Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/30

e-Konsel edisi 30 (15-12-2002)

Natal - Cinta Kasih

><>                 Edisi (030) -- 15 Desember 2002               <><

                               e-KONSEL
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

Daftar Isi:
    - Pengantar           : Selamat Hari Natal
    - Kesaksian Natal     : Perempuan di Kamar A-14
    - Telaga              : Kondisi Bertumbuhnya Cinta Kasih [T 51A]
    - Bimbingan Alkitabiah: Seandainya Kita Ada di Sana,
                            Kasih yang Datang ke Dunia pada Hari Natal
    - Tips                : Katakan "Saya Menyayangimu"
    - Surat               : Bagaimana Mendapat e-Konsel yg sdh Terbit?
                            Kesempatan -- Dibutuhkan (Web, Bahan, Tim)

*REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI*

                    -*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*-

  Tema e-Konsel edisi Natal tahun ini adalah tentang "Cinta Kasih".
  Memahami CINTA KASIH di dunia kita yang penuh "terorisme" belakangan
  ini sebenarnya tidaklah mudah. Jika kita terus-menerus mengikuti
  berita, baik melalui media koran, televisi maupun internet, tentang
  kejahatan yang membabi buta, pertikaian dimana-mana, perceraian yang
  merajalela, kebencian di antara keluarga dan teman, kita menjadi
  bertanya-tanya dalam hati, masih adakah rasa cinta kasih di antara
  sesama manusia? Masih adakah orang-orang yang mau mendengarkan
  ajakan untuk mengasihi sesama? Masih perlukah kita mengumandangkan
  berita cinta kasih kepada sesama?

  Keadaan yang sangat pesimis di atas tidak luput terjadi di antara
  orang-orang Kristen. Setan telah bekerja giat tahun ini untuk terus
  menerus menurunkan standard cinta kasih orang Kristen. Semakin sulit
  orang Kristen meneladani cinta kasih yang telah diajarkan Kristus.
  Kristus rela datang ke dunia untuk mengasihi manusia yang telah
  tidak taat kepada Allah Bapa-Nya. Ia rela menjadi manusia untuk
  mengasihi musuh-musuh-Nya, supaya melalui-Nya musuh-musuh-Nya
  berbalik dan kembali menyembah kepada Allah. Ia memberikan teladan
  bagaimana cinta kasih yang sejati dari Allah Bapa diaplikasikan
  di dunia ini, terutama agar umat pilihan-Nya boleh mengikuti
  jejak-Nya ...

    o Maukah kita merenungkan kembali standard tinggi cinta kasih
      dari Allah Bapa itu di antara kita?
    o Maukah kita mengaplikasikan cinta kasih Allah Bapa itu
      dalam hidup kita sehari-hari saat ini?
    o Maukah kita mengumandangkan kembali berita cinta kasih
      Allah Bapa itu di lingkungan di mana kita hidup?

    "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini,
     sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal,
     supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa,
     melainkan beroleh hidup yang kekal."        (Yohanes 3:16)
               < http://www.sabda.org/sabdaweb/?p=Yohanes+3:16 >

  Selamat Natal .....
                                           ..... dan Tahun Baru!
  Tim Redaksi


*KESAKSIAN -*-*-*-*-*-*-*-*-*-* NATAL *-*-*-*-*-*-*-*-*-*- KESAKSIAN*

                    -*- PEREMPUAN DI KAMAR A-14 -*-

  Waktu itu satu minggu menjelang Natal 1969 di Tegucigalpa, Honduras,
  tempat tugas suami saya. Minggu itu sangat sibuk karena setiap orang
  terlibat dalam kegiatan di sekolah, gereja atau perkumpulan, selain
  bersiap-siap untuk merayakan Natal di rumah masing-masing.

  Perkumpulan Wanita Pemerintah Amerika Serikat (PWPAS) telah
  merencanakan acara sosial tahunan, sebuah pesta Natal di panti wreda
  Asilo de Invalidos. Sebagai sekretaris PWPAS, tugas saya adalah
  menelepon semua anggota, mengingatkan mereka untuk memanggang kue
  dan menolong kami menghibur pasien-pasien. Hampir setiap kali saya
  menelepon mereka, jawabannya selalu, "Saya senang sekali memanggang
  kue, tetapi saya tidak bisa datang ke pesta." Sebelum selesai
  menelepon untuk terakhir kalinya, saya sudah merasa jengkel.

