Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/33

e-Konsel edisi 33 (1-2-2003)

Persahabatan Suami dan Istri

><>                 Edisi (033) -- 01 Februari 2003               <><

                               e-KONSEL
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

Daftar Isi:
    - Pengantar            : Persahabatan antara Suami dan Istri
    - Cakrawala            : Keterikatan dan Ketergantungan
    - Telaga               : Menjadi Sahabat bagi Suami [T 74A]
    - Bimbingan Alkitabiah : Ketika Anda Perlu -- Teman/Sahabat
    - Kesaksian            : Rose
    - Surat                : e-Konsel Menjadi Bahan Diskusi

*REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI*

                    -*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*-

  Tanggal 14 Februari dikenal sebagai "Hari Valentin" atau "Hari
  Kasih Sayang". Yang paling sering merayakan hari khusus ini biasanya
  adalah muda-mudi, khususnya yang sedang berpacaran, yaitu dengan
  saling mengirimkan bunga mawar merah, coklat atau hadiah-hadiah
  kecil lainnya. Tapi, sebenarnya hari khusus ini tidak terbatas
  dirayakan oleh para muda-mudi saja, boleh juga dirayakan oleh siapa
  saja, karena hubungan kasih sayang merupakan pengalaman dari banyak
  orang, misalnya anak dengan orangtua, antar saudara/teman dan yang
  paling khusus tentu saja adalah hubungan kasih antara suami istri.
  Nah, untuk ikut memeriahkan hari istimewa ini, Redaksi ingin
  mengulas tentang "Persahabatan antara Suami dan Istri".

  Hubungan suami dan istri adalah hubungan yang diciptakan oleh Allah.
  Melalui hubungan ini Allah ingin mengungkapkan hubungan kasih antar
  manusia yang paling dalam, sebagaimana kasih yang Allah nyatakan
  kepada manusia. Dalam hubungan ini diharapkan suami dan istri dapat
  bertumbuh secara maksimal, baik secara jasmani, mental maupun
  rohani. Namun demikian, untuk mencapai harapan ini tidak selalu
  mudah. Ada halangan-halangan, baik dari masalah internal (diri
  sendiri), maupun ekternal (dari luar). Artikel dalam kolom Cakrawala
  pada edisi ini akan menolong kita melihat pentingnya halangan-
  halangan itu dipecahkan dan bagaimana kita dapat menolong orang lain
  yang mengalami masalah seperti itu.

  Sajian TELAGA juga akan memberikan manfaat yang besar bagaimana
  suami istri dapat membina persahabatan. Kisah "Rose" kami harap
  dapat mengingatkan para suami untuk mengirimkan bunga mawar yang
  indah bagi istrinya pada "Hari Valentin" tahun ini.

  Selamat Hari Valentin!

  Tim Redaksi e-Konsel


*CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA*

                -*- KETERIKATAN DAN KETERGANTUNGAN -*-
                  Oleh: Pdt. Yakub B. Susabda, Ph.D.

  Hidup manusia sebagai makhluk sosial memang penuh keajaiban. Manusia
  diciptakan dengan hati nurani yang peka dan kebutuhan akan kedekatan
  bahkan ikatan dengan sesamanya. Manusia membutuhkan teman juga
  sahabat yang dicari dan coba ditemukan melalui konteks kehidupan.
  Kadang-kadang keakraban yang dinikmati dengan pribadi tertentu
  merupakan keakraban dimensional, artinya hanya pada dimensi-dimensi
  tertentu, bahkan tidak jarang situasional atau tergantung mood dan
  situasinya. Kadang-kadang pula kedekatan dengan pribadi "yang
  dicintai" betul-betul dapat dinikmati, tetapi tidak jarang kedekatan
  tersebut menyakitkan. Keakraban dapat dikomunikasikan dalam bahasa
  verbal, non-verbal, sikap, mimik, pandangan mata, dan perbuatan.
  Bahkan yang mengherankan, dalam konteks tertentu, silent/diam bisa
  merupakan bahasa yang sangat kaya untuk mengkomunikasikan hubungan
  yang akrab antar dua pribadi.

