadi masalah utama orang-orang Kreta ialah mereka menyia-
  nyiakan kasih karunia Allah. Mereka keliru menafsirkan anugerah
  Allah -- seolah-olah keselamatan kekal itu tidak ada sangkut-pautnya
  dengan kehidupan yang saleh dan ketekunan. Inilah yang menjadi
  hambatan besar. Karena itu, Titus perlu meluruskan pandangan yang
  keliru tersebut. Kehidupan yang kudus dan bertanggung jawab dalam
  iman merupakan panggilan umat Tuhan.

  Setelah melayani beberapa waktu di Pulau Kreta, Paulus memanggil
  Titus ke Nikopolis (Nikopolis berarti "Kota Kemenangan") untuk
  bertemu dengannya. Ada beberapa keputusan penting yang perlu
  diambil. Titus akan mendapat tugas yang baru. Sebagai ganti Titus
  agar pembinaan iman jemaat-jemaat berjalan lancar, Zenas, dan Apolos
  diutus untuk melanjutkan pelayanannya di Kreta.

  Diutus ke Dalmatia
  ------------------
  Sesudah pertemuan Titus dengan Paulus -- kemungkinan pembicaraan
  mereka seputar strategi pelayanan penjangkauan yang lebih luas dan
  keefektifan kepemimpinan -- ia berangkat ke Dalmatia di sebelah
  utara Nikopolis atau di sebelah barat Balkan. Di tempat yang baru
  inilah Titus mengembangkan pelayanan penggembalaan bagi jemaat di
  sana (2Timotius 4:10).

  Setelah melayani di Dalmatia, tidak dijumpai lagi informasi mengenai
  pelayanan Titus. Menurut dugaan beberapa sarjana Alkitab, Titus
  meningalkan pelayanan di sana dan menyusul Paulus ke Roma. Di Roma
  ia membantu Paulus dalam berbagai keperluan pribadi maupun
  pelayanan, bahkan ia mendampingi Paulus selama menjalani tahanan.
  Tetapi di kemudian hari, ia kembali lagi ke Kreta dan melayani di
  sana.

  Pembelaan Paulus bagi Titus
  ---------------------------
  Ketika terjadi pertemuan atau sidang di Yerusalem (Kisah Para Rasul
  15), rasul-rasul yang lain menyudutkan Titus sebagai seorang
  "gentile" (bukan orang Yahudi alias kafir). Tetapi Paulus dengan
  bijaksana menentang pandangan tersebut. Ia bersikap tegas terhadap
  mereka dan membela Titus dengan menyebutnya "seorang yang sah dalam
  iman Kristen". Dengan kata lain, Paulus menyambut Titus karena
  imannya kepada Yesus Kristus. Inilah salah satu keistimewaan Paulus.
  Ia beberapa kali menyapa Titus dengan nada yang ramah dan penuh
  pengharapan: sebagai "saudara" (2Korintus 2:13); sebagai rekan
  sekerja dalam pelayanan (2Korintus 7:6).

  Paulus menempatkan keberadaan Titus pada posisi yang sebenarnya,
  sebagaimana pandangan dan sikap Allah terhadap manusia. Rupanya para
  pemimpin gereja di Yerusalem ini masih berpikiran sempit dan
  memandang orang Yunani dengan sebelah mata. Mata rohani mereka masih
  diselubungi oleh selaput ke-Yahudi-an, sehingga kasih dan cara
  pandang mereka terhadap orang luas tidak sesuai dengan kasih karunia
  Allah yang telah mereka terima.

-*- Sumber -*-:
  Judul Buku   : Dari Betsaida Sampai Ke Yerusalem
  Judul Artikel: Mendapat Tugas Penting
  Penulis      : Sostenis Nggebu, M.A.
  Penerbit     : Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 2002
  Halaman      : 83 - 87


*TIPS *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TIPS*

                -*- TIPS UNTUK PELAYANAN KUNJUNGAN -*-

  Ada empat hal berguna yang perlu diketahui ketika Anda melakukan
  pelayanan kunjungan agar kunjungan yang Anda lakukan tidak mengalami
  kebuntuan. Keempat hal tersebut yaitu:

  1. Jadualkan kunjungan terlebih dulu.
     ----------------------------------
     Sebelum melakukan kunjungan, Anda perlu membuat jadual kunjungan
     terlebih dulu dan memberitahu keluarga/jemaat yang akan Anda
     kunjungi. Karena seringkali keluarga/jemaat merasa tidak siap
     atau mungkin mereka tidak berada di tempat jika tidak ada
     pemberitahuan kunjungan sebelumnya. Kunjungan yang dilakukan
     secara mendadak seringkali juga membuat keluarga/jemaat merasa
     malu jika rumah masih berantakan pada waktu kunjungan dilakukan
     karena tidak sempat melakukan persiapan-persiapan, misalnya
     membereskan rumah agar terlihat rapi. Selain itu, pemberitahuan
     kunjungan juga menyiapkan keluarga/jemaat yang akan dikunjungi
     agar berani terbuka untuk mengungkapkan permasalahan yang mungkin
     sedang mereka hadapi.