  "Bagus!" pikir saya. "Di mana rasa tanggung jawab dan rasa sosial
  mereka?" Ini betul-betul suatu pesta yang memprihatinkan. Delapan
  wanita dari tiga puluh lima orang yang ada, berjanji untuk membantu.
  Delapan wanita, melayani hampir dua ratus orang pasien.

  Saya teringat akan ibu saya. Ibu meninggal bulan Januari tahun itu;
  tetapi saya tahu pasti, bahwa seandainya ia masih hidup dan
  mengunjungi kami di Honduras, ibu pasti bersedia dan dapat membantu.
  Anda dapat mengandalkannya. "Apabila kita mengerjakan sesuatu yang
  berarti," begitu yang sering dikatakannya kepada saya, "Sudah
  sepatutnya hal itu dikerjakan dengan sebaik-baiknya."

  Kami sudah memutuskan untuk mengadakan pesta; sekarang mana
  kerjasama yang dibutuhkan supaya pesta itu dapat berlangsung dengan
  meriah? Yah, setidaknya mereka dapat mengharapkan saya, pikir saya,
  sambil menghibur rasa jengkel saya karena banyak yang menolak.

  Tepat pada hari pesta itu, saya masih jengkel dan itu tampak jelas
  pada raut wajah saya ketika saya tiba di panti wreda untuk melakukan
  tugas saya. Gladys, ketua PWPAS, sudah ada di dekat meja panjang,
  tempat untuk menyiapkan kue-kue yang akan di bagi-bagikan. Istri
  duta besar juga ada di sana, menyiapkan makanan dan memotong kue.
  Hanya sedikit wanita yang datang membantu dan mereka sibuk menghias
  ruangan, mengatur kursi, dan berusaha menghidupkan suasana pesta.

  "Benar-benar mengecewakan sekali," keluh saya kepada Gladys. "Saya
  berharap ada lebih banyak kaum ibu yang dapat membantu di sini. Apa
  yang harus mulai saya lakukan?"

  Senyum Gladys yang hangat hampir mencairkan kejengkelan saya.
  "Maukah Anda mengantarkan kue untuk pasien yang tidak bisa
  meninggalkan ruangannya?" tanyanya.

  "Boleh," jawab saya, lalu mengambil sebuah baki. "Sebaiknya saya
  memulainya sekarang. Perlu waktu yang cukup lama sampai semua kue
  dibagikan."

  Musik mulai mengalun di pekarangan rumah. Seseorang memimpin pasien
  untuk berkumpul di sana diiringi dengan sebuah lagu Natal. Saya
  tidak mempunyai waktu mendengarkan.

  Saya bolak-balik membawa kue dan minuman, dan pada waktu membagikan
  makanan dan hadiah, saya hampir tidak melihat ke arah pasien. Sebuah
  kantong kecil berisi permen dan sebuah hadiah diberikan kepada
  setiap pasien. Kaki saya mulai pegal karena harus naik-turun tangga,
  dan kejengkelan saya semakin bertambah dalam setiap langkah. Sesudah
  salah satu bangsal selesai, saya mulai masuk lagi ke bangsal lain.

  Waktu saya sampai di anak tangga paling di atas, seorang ibu tua
  yang memakai baju yang sudah sobek dan corak pakaiannya sudah
  memudar, menggapai dan memegang lengan saya dengan takut-takut,
  "Maafkan saya, Nyonya," bisiknya. "Maukah Nyonya menolong menukarkan
  hadiah saya?"

  Dengan kesal, saya berbalik ke arah ibu itu. "Menukar hadiah Ibu?
  Mengapa? Apakah Ibu mendapatkan hadiah untuk pria?"

  "Tidak ... bukan begitu," katanya gagap. "Lihat saya mendapat
  mutiara, padahal mutiara berarti tangisan. Saya tidak mau menangis
  lagi."

  Takhayul yang menggelikan, pikir saya. Apa yang terjadi? Anda
  mengira mereka menghargai apa pun yang mereka peroleh.

  "Maafkan saya," kata saya ketus. "Saya sangat sibuk sekarang.
  Mungkin nanti." Lalu saya pergi, cepat-cepat mengisi baki lagi, dan
  ibu tua itu segera terlupakan.

  Sambil membawa baki penuh kue, saya berjalan cepat-cepat ke bangsal
  Kaum Ibu di lantai pertama. Saya membelakangi pintu kamar A-14, saya
  mendorong dengan punggung saya supaya terbuka, lalu sesudah di dalam
  kamar saya membalikkan tubuh saya. Saya memandang kamar itu
  sepintas, dan merasa terkejut sampai baki yang saya bawa bergetar.