  Hubungan sosial antar manusia juga penuh dengan dinamika. Apa yang
  efektif dalam konteks hidup di masa lampau belum tentu efektif dalam
  situasi dan kondisi yang baru. Ini nampak jelas dalam hubungan
  antara orangtua dan anak. Perubahan terus terjadi dan kedua belah
  pihak harus terus belajar menyesuaikan diri. Pada masa anak-anak
  masih kecil, keakraban dengan mereka dapat dimanifestasikan dalam
  dekapan, ciuman, cumbuan, dan kemanjaan. Pada saat mereka sudah
  semakin dewasa keakraban tersebut cenderung lebih memakai bahasa
  verbal yaitu melalui percakapan dari pribadi-pribadi yang dituntut
  untuk saling memahami dan menghargai. Kedua-belah pihak dituntut
  untuk saling menyesuaikan diri secara aktif, atau keakraban "yang
  sehat" sulit terbentuk dan tak pernah berfungsi secara efektif.
  Kadang-kadang keakraban bahkan menghasilkan ketergantungan dan
  kekerdilan. Sehubungan dengan itulah berbagai masalah hidup manusia
  timbul. Coba perhatikan kasus di bawah ini.

     A adalah ayah dari dua orang anak yang masih kecil-kecil. Sebagai
     anak tunggal dari keluarga yang kaya, A tak pernah dilatih untuk
     mandiri dan memikul tanggung jawab. Pernikahan, kehidupan
     keluarga dan pekerjaan A semua diatur oleh kedua orang tuanya.
     Sebagai pewaris perusahaan orang tua yang maju, A tak mempunyai
     peran yang jelas. Segala keputusan masih di tangan orangtua.
     Kehidupan rumah tangganya juga unik, dengan dua orang baby-sitter
     dan seorang pembantu, istrinya tak pernah diberi kesempatan untuk
     mengasuh anak-anaknya sendiri. Semua sudah diatur beres oleh
     orangtua A, sampai makananpun setiap hari dikirim dari rumah
     orangtua.

     Hari ini istri A menemui Anda untuk konseling. Ia datang bersama
     A yang tidak mengerti mengapa istrinya tertekan dan tidak puas.
     Menurut A kehidupan rumah tangganya baik, dan segala kebutuhan
     terpenuhi, bahkan kedua orang tuanya sangat mengasihi mereka. A
     heran dan merasa bahwa istrinya tidak tahu berterima kasih pada
     orangtuanya. Ia berkata, "Rumah, mobil, baby-sitter, makanan,
     uang, pekerjaan dan lain-lain semua sudah disediakan orangtua ...
     apa yang kurang?" Bagi istrinya, masalahnya bukan di situ. Ia
     cuma merasa bahwa hidup yang dihidupinya tidak wajar sehingga
     kebutuhan batinnya untuk menjadi manusia seutuhnya, yang
     mempunyai kebebasan untuk berkreasi dan mengatur hidupnya sendiri
     tidak ada. Ia kurang menghargai A oleh karena tak ada peran
     sebagai suami, ayah, dan kepala rumah tangga. Di kantor ia tak
     punya peran apa-apa, di rumah ia sehari-harian nonton TV, makan
     atau tidur, dan dalam segala hal ia minta tolong orangtua,
     khususnya ibunya. Istrinya mengeluh, merasa putus asa dan tak
     tahu apa yang harus dilakukan. Bercerai tak mungkin, karena ia
     seorang Kristen, tetapi mau terus ia sangat ragu-ragu.

  Sebagai teman, Anda dapat menjadi konselor untuk keduanya. Mereka
  kebetulan datang ke rumah Anda dan menceriterakan pergumulan dan
  persoalannya. Kesempatan untuk berperan sebagai konselor sudah Tuhan
  sediakan. Untuk itu, beberapa prinsip di bawah ini dapat Anda pakai.