  2. Lakukan komunikasi dua arah.
     ----------------------------
     Saat berkunjung, usahakan agar Anda bisa menjalin komunikasi dua
     arah dengan keluarga/jemaat dan jangan sampai Anda mendominasi
     pembicaraan. Anda perlu juga mengarahkan pembicaraan ke sesuatu
     yang berarti supaya tidak hanya menjadi omong-omong kecil saja.
     Pelayanan kunjungan dimaksudkan untuk menguatkan iman keluarga/
     jemaat. Oleh karena itu pada waktu kunjungan hindari basa-basi
     yang berlebihan dan pembicaraan yang memungkinkan timbulnya
     perdebatan karena hal ini justru akan menghambat proses
     pembentukan relasi. Usahakan pembicaraan dilakukan se-rileks
     mungkin, namun dengan bobot pembicaraan yang mendalam.

  3. Gunakan kata-kata yang tidak memojokkan atau menyerang.
     -------------------------------------------------------
     Pada saat melakukan pelayanan kunjungan, hindari pemakaian kata-
     kata yang menggurui. Juga jangan gunakan kata-kata yang
     memojokkan atau menyerang keluarga/jemaat yang dikunjungi karena
     hal ini bisa menghambat alur komunikasi. Adalah hal yang wajar
     jika muncul perbedaan pendapat di antara anggota keluarga yang
     dikunjungi. Hal ini tidak perlu dipermasalahkan karena tujuan
     utama dari pelayanan kunjungan bukan untuk menyamakan pendapat.

  4. Jangan putus asa jika kunjungan tidak memberikan hasil yang
     menggembirakan.
     -----------------------------------------------------------
     Jangan putus asa atau menyalahkan diri sendiri bila pelayanan
     kunjungan Anda tidak memberikan hasil yang menggembirakan ataupun
     tidak mendapatkan sambutan yang hangat. Ingatlah bahwa pelayanan
     kunjungan merupakan suatu proses pertumbuhan relasi. Tujuan utama
     dari pelayanan kunjungan bukan untuk mendapatkan penghargaan dari
     keluarga/jemaat yang dikunjungi tetapi pelayanan ini lebih
     menekankan pada terbentuknya relasi antara gereja dengan
     jemaatnya.

  Tim Redaksi


*SURAT*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-DARI ANDA-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*SURAT*

  Dari: <ana @>
  >Saya merasa bersyukur sekali dengan adanya e-konsel karena melalui
  >e-konsel saya bisa belajar banyak terutama di edisi 51 yang
  >memberikan tips 7 menit bersama dengan Tuhan. Saya sudah mencobanya
  >dan sekarang saya bisa merasakan hasilnya bahkan sekarang saya bisa
  >meluangkan waktu lebih banyak lagi bagi Tuhan. Sekali lagi saya
  >mengucapkan banyak terima kasih! Tuhan memberkati.

  Redaksi:
  Kami juga sangat bersyukur untuk sharing Anda melalui surat ini.
  Kami yakin sharing Anda juga akan menguatkan kita semua untuk terus
  dekat dengan Tuhan.

  Jika Anda membutuhkan bahan-bahan lain, silakan berkunjung ke Situs
  C3I (Christian Counseling Center Indonesia) di alamat:
  ==>   http:/www.sabda.org/c3i/

  Nah, selamat berkunjung dan semoga semakin banyak berkat yang Anda
  dapatkan melalui pelayanan kami.


e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL

                         STAF REDAKSI e-Konsel
                    Yulia, Ratri, Natalia, Purwanti
                    PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS
                         Yayasan Lembaga SABDA
                     INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR
                          Sistem Network I-KAN
                      Copyright(c) 2003 oleh YLSA

*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
  Anda punya masalah atau perlu konseling? <masalah-konsel@sabda.org>
  Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
  dapat dikirimkan ke alamat:             <owner-i-kan-konsel@xc.org>
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
  Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-konsel@xc.org
  Berhenti:     Kirim e-mail kosong:  unsubscribe-i-kan-konsel@xc.org
  Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel
  ARSIP publikasi e-Konsel:  http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org