  Di dalam kamar yang suram dan tidak nyaman itu, di atas pelbet
  berseprai abu-abu, memakai baju tua yang sudah usang dan tipis,
  terbaring ibu saya!

  Ibu? Tidak mungkin! Ibu saya sudah meninggal; dan kalaupun ia masih
  hidup, ia tidak akan berada di tempat seperti ini. Tempat ini untuk
  orang yang tunawisma, orang miskin, orang lanjut usia yang sakit dan
  tidak ada orang yang mau mengasihi dan merawat mereka. Ibu memang
  sakit selama enam tahun sebelum meninggal, tetapi ayah merawatnya di
  rumah, bersama anak-anak dan cucu-cucunya yang membantu dan
  mengasihinya.

  Tidak, saya pasti salah lihat. Saya memejamkan mata saya rapat-rapat
  dan menggelengkan kepala saya. Waktu saya membuka mata lagi, ibu tua
  yang kurus itu terlihat jelas. Ia bukan ibu saya! Dengan rambut
  terurai berwarna abu-abu dan matanya yang berwarna biru pucat, ia
  sama sekali tidak mirip dengan ibu saya. Apa yang menyebabkan saya
  mengira wanita malang itu ibu saya?

  Tidak, ia orang lain, bukan ibu saya. Lalu mengapa saya tidak merasa
  lega? Kepedihan di dalam diri saya semakin mendalam, sampai menyekat
  tenggorokan saya seperti suatu bongkahan yang besar. Saya harus
  keluar dari tempat ini, pikir saya. Jangan sampai ia melihat saya
  menangis.

  Tanpa mengucapkan apa-apa, saya keluar membelakangi pintu tepat pada
  waktunya. Air mata membasahi pipi saya waktu saya berjalan di dekat
  ruang masuk yang gelap. Cepat-cepat, seakan-akan lari dari bahaya
  yang tidak diketahui, saya kembali ke meja kue. Di situ, Gladys
  masih tersenyum, bekerja dengan gembira. Wajah saya pasti kelihatan
  berantakan seperti yang saya rasakan, karena waktu ia melihat saya,
  wajahnya tampak gelisah.

  "Mengapa, Betty, ada apa?" tanyanya, memeluk saya.

  "Ibu saya," jawab saya terisak-isak. "Saya baru melihat ibu saya di
  sana. Saya .... saya tidak dapat terus membantu."

  "Anda hanya kelelahan," kata Gladys. "Beristirahatlah."

  Orang-orang di dekat meja memandang saya. Saya mengambil selembar
  serbet kertas dari meja dan menjauhi tatapan mereka. Saya ingin
  menyendiri. Tetapi di mana saya dapat bersembunyi? Di mana-mana ada
  orang.

  Lalu saya melihat tangga. Tempatnya lebar dan gelap, dan di bawahnya
  ada lantai sebelum anak tangga yang ke bawah yang menuju ke Bangsal
  pria yang akan saya layani terakhir. Tidak ada seorang pun di lantai
  bawah tangga. Saya berjalan ke salah satu sudut, duduk sambil
  menangis terus.

  "Ya Tuhan," doa saya. "Mengapa saya begini? Apakah saya sudah gila?"

  Jawabannya segera muncul, bukan dalam kata-kata yang dapat didengar,
  tetapi dalam pikiran yang membuat saya bingung: "Sekiranya saya
  berikan semua milik saya kepada orang miskin ... tetapi saya tidak
  mengasihi orang lain, maka semua itu tidak ada gunanya."

  Dengan hati berat saya menyadari pesan ini ditujukan kepada saya.
  Hari ini saya memanggang kue, berjalan bolak-balik, membawa makanan,
  tetapi untuk apa? Siapa yang saya layani? Siapa yang saya
  perhatikan; atau paling tidak, apakah saya memperhatikan mereka?
  Bagi saya, mereka orang-orang yang tidak berarti sampai saya melihat
  seseorang yang saya sayangi pada salah satu di antara mereka yang
  menderita. Setelah itu mereka baru menjadi nyata.

  "Maafkan saya," bisik saya ke arah dinding. "Saya telah keliru
  melakukannya. Saya akan memulainya lagi." Sesudah menarik napas
  dalam-dalam dan menyeka air mata, saya kembali ke meja kue. Gladys
  sibuk memandang saya waktu saya berjalan mendekat.

  "Anda sudah cukup membantu hari ini, Betty," katanya. "Pulanglah.
  Kami dapat menanganinya."