  1. Hindarkan diri dari orientasi yang cuma melihat pada masalah yang
     ada, tapi berpeganglah pada kebenaran Alkitab yang telah
     digariskan dengan jelas. PERTAMA, kalau Alkitab melarang
     perceraian (Matius 19:6; 1Korintus 7) maka apapun dan
     bagaimanapun keadaan hubungan suami istri tersebut, tetap
     subjektivitas kesan pribadi tidak boleh menjadi standar sikap
     yang Anda ambil. Jangan sampai "keinginan untuk memahami dan
     empati" sebagai sahabat dan konselor, mendahului kebenaran firman
     Allah. Walaupun perasaan Anda membenarkan keinginannya untuk
     bercerai, Anda harus menolong klien Anda melihat dari perspektif
     kebenaran firman Tuhan dan menemukan alasan "mengapa" Tuhan tidak
     menghendaki perceraian (Maleakhi 2:16). Mungkin selama ini klien
     Anda juga tidak pernah mengerjakan pernikahan yang sudah
     diijinkan dan dipercayakan Allah kepadanya.

     KEDUA, kalau Alkitab mengajarkan prinsip menundukkan diri,
     dan menjadi penolong yang sepadan bagi suami (Efesus 5:22; 1Petrus 3:1), maka Anda harus menghidupkan kesadaran akan
     pentingnya peran yang Allah berikan pada istri A. Sekali lagi,
     jangan Anda bereaksi sesuai dengan insting subjektivitas Anda dan
     membenarkan sikap istri A yang mungkin beralasan "bagaimana
     mungkin dapat menghargai suami yang tak punya peran dan tanggung-
     jawab". Sebagai konselor Kristen, Anda harus percaya bahwa "takut
     dan kepatuhan akan kebenaran firman Tuhan adalah permulaan segala
     kebajikan (1Samuel 15:22; Amsal 1:7). Bimbinglah istri A sampai
     ia benar-benar mengimani bahwa "apa dan bagaimana hasilnya nanti"
     tak perlu dibicarakan sekarang, yang perlu adalah ketaatan akan
     firman Allah. Oleh sebab itu jadilah seorang istri yang
     mengasihi, taat dan biarkan Tuhan berkarya (1Petrus 3:1-6).

     Melalui dua hal di atas Anda akan mulai memahami betapa kesulitan
     utama dari konseling adalah diri konselor itu sendiri yang
     cenderung hanyut dalam simpati (dan bukan hanya "empati"),
     menjadi humanistik dan ingin berperan sebagai juruselamat, yaitu
     mengambil-alih tanggung-jawab klien dengan segera membebaskannya
     dari gangguan hidupnya. Dalam proses konseling yang tidak sehat,
     tempat untuk Allah tidak ada, dan kebenaran firman-Nya hanya
     menjadi simbol yang kosong (bandingkan dengan Yakobus 4:13-17).
     Peran konselor Kristen sebenarnya hanya menjadi pencipta "suasana
     yang kondusif" yang memungkinkan kebenaran firman muncul dan
     berperan secara maksimal. Tugas konselor Kristen hanyalah membuka
     pintu dan mempertemukan klien Anda dengan Allah sumber kebenaran,
     tetapi apa dan bagaimana itu bisa terjadi, adalah suatu art/seni
     tersendiri. Konseling adalah "mempersiapkan jalan untuk Tuhan ...
     dimana setiap lembah dalam jiwa manusia harus ditutup, gunung dan
     bukit yang terjal diratakan ... tanah yang berlekuk-lekuk
     diluruskan ... sehingga klien dapat melihat kemuliaan Tuhan
     (Yesaya 40:3-5)."

  2. Fahamilah natur dari kedewasaan pribadi. Semakin dewasa pribadi
     seseorang, ia semakin mampu menempatkan diri di tengah situasi
     dan kondisi apapun juga. Sumber kebahagiaan orang yang dewasa
     biasanya berasal dari dalam jiwanya sendiri. Semakin dewasa jiwa
     seseorang semakin ia mampu mencipta kebahagiaan yang dapat
     dinikmati orang-orang di sekitarnya dan ia tidak menimba
     kebahagiaan dari luar dirinya.

