Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/13

e-Konsel edisi 13 (1-4-2002)

Kekeringan Rohani

><>                  Edisi (013) -- 01 April 2002                 <><

                               e-KONSEL
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

Daftar Isi:
    - Pengantar            : "Kekeringan Rohani"
    - Cakrawala            : Spiritual Dehydration (Kekeringan Rohani)
    - Telaga               : Ketika Tuhan Terasa Jauh ( 59B)
    - Bimbingan Alkitabiah : Kemunduran, Kelesuan Rohani
    - Kesaksian            : Pelayan dari Hal yang Mustahil
    - Surat                : Ralat: Abad Ke-14 Seharusnya Abad Ke-4,
                             Saran: Buku "Kekecewaan Terhadap Tuhan"

*REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI*

                    -*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*-

  Pada edisi ini kami tertarik untuk membahas topik tentang
  "kekeringan rohani", karena "kekeringan rohani" ternyata menjadi
  salah satu sumber masalah hidup yang banyak dialami bukan hanya oleh
  para konselee tapi justru sebagian besar juga oleh para konselor dan
  pelayan Tuhan. Ada banyak sebab dari "kekeringan rohani", misalnya
  karena kecapaian fisik dalam pelayanan yang terus menerus sehingga
  akhirnya tidak lagi menikmati hubungan yang dekat dengan Tuhan.
  Selain itu bisa juga terjadi karena dosa-dosa yang belum dibereskan
  dengan Tuhan, tapi bisa juga karena Tuhan ingin mengajarkan kita
  untuk hidup lebih dewasa secara rohani. Nah, mudah-mudahan sajian
  kami seputar "kekeringan rohani" ini dapat menolong para konselor
  untuk mengatasi (atau lebih baik lagi untuk mencegah) terjadinya
  "kekeringan rohani", baik dalam diri sendiri maupun orang yang kita
  konseling. Jangan biarkan Iblis mengecoh dan membuat kita kehilangan
  sukacita dalam melayani orang lain.

  Dalam kasih-Nya,
  Staf e-Konsel

 *CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA*

           -*- SPIRITUAL DEHYDRATION (KEKERINGAN ROHANI) -*-

  Pengikut-pengikut Yesus yang paling aktif kadang-kadang menemukan
  diri mereka merasa terkuras habis dan kering kerontang secara
  rohani. Pendeta-pendeta dan pekerja-pekerja gereja lainnya juga
  sering merasa demikian pada hari Minggu. Terutama jika seminggu
  sebelumnya mereka dipenuhi kesibukan dan kegiatan rohani yang luar
  biasa banyaknya, apalagi pada perayaan hari-hari besar Kristen.
  Setelah melalui satu minggu yang sibuk, saya sering berkata kepada
  istri saya, Angela, "Saya merasa seakan-akan seseorang telah
  menyeret kaki saya dan menguras habis energi saya!"

  Pekerja-pekerja gereja bukanlah satu-satunya yang mengalami
  pengaruh-pengaruh berkepanjangan dari "kekeringan rohani". Siapapun
  yang bekerja menghadapi publik secara terus-menerus pasti mengetahui
  perasaan ini. Pelayan dalam bidang jasa, guru, pekerja kesehatan dan
  para pekerja sosial adalah orang-orang yang rentan dan mudah
  mengalami "kekeringan rohani".

  Tak dapat dihindari, orang-orang yang tinggal atau bekerja dalam
  lingkungan yang amat menekan akan menemukan sumber energi mereka
  menjadi kering. Orangtua yang mengasuh anak-anak dan remaja juga
  sering mengalami persediaan spiritual/rohani mereka menjadi
  terkurang habis (kosong).

  Ironisnya, orang Kristen yang paling aktif adalah kandidat/calon
  paling utama yang mengalami "kekeringan rohani". Mengapa? Karena
  sangatlah mudah untuk menjadi begitu sibuk saat melakukan "pekerjaan
  Tuhan" sampai anda memiliki sedikit atau tidak ada waktu sisa untuk
  menikmati kehadiran Tuhan.

  ANDA TIDAK BISA MEMBERIKAN APA YANG TIDAK ANDA