  "Oh, jangan menyuruh saya pulang sekarang," jawab saya. "Saya baru
  mulai." Saya baru akan membawa sebuah baki waktu pikiran itu muncul.
  "Gladys, apakah masih ada hadiah lain untuk para wanita?" tanya
  saya. "Saya harus menukar sebuah hadiah."

  Gladys memberikan sebuah kotak kecil kepada saya, isinya sebuah bros
  mungil berbentuk hati berhiaskan batu permata berwarna merah.

  "Terima kasih, ini indah sekali," kata saya, sambil membawa kotak
  itu dan cepat-cepat berjalan ke pekarangan rumah. Gladys kelihatan
  bingung, tetapi saya tidak sempat menjelaskan. Ini lebih penting dan
  mendesak.

  Tuhan, tolonglah saya menemukan ibu saya, saya berdoa dalam hati.
  Rasanya tidak tenang karena saya belum menemukan ibu itu. Saya
  terlalu sibuk untuk memperhatikan. Saya lewat begitu saja dan segera
  melupakannya dari pikiran saya.

  Saya mencari-cari ibu itu di tengah-tengah orang banyak dari satu
  lorong ke lorong lain. Semua wajah kelihatan bergembira, tersenyum,
  menyanyikan lagu Natal. Musik itu bergema di telinga saya. Untuk
  pertama kalinya pada hari itu, saya mulai merasa senang.

  Lalu saya melihat baju bercorak yang sobek itu. Ibu itu duduk
  sendiri menyandar ke dinding, di pangkuannya ada permen yang masih
  utuh dan hiasan mutiara. Ia tampak sangat sedih. Saya cepat-cepat
  mendekatinya.

  "Rupanya Ibu ada di sini," kata saya. "Saya mencari-cari, Ibu. Saya
  membawa sebuah hadiah yang lain untuk Ibu."

  Ibu itu mengangkat wajahnya, terkejut. Dengan penuh rasa maaf, ia
  mengambil kotak itu dan membukanya. Matanya berbinar-binar dan
  senyumnya merekah karena senang. "Oh, terima kasih, Nyonya,"
  serunya. Saya harus menelan gumpalan yang menyumbat tenggorokan
  saya, tetapi kali ini saya tidak keberatan.

  "Mari, saya sematkan bros ini," kata saya, "dan singkirkan bros
  mutiara itu. Kita tidak perlu menangis di hari Natal."

  Waktu saya meninggalkannya, ibu itu sudah bergabung dengan yang
  lain, menyanyikan lagu-lagu Natal di pekarangan. Saya merasa seolah-
  olah beban yang berat sudah diangkat dari bahu saya.

  Masih ada yang harus saya lakukan sebelum pesta selesai, saya harus
  kembali ke Ruang A-14. Entah bagaimana saya harus berterima kasih
  kepada pasien itu, tetapi saya tidak tahu bagaimana melakukannya.
  Waktu saya mendorong membuka pintu, ibu itu sedang duduk di atas
  tempat tidur, memakan kue yang dibawa orang lain. Ia tersenyum
  waktu saya masuk.

  "Selamat hari Natal, Mamacita (ibu kecil)," kata saya.

  "Saya senang Anda kembali," katanya. "Saya ingin berterima kasih
  kepada kalian karena mau datang pada hari ini. Saya ingin meberikan
  hadiah untukmu, tetapi saya tidak punya apa-apa. Bolehkah saya
  menyanyikan sebuah lagu?"

  Rasanya saya tidak dapat menahan bongkahan yang menyumbat
  kerongkongan saya, jadi saya mengangguk menyetujui. Saya duduk di
  tempat tidur waktu ia menyanyi dengan suara yang nyaring. Ia tidak
  menyanyikan lagu Natal. Lagu tiga bait yang dinyanyikannya adalah
  lagu yang paling mengharukan yang pernah saya dengar. Mungkin itu
  satu-satunya lagu yang diingatnya. Tetapi matanya yang berbinar-
  binar membuat lirik lagu itu menjadi menonjol dan pesannya
  tertanam dalam hati saya -- Kesukaan bagi Dunia!

-*- Sumber -*-:
  Judul Buku   : Kisah Nyata Seputar Natal
  Judul Artikel: Perempuan di Kamar A-14
  Penulis      : Betty Graham
  Penerbit     : Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 1998
  Halaman      : 147 - 154


*TELAGA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TELAGA*

               -*- KONDISI BERTUMBUHNYA CINTA KASIH -*-
                       oleh Pdt. Dr. Paul Gunadi

  Semua orang, baik suami-istri, orangtua-anak, antar rekan sekerja,
  pasti mengharapkan cintanya bertumbuh dengan subur. Namun agar dapat
  bertumbuh subur diperlukan suatu kondisi yang mendukung pertumbuhan
  tersebut. Kondisi bagaimanakah yang dapat mendukung supaya cinta itu
  tumbuh? Simak ringkasan diskusi bersama Pdt. Dr. Paul Gunadi berikut
  ini.