     Sebagai konselor, Anda memang harus dapat berempati atas ketidak-
     bahagiaan istri A, karena memang kebutuhan primernya tidak
     terpenuhi. Meskipun demikian, Anda harus menyadari bahwa empati
     dan pemahaman yang sempurnapun tidak berfaedah jikalau klien Anda
     tidak ditolong untuk memahami dirinya sendiri. Ia harus dapat
     mengerti bahwa dirinya tidak berbahagia oleh karena jiwanya yang
     tidak dewasa sehingga sumber kebahagiaannya tergantung dari hal-
     hal di luar dirinya sendiri yaitu pada suami dan orang-orang
     lain. Sebagai istri, menantu, dan ibu, ia tidak mampu mencipta
     dan mengubah situasi dan kondisi kehidupannya sendiri.

     Jadi, konseling adalah menolong klien tersebut menghargai potensi
     yang ada pada dirinya, sehingga ia dapat berfungsi dengan lebih
     baik dalam kehidupannya.

  3. Untuk suaminya, Anda perlu menemukan sumber masalahnya dan
     membedakan antara faktor penyebab dan faktor pencetusnya.
     Kemungkinan besar, si A tidak berperan dan tidak berfungsi oleh
     karena sistem yang telah diciptakan, diteruskan dan dinikmati
     oleh kedua orangtuanya. Mungkin tanpa disadari, mereka mempunyai
     kebutuhan "keterikatan dan ketergantungan dari A, anak tunggal
     mereka." Kebutuhan neurotik tersebut menjadi faktor penyebab dari
     kelumpuhan peran dan tanggung-jawabnya. Oleh sebab itu, fokus
     konseling harus pada faktor penyebab tersebut dan bukan pada
     faktor pencetus yaitu hubungan dengan istri, anak, kehidupan
     praktis dan pekerjaan, meskipun hal-hal ini selalu menjadi
     konteks praktis dimana pengaruh faktor penyebab dapat lebih
     disadari.

     Dalam hubungan dengan faktor penyebab tersebut, Anda sebagai
     konselor perlu menyadari:

     (a) Apa yang sudah terbentuk selama proses bertahun-tahun tak
        mungkin dapat diubah dalam waktu singkat melalui nasehat.
        Walaupun mungkin si A mengerti dan bertekad untuk memperbarui
        hidupnya, kemungkinan besar ia tidak mempunyai dorongan dan
        kekuatan untuk melakukannya. Oleh sebab itu, yang perlu adalah
        menolong dia masuk dalam proses kehidupan dalam sistem hidup
        yang baru secara bertahap. Mulai dengan menemukan dan
        menyadari diri sendiri melalui sistem "nonjudgemental open -
        sharing" (sharing secara terbuka tanpa menilai dan menghakimi
        dalam hal-hal praktis pengalaman dan kehidupan sehari-hari).
        Biasanya, melalui pengalaman sharing yang tidak menakutkan
        inilah, pribadi-pribadi dengan sendirinya akan mampu
        meningkatkan kesadaran diri mereka. Barulah secara terpisah,
        Anda bertemu dengan A membicarakan topik yang sempat
        menghangat dalam open sharing tersebut, dan biarkan A
        menemukan kesimpulan-kesimpulannya bahkan menentukan sendiri
        strategi untuk mengaplikasikan dalam kehidupan praktisnya.

     (b) Tempat dari istri A di tengah hubungan antara A dengan kedua
        orangtuanya selama ini tidak jelas. Oleh sebab itu, untuk
        memudahkan buatlah bagan yang menjadi pola interaksi yang ada.
        Mintalah A menjelaskan "di mana tempat dan peran istrinya
        dalam pengambilan keputusan dan mengapa demikian?" Kemudian
        diskusikan secara lebih mendalam sekitar "prinsip-prinsip"
        yang selama ini dipegang, apa yang seharusnya, dan mengapa
        demikian?

     Mudah-mudahan dengan usulan di atas, Anda dapat berperan sebagai
     konselor bagi teman Anda tersebut. Tuhan memberkati.