-------
  T: Kita tahu bahwa cinta atau cinta kasih, khususnya dalam hubungan
     suami-istri atau orangtua-anak itu akan ada semacam proses
     pertumbuhan, dari yang tadinya tidak cinta pelan-pelan menjadi
     cinta. Bagaimana sebenarnya hubungan cinta kasih itu bertumbuh,
     Pak?

  J: Ada anggapan bahwa cinta itu sekali ada akan selalu ada dan cinta
     itu ibarat pohon di pinggir jalan yang tidak usah kita pelihara
     akan terus bertumbuh dan tiba-tiba daunnya rimbun, dan menjadi
     tempat kita berteduh. Tapi kenyataannya tidaklah demikian, baik
     cinta antara suami-istri maupun antara orangtua-anak atau cinta
     antar rekan, teman, perlu dipelihara. Nah yang perlu kita lakukan
     adalah mengenali hal-hal apa yang dapat menyuburkan cinta kasih.
     Jadi asumsinya adalah tanpa hal-hal tersebut, cinta kasih itu
     cenderung akan pudar akhirnya.

-------
  T: Kalau demikian kondisi-kondisi apa supaya cinta itu tumbuh sebaik
     mungkin seperti yang kita harapkan?

  J: Saya akan mengambil beberapa prinsip yang saya temukan dari kitab
     Amsal pasal 31 yang akan saya bacakan dari ayat 10 hingga ayat
     31, namun beberapa ayat saja yang akan saya petik.

     Kondisi pertama saya temukan di ayat 11 : UNSUR KEPERCAYAAN
     ---------------------------------------
     31:11 "Hati suaminya percaya kepadanya, suaminya tidak akan
            kekurangan keuntungan."
     Bagian akhir dari pasal 31 ini merupakan suatu ungkapan
     penghargaan suami kepada seorang istri. Jadi ini adalah seolah-
     olah seperti surat cinta seorang suami kepada istrinya yang penuh
     dengan pengucapan syukur, kekaguman dan penghargaan atas apa yang
     dia lihat dan ia telah terima dari istrinya. Dengan kata lain
     bisa disimpulkan bahwa si suami begitu mencintai si istri. Nah
     apa yang terjadi dalam hubungan cinta ini? Yang pertama adalah
     hati suaminya percaya kepadanya; dengan kata lain cinta itu bisa
     bertumbuh dengan baik kalau ada UNSUR KEPERCAYAAN. Jadi kalau
     kita ini dipercaya, kita cenderung lebih menumbuhkan cinta kasih
     pada orang yang mempercayai kita, tapi kalau kita tidak percaya
     padanya kita cenderung kurang bisa mengasihi orang tersebut. Saya
     kira ini berlaku dalam segala situasi, bahkan dalam situasi kerja
     pula, kita cenderung mencintai pekerjaan kita dan perusahaan yang
     mengkaryakan kita kalau kita merasakan adanya kepercayaan yang
     besar yang diberikan kepada kita. Nah relasi percaya ini akan
     benar-benar menumbuhkan cinta kasih kita terhadap majikan atau
     perusahaan yang mengkaryakan kita. Demikian pula hubungan kasih
     antara orangtua-anak maupun suami-istri. Anak akan lebih
     mencintai orangtuanya kalau orangtua itu memberikan kepercayaan
     yang sepatutnya kepada anak. Anak yang terus-menerus dicurigai,
     ... maka akan sulit bagi anak untuk menumbuhkan rasa kasih
     terhadap orangtua. Suami-istri juga sama, kalau suami senantiasa
     mempertanyakan apa yang dikerjakan oleh istri, ... maka sulit
     bagi si istri untuk memberikan cinta kasih yang besar kepada si
     suami. Jadi kita bisa melihat bahwa dinamika kasih dalam segala
     konteks memerlukan yang namanya kepercayaan.

     Kondisi kedua saya ambil dari ayat 12 : HARUS ADA PERBUATAN BAIK
     -------------------------------------
     31:12 "Ia berbuat baik kepada suaminya dan tidak berbuat jahat
            sepanjang umurnya."
     Kondisi kedua agar cinta bertumbuh dengan baik adalah HARUS ADA
     PERBUATAN BAIK. Jadi kalau kita ini menerima perbuatan baik dari
     seseorang, kita cenderung lebih tergerak untuk mengasihi orang
     tersebut. Kebalikannya jika yang kita terima perbuatan jahat,
     akan sulit sekali bagi kita untuk mencintai orang tersebut. Nah
     kadangkala dalam kehidupan suami-istri kita mulai melupakan
     betapa pentingnya perbuatan baik. Kita beranggapan bahwa dengan
     menjalankan kewajiban masing-masing kita sudah berbuat baik,
     tidak cukup sebetulnya. Bukankah kalau misalnya istri kita
     bertanya, "Apa yang bisa saya bantu?", "Apa yang bisa saya
     lakukan untukmu?", maka suami juga berkata kepada istrinya, "Apa
     saya saja yang mengajar anak malam hari ini?" atau "Bagaimana
     kalau malam ini kita rileks, kita pinjam video untuk nonton sama-
     sama?" Itu adalah sentuhan-sentuhan kecil yang mungkin bagi
     seseorang dianggap tidak begitu bermakna tetapi pada dasarnya
     semua itu menunjukkan itikad baik bagi si penerima perbuatan
     tersebut. Reaksinya apa yang akan muncul, cinta kasih, sebab
     sekali lagi cinta kasih cenderung muncul dengan subur sewaktu ada
     perbuatan baik untuk diterima oleh seseorang.

     Kondisi ketiga saya ambil dari ayat 15 : SUKA BERTANGGUNG JAWAB
     --------------------------------------
     31:15 "Ia bangun kalau masih malam, lalu menyediakan makanan
            untuk seisi rumahnya."
     Yang saya petik dari ayat ini adalah SUKA BERTANGGUNG JAWAB. Jadi
     cinta kasih cenderung bertumbuh dengan kuat jikalau ada rasa
     tanggung jawab yang kuat. Sulit bagi kita mengasihi seseorang
     yang kita nilai tidak bertanggung jawab, tidak melakukan
     tugasnya, tidak melakukan kewajibannya. Demikian pula anak
     terhadap orangtua, kalau anak melihat orangtua hidup bertanggung
     jawab itu akan menumbuhkan rasa cinta kasihnya terhadap orangtua.
     Sudah tentu kebalikannya juga betul, kalau anak justru melihat
     papa dan mamanya hidup tidak bertanggung jawab, yang muncul
     bukannya rasa cinta kasih, tetapi rasa dingin dan bahkan kadang-
     kadang bisa muncul rasa benci.

     Kondisi keempat saya ambil dari ayat 16 : TINDAKAN YANG BERHIKMAT
     ---------------------------------------
     31:16 "Ia membeli sebuah ladang yang diinginkannya dan dari hasil
            tangannya kebun anggur ditanaminya."
     Saya menyimpulkan di sini ada KEPUTUSAN atau TINDAKAN YANG
     BERHIKMAT. Nah ini adalah kondisi yang penting untuk munculnya
     cinta kasih. Bukankah kita sering mendengarkan keluhan orang,
     "Bagaimana saya bisa mengasihi dia?", "Dia terus-menerus
     melakukan kesalahan, mengambil keputusan yang bodoh, yang tidak
     pikir panjang." Dengan kata lain, cinta kasih mudah bertumbuh,
     atau cenderung bisa bertumbuh subur jika ada unsur hikmat,
     sehingga keputusan dan tindakan yang diambil memang keputusan
     yang diambil dengan pikiran matang dan berhikmat. Tanpa hikmat
     kebodohan-kebodohanlah yang mewarnai keputusan dan akhirnya
     banyak kekeliruan yang dilakukan. Nah dalam kondisi seperti itu
     saya kira sukar bagi cinta kasih untuk bertumbuh.

  Catatan Redaksi:
  Dalam diskusi ini, Pdt. Dr. Paul Gunadi menjelaskan mengenai delapan
  kondisi yang diperlukan supaya cinta kasih itu tumbuh sebaik yang
  kita harapkan. Jadi, masih ada empat kondisi lagi yang tidak
  tercantum dalam ringkasan ini. Untuk mendapatkannya/transkrip
  lengkap, simak informasi berikut ini.