-*- Sumber -*-:
  Judul Buletin: Parakaleo, Volume VIII/2, April - Juni 2001
  Judul Artikel: Peran Konseling Awam: Keterikatan dan Ketergantungan
  Penulis      : Pdt. Yakub B. Susabda, Ph.D.
  Penerbit     : Departemen Konseling, STTRII, Jakarta
  Halaman      : 1 - 3


*TELAGA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TELAGA*

                  -*- MENJADI SAHABAT BAGI SUAMI -*-

  Menjadi sahabat buat suami berarti siap mendampingi dan siap menjadi
  seorang yang melengkapi. Ada hal-hal yang sangat perlu diperhatikan
  bagi seorang istri untuk dapat menjadi sahabat buat suami. Simak
  ringkasan diskusi berikut ini bersama Pdt. Dr. Paul Gunadi sebagai
  narasumbernya.

-----
  T: Sebenarnya apa pengertian "menjadi sahabat buat suami" secara
     umum?
  J: Sahabat adalah seseorang yang pertama-tama akan mendampingi dan
     yang kedua sahabat adalah seorang yang akan bisa melengkapi.
-----
  T: Apakah itu sama dengan salah satu peran yang dipercayakan oleh
     Tuhan kepada istri terhadap suaminya?
  J: Tepat sekali. Jadi Tuhan memang memberikan peranan khusus kepada
     istri yaitu yang kita bisa lihat di kitab Kejadian bahwa si istri
     itu akan menjadi seorang penolong yang sepadan bagi suaminya. Nah
     memang di Alkitab tidak dijabarkan apa itu maksudnya penolong
     tapi saya kira melalui realitas sehari-hari kita bisa menimba dan
     menyimpulkan beberapa hal yang bermanfaat bagi para istri untuk
     mendengarnya.
-----
  T: Untuk bisa menolong, untuk bisa menjadi sahabat bagi suami, apa
     yang paling penting dituntut dari seorang istri?
  J: Yang mendasari hal yang akan kita bahas pada hari ini adalah
     seorang istri harus mengerti suaminya -- mengerti karena memang
     seorang suami pada umumnya memiliki keunikan-keunikan yang
     membedakan dia dari seorang wanita. Seorang istri perlu mengerti
     bahwa pria menghormati wanita yang stabil emosinya. Bagi pria
     ketidakstabilan emosi diidentikkan dengan kelemahan kepribadian.
     Pria berfungsi dalam dunia yang menuntut kestabilan emosi,
     menuntut rasionalitas, menuntut subjektivitas, yang menuntut
     seorang pria mengedepankan rasionya dan mengebelakangkan
     emosinya. Sebab di dunia pria seorang yang terlalu dikuasai oleh
     emosi cenderung dijauhi dan tidak ditoleransi oleh sesama pria,
     bahkan bagi banyak pria seseorang yang menunjukkan emosi yang
     terlalu kuat menjadi seseorang yang menakutkan. Sehingga reaksi
     pria pada umumnya adalah tidak mau dekat-dekat dengan sesama pria
     yang beremosi terlalu kuat. Nah saya kira persepsi ini atau
     standar ini dibawa oleh pria ke dalam rumahtangganya sehingga
     pada umumnya pria akan keberatan kalau istrinya terlalu emosi.
-----
  T: Tapi bukankah sudah pembawaan bahwa seorang wanita itu emosional?
  J: Betul sekali. Jadi memang akan ada usaha dari kedua belah pihak
     untuk menyesuaikan diri. Nah perempuan tidak bisa juga menyangkal
     kodratnya, tapi di pihak lain akan ada hal-hal yang bisa
     dilakukan oleh wanita misalkan:
     - Yang pertama adalah wanita perlu mengupayakan untuk mengontrol
     emosinya sewaktu berbicara. Nah ini tidak berarti wanita sama
     sekali tidak boleh menunjukkan perasaannya atau emosinya yang
     kuat. Namun yang lebih penting adalah kalau bisa saat menunjukkan
     emosi si istri juga mengemukakan alasan-alasannya yang bersifat
     lebih logis atau rasional. Jadi ucapan-ucapan seperti "Pokoknya
     aku merasa begini," "Aku melihatnya begini," nah itu adalah suatu
     penyataan yang susah dilihat oleh pria. Jadi sewaktu wanita
     mengemukakan argumennya dia perlu mengemukakannya dengan rasional
     dan sebisanya mengontrol emosi sehingga tidak terlalu
     meledak-ledak atau meluap-luap. Sebab pada umumnya pria akan
     menjauhi wanita yang beremosi tinggi.