-*- Sumber -*-:
   [[Sajian kami di atas, kami ambil dari isi salah satu kaset TELAGA
     No.  51A, yang telah kami ringkas/sajikan dalam bentuk tulisan.]]
     -- Jika Anda ingin mendapatkan transkrip seluruh kaset ini lewat
        e-Mail, silakan kirim surat ke:  < owner-i-kan-konsel@xc.org >
                                  atau:  < TELAGA@sabda.org >
     -- Informasi tentang pelayanan TELAGA/Tegur Sapa Gembala Keluarga
        dapat Anda lihat dalam kolom INFO edisi e-Konsel 03 dari URL:
    ==> http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/003/    [01 Nov 2001]


*BIMBINGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* ALKITABIAH*

                  -*- SEANDAINYA KITA ADA DI SANA -*-

  Beberapa di antara kita ... ada yang berfikir, "Seandainya saya ada
  di sana! Pasti saya akan segera menolong bayi itu. Saya akan
  mencucikan kain lenan-Nya. Alangkah gembiranya seandainya saya
  bersama para gembala pergi menjenguk Tuhan yang berbaring di
  palungan!" Ya, kita akan bergembira! Kita mengatakan begitu karena
  kita tahu betapa agungnya Kristus, tetapi seandainya kita ada di
  sana pada waktu itu, kita tidak akan berbuat lebih baik dari orang-
  orang di Betlehem ... Mengapa kita tidak melakukannya sekarang?
  Kristus ada di tengah-tengah sesama kita.            [Martin Luther]

  "Setelah malaikat-malaikat meninggalkan mereka dan kembali ke surga,
  gembala-gembala itu berkata satu sama lain, "Mari kita ke Betlehem
  dan melihat peristiwa yang terjadi itu, yang diberitahukan Tuhan
  kepada kita." MEREKA SEGERA PERGI, lalu menjumpai Maria dan Yusuf,
  serta bayi itu yang sedang berbaring di dalam palungan. Ketika para
  gembala melihat bayi itu, MEREKA MENCERITAKAN apa yang dikatakan
  para malaikat tentang bayi itu." (Lukas 2:15-17)
  < http://www.sabda.org/sabdaweb/?p=Lukas+2:15-17 >


       -*- KASIH YANG DATANG KE DUNIA PADA HARI NATAL -*-

           Kasih datang ke dunia pada hari Natal,
                Kasih dari segala kasih, kasih ilahi;
           Kasih lahir pada hari Natal,
                Bintang dan para malaikat menjadi tanda.

           Ibadah kita kepada Tuhan,
                Kasih yang menjelma, kasih ilahi;
           Ibadah kita kepada Yesus;
                Tetapi apa yang menjadi tanda yang kudus?

           Kasih yang akan menjadi tanda,
                Kasih akan menjadi milikmu dan milik saya,
           Kasih kepada Allah dan sesama,
                Kasih sebagai permohonan, karunia, dan tanda.
                                              [Christina Rossetti]


                       "INILAH KASIH ITU:
             Bukan kita yang telah mengasihi Allah,
             tetapi Allah yang telah mengasihi kita
                dan yang telah mengutus Anak-Nya
            sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita."
                        (1Yohanes 4:10)
       < http://www.sabda.org/sabdaweb/?p=1Yohanes+4:10 >

                 "DAN HIDUPLAH DI DALAM KASIH,
       sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu
        dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai
          persembahan dan korban yang harum bagi Allah."
                            (Efesus 5:2)
          < http://www.sabda.org/sabdaweb/?p=Efesus+5:2 >

-*- Sumber -*-:
  Judul Buku   : Kisah Nyata Seputar Natal
  Penerbit     : Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 1998
  Halaman      : 161 dan 134


*TIPS *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TIPS*

                 -*- KATAKAN "SAYA MENYAYANGIMU": -*-
          PADA SESEORANG YANG SUDAH LAMA TIDAK MENDENGARNYA

      "Berita gembira yang besar, berita bahagia yang besar,
       Berita tentang kelahiran Raja kita yang benar."
                                        (On Christmas Night)

  Hari-hari menjelang Natal adalah saat ketika banyak dari kita
  berhenti sejenak untuk mengingat orang-orang yang kita sayangi
  dengan hadiah, kartu, telepon, atau saat-saat tenang untuk mengenang
  masa indah bersama. Natal juga merupakan waktu kita mengingat akan
  kasih Allah pada kita, sehingga Ia mengirim Anak Tunggal-Nya supaya
  kita mempunyai hubungan baru yang lebih dalam dengan-Nya. Pesan
  Natal adalah kasih Allah yang dicurahkan bagi manusia.

  "SAYA MENYAYANGIMU" -- I Love You!
  -------------------

  Kadang-kadang ketika kita menunjukkan kasih sayang, kita lupa
  mengatakannya. Cari waktu pada masa Advent ini untuk mengatakan pada
  seseorang bahwa Anda menyayanginya dengan kata-kata. Katakan "Saya
  menyayangimu" pada seseorang yang sudah cukup lama tidak
  mendengarnya.