     - Yang kedua adalah ketika seorang wanita ingin menyampaikan
     permintaannya dia harus membahasakannya dengan tepat. Pria peka
     dengan yang namanya tuntutan. Jadi sebaiknya saat wanita minta
     sesuatu, dia memintanya dengan cara yang halus dan sopan. Jadi
     sampaikan permintaannya itu dengan lemah lembut.

     - Yang ketiga adalah harus konkret. Ada hal-hal yang bagi wanita
     sangat mudah dicerna contohnya adalah kasih. Nah wanita bisa
     meminta kepada pria, "Tolong kasihi aku," tapi bagi pria kata
     "kasihi aku," adalah kata yang sangat abstrak. Pria kurang
     mengerti hal yang seperti itu. Misalnya lagi, "Aku membutuhkan
     engkau di rumah." Nah bagi seorang pria "membutuhkan engkau di
     rumah" artinya diam di rumah. Tapi bisa jadi yang diminta oleh
     wanita bukan secara fisik berada di situ, tapi yang dibutuhkan
     oleh si istri misalnya membantunya untuk menangani pelajaran
     anak-anak, membantunya dalam memasak atau berbincang-bincang dan
     sebagainya. Nah itu yang dimaksud oleh wanita dengan "aku meminta
     engkau untuk sering di rumah". Nah jadi hal seperti ini perlu
     dikonkretkan, pria tidak begitu bisa memahami isi hati wanita
     yang bagi pria abstrak. Oleh karena itu penting bagi seorang pria
     mendapatkan penjelasan-penjelasan yang konkret seperti ini.

     Saya akan bacakan dari Efesus 5:22-23a,
       "Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan,
       karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah
       kepala jemaat."
    Jadi pada intinya kalau mau menjadi sahabat bagi seorang suami,
    yang terpenting adalah sungguh-sungguh mencoba menghormati dia,
    pikirannya, permintaannya, keinginannya. Dan sewaktu si istri
    mulai mengedepankan keinginan si suami, maka biasanya hal ini akan
    direspon secara positif oleh si suami. Jadi mulailah mengedepankan
    dan menundukkan diri di hadapan suami.

-*- Sumber -*-:
  [[Sajian kami di atas, kami ambil dari isi salah satu kaset TELAGA
    No. #74A, yang telah kami ringkas/sajikan dalam bentuk tulisan.]]
    -- Jika Anda ingin mendapatkan transkrip seluruh kaset ini lewat
       e-Mail, silakan kirim surat ke: < owner-i-kan-konsel@xc.org >
                                 atau: < TELAGA@sabda.org >
   -- Informasi tentang pelayanan TELAGA/Tegur Sapa Gembala Keluarga
      dapat Anda lihat dalam kolom INFO edisi e-Konsel 03 dari URL:
   ==>   http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/003/   [01 Nov 2001]


*BIMBINGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*--*-*-*-*-*-*-*-*-* ALKITABIAH*

              -*- KETIKA ANDA PERLU -- TEMAN/SAHABAT -*-

  Ayat-ayat berikut ini dapat dijadikan sebagai penuntun praktis yang
  bisa membimbing Anda pada Alkitab ketika Anda memerlukan teman/
  sahabat. Meskipun demikian, prinsip-prinsip yang ada dalam ayat-ayat
  ini dapat diterapkan juga untuk menjalin suatu persahabatan yang
  indah antara suami dan istri.