  * Para orangtua yang tidak menerima kabar dari anaknya yang minggat
    -- tetapi juga pada orangtua yang bertemu anaknya setiap hari.
    Jangan menganggap orang lain tahu kasih sayang Anda kalau Anda
    sudah lama tidak mengatakannya.

  * Pada paman, bibi, kakek, atau nenek yang sudah cukup lama tidak
    dihubungi. Apakah ada kerabat yang sudah lama tidak Anda temui
    atau hubungi? Sisihkan waktu untuk mengunjunginya pada masa Natal
    ini.

  * Pada anak, cucu, keponakan, anak baptis, atau anak tetangga. Anak-
    anak tidak pernah merasa bosan mendengar kata-kata, "Saya sayang
    padamu" atau "Saya benar-benar suka padamu."

  * Pada suami atau istri. Ciptakan kenangan Natal istimewa untuk Anda
    berdua.

  "SAYA MENGHARGAIMU" -- I Appreciate You!
  -------------------
  Kasih mungkin merupakan emosi yang terlalu kuat untuk banyak
  hubungan persahabatan Anda. Namun Natal tetap menjadi saat yang
  tepat untuk mengatakan "Saya menghargaimu" atau "Saya menghormatimu"
  atau "Saya senang Anda menjadi bagian dari hidup saya."

  Katakan pada rekan kerja, atasan atau bawahan, pendeta, guru Sekolah
  Minggu, tukang pos, supir Anda, tetangga sebelah rumah, pegawai yang
  sering memberikan perhatian khusus, dll.

  Kasih adalah "kabar baik, kabar kesukaan" yang kita nyanyikan. Untuk
  menjadi kabar, kasih perlu dikatakan. Jadikan Advent sebagai saat
  untuk menyebarkan kabar ini!

-*- Sumber -*-:
  Judul Buku   : 52 Cara Sederhana Membuat Natal Menjadi Istimewa
  Judul Artikel: Katakan "Saya Menyayangimu" Pada Seseorang yang Sudah
                 Lama Tidak Mendengarnya [19]
  Penulis      : Jan Dargatz
  Penerbit     : Interaksara, Batam Centre, 1999
  Halaman      : 67 - 69


*SURAT *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- DARI ANDA -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* SURAT*

  Dari: "Rocky S." <rms@>
  >Bagaimana caranya saya bisa mendapatkan kumpulan edisi konseling
  >yang telah dipublikasikan via milis?
  >Salam Sejahtera,
  >Selamat Melayani,
  >Rocky S.

  Redaksi:
  Terima kasih untuk pertanyaan Anda. Untuk mendapatkan edisi-edisi
  e-Konsel yang telah diterbitkan, Anda bisa berkunjung ke bagian
  Sistem Arsip Publikasi yang ada di Situs SABDA.org di alamat:
  ==>   http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
  Selamat berkunjung.

  [Cat: Saat ini Redaksi e-Konsel sedang bekerja sama dengan C3I,
  TELAGA, dan YLSA untuk merancang dan menyiapkan bahan/arsip/orang
  untuk membuat Situs "Christian Counseling Center". Silakan doakan
  proses ini. Ada beberapa kesempatan bagi sukarelawan dalam proses
  pengembangan situs baru ini -- yang dibutuhkan (Web, Bahan, Tim):
     1) Web Designers, Web Programmers/Authors, Web Developers, dll.
     2) Penulis  -- Sumber Bahan, Artikel, Cerita, Kesaksian, dll.
     3) Tim -- Pendoa, Pendukung, Moderator, Konselor, dll.
  Ingat: semua doa, dukungan, partisipasi, dan dorongan para pembaca
  sangat dibutuhkan -- jadilah pembaca serta pendoa yang aktif! :) ]


e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL

                         STAF REDAKSI e-Konsel
                      Yulia O., Lani M., Ka Fung
                    PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS
                         Yayasan Lembaga SABDA
                     INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR
                          Sistem Network I-KAN
                      Copyright(c) 2002 oleh YLSA

*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
  Anda punya masalah atau perlu konseling? <masalah-konsel@sabda.org>
  Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
  dapat dikirimkan ke alamat:             <owner-i-kan-konsel@xc.org>
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
  Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-konsel@xc.org
  Berhenti:     Kirim e-mail kosong:  unsubscribe-i-kan-konsel@xc.org
  Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel
  ARSIP publikasi e-Konsel:  http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org