          Amsal 27:10, 17:17, 27:6        Amsal 27:17
          Yohanes 15:12-14, 15:15-16      Pengkhotbah 4:9-10
          Mazmur 119:63                   1Yohanes 1:7
          Yohanes 13:34                   Roma 15:5, 15:2
          1Korintus 1:9                   Maleakhi 3:16-17
          Amos 3:3                        1Yohanes 1:3

-*- Sumber -*-:
  Judul Buku : Indeks Masalah Sehari-hari
  Nomor Topik: 09741 (CD SABDA)
  Copyright  : Yayasan Lembaga SABDA [Versi Elektronik (SABDA)]


*KESAKSIAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* KESAKSIAN*

                             -*- ROSE -*-
                 ENGKAU TAK LAGI MEMBERI BUNGA PADAKU

  Mawar merah adalah kecintaannya, ... namanya sendiri juga Rose
  (artinya mawar). Dan setiap tahun suaminya selalu mengirimkan mawar-
  mawar merah yang diikat dengan pita indah.

  Pada tahun suaminya meninggal, ... dia mendapat kiriman mawar lagi.
  Kartunya tertulis "Be My Valentine like all the years before".
  Sebelumnya, setiap tahun suaminya mengirimkan mawar, dan kartunya
  selalu tertulis, "Aku mencintaimu lebih lagi tahun ini, ... Kasihku
  selalu bertumbuh untukmu seturut waktu yang berlalu ...."

  Dia tahu ini adalah terakhir kali suaminya mengirimkan mawar-mawar
  itu. Dia tahu suaminya memesan semua itu dengan bayar di muka
  sebelum hari pengiriman. Suaminya tentu tidak tahu kalau dia akan
  meninggal. Dia selalu suka melakukan segala sesuatu sebelum
  waktunya. Sehingga ketika suaminya sangat sibuk sekalipun, segala
  sesuatunya dapat berjalan dengan baik.

  Lalu Rose memotong batang mawar-mawar itu dan menempatkan semuanya
  dalam satu vas bunga yang sangat indah. Dan meletakkan vas cantik
  itu di sebelah potret suaminya tercinta. Kemudian dia akan betah
  duduk berjam-jam di kursi kesayangan suaminya sambil memandangi
  potret suaminya dan bunga-bunga mawar itu.

  Setahun telah lewat, dan itu adalah saat yang sangat sulit baginya.
  Dengan kesendiriannya dijalaninya semua. Sampai hari ini, hari
  Valentine .. Beberapa saat kemudian, bel pintu rumahnya berbunyi,
  ... seperti hari-hari Valentine sebelumnya ... Ketika dibukanya,
  dilihatnya buket mawar di depan pintunya. Dibawanya masuk, dan tiba-
  tiba seakan terkejut melihatnya. Kemudian dia langsung menelepon
  toko bunga itu ... Ditanyakannya kenapa ada seseorang yang begitu
  kejam melakukan semua itu padanya, ... membuat dia teringat kepada
  suaminya ... dan itu sangat menyakitkan ... Lalu pemilik toko itu
  menjawabnya, ... "Saya tahu kalau suami Nyonya telah meninggal lebih
  dari setahun yang lalu ... Saya tahu Anda akan menelepon dan ingin
  tahu mengapa semua ini terjadi ... Begini Nyonya, ... bunga yang
  Anda terima hari ini sudah di bayar di muka oleh suami Anda, ...
  Suami Anda selalu merencanakannya dulu dan rencana itu tidak akan
  berubah. Ada standing order di file saya, dan dia telah membayar
  semua ... maka Anda akan menerima bunga-bunga itu setiap tahun. Ada
  lagi yang harus Anda ketahui, ... Dia menulis surat special untuk
  Anda ... ditulisnya bertahun-tahun yang lalu ... dimana harus saya
  kirimkan kepada Anda satu tahun kemudian jika dia tidak muncul lagi
  di sini memesan bunga mawar untuk Anda ... Lalu, tahun kemarin, saya
  tidak temukan dia di sini, ... maka surat itu harus saya kirimkan
  tahun berikutnya ... yaitu tahun ini, ... surat yang ada bersama
  dengan bunga itu sekarang ... di hadapan Nyonya saat ini."

  Rose mengucapkan terima kasih dan menutup telepon, ... dia langsung
  menuju ke buket bunga mawar itu, ... Sedangkan air matanya terus
  menetes. Dengan tangan gemetar diambilnya surat itu ... Di dalam
  surat itu dilihatnya tulisan tangan suaminya,
     "Dear kekasihku, ... Aku tahu ini sudah setahun semenjak aku
     pergi. Aku harap tidak sulit bagimu untuk menghadapi semua ini.
     Kau tahu, semua cinta yang pernah kita jalani membuat segalanya
     indah bagiku, Kau adalah istri yang sempurna bagiku. Kau juga
     adalah seorang teman dan kekasihku yang memberikan semua
     kebutuhanku. Aku tahu ini baru setahun, ... Tapi tolong jangan
     bersedih ... Aku ingin kau selalu bahagia, ... walaupun saat ini
     kau sedang hapus air matamu ... Itulah mengapa mawar-mawar itu
     akan selalu dikirimkan kepadamu. Ketika kau terima mawar itu,
     ingatlah semua kebahagiaan kita, dan betapa kita begitu diberkati
     ... Aku selalu mengasihimu ... dan aku tahu akan selalu
     mengasihimu ... Tapi, ... istriku, kau harus tetap berjalan ...
     kau punya kehidupan ... Cobalah untuk mencari kebahagiaan untuk
     dirimu. Aku tahu tidak akan mudah ... tapi pasti ada jalan ...
     Bunga mawar itu akan selalu datang setiap tahun, ... dan hanya
     akan berhenti ketika pintu rumahmu tidak ada yang menjawab dan
     pengantar bunga berhenti mengetuk pintu rumahmu ... Tapi kemudian
     dia akan datang 5 kali hari itu, ... Takut kalau engkau sedang
     pergi ... Tapi jika pada kedatangannya yang terakhir dia tetap
     tidak menemukanmu ... Dia akan meletakkan bunga itu ke tempat
     yang ku suruh ... meletakkan bunga-bunga mawar itu ditempat
     dimana kita berdua dibaringkan .. untuk selamanya ...
     I LOVE YOU MORE THAN LAST YEAR, ... HONEY ...."

  [Diedit dari sumber: milis diskusi www.gerejakatolik.net]

-*-Sumber dikutip sebagian dari:-*-
   Publikasi Elektronik : "e-Reformed"
   Edisi                : No. 25/II/2002
   Judul Edisi          : Engkau Tak Lagi Memberi Bunga Padaku
   Judul Cerita         : Rose
   URL                  : http://www.sabda.org/reformed/025.htm
   atau Arsip SABDA.org : http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/025/
   Subscribed e-Reformed: < subscribe-untuk-i-kan-reformed@xc.org >


*SURAT*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-DARI ANDA-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*SURAT*

  Dari: "Albert Sitohang" <@ptcpi.com>
  >Terimakasih dengan kiriman e-Konsel,
  >Bahan materi ini akan sangat banyak membantu saya pribadi juga
  >untuk diskusi jemaat di tempat saya. Terima kasih banyak.
  >Tuhan memberkati.
  >Salam,
  >ast, Pekanbaru

  Redaksi:
  Puji Tuhan, dan terima kasih kembali. Kami bersyukur untuk jemaat
  di gereja Anda, kiranya Tuhan semakin berkarya dalam hidup Anda dan
  jemaat di gereja Anda. Jika ada berkat-berkat rohani yang Anda
  terima dalam persekutuan di gereja Anda, silakan sharingkan kepada
  kami dalam bentuk kesaksian. Siapa tahu dapat menjadi berkat bagi
  pembaca e-Konsel yang lain. Selamat melayani.


e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL

                          STAF REDAKSI e-Konsel
                       Yulia O., Lani M., Evie D.
                    PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS
                         Yayasan Lembaga SABDA
                     INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR
                          Sistem Network I-KAN
                      Copyright(c) 2003 oleh YLSA

*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
 Anda punya masalah atau perlu konseling? <masalah-konsel@sabda.org>
 Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
 dapat dikirimkan ke alamat:             <owner-i-kan-konsel@xc.org>
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
 Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-konsel@xc.org
 Berhenti:     Kirim e-mail kosong:  unsubscribe-i-kan-konsel@xc.org
 Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel
 ARSIP publikasi e-Konsel:  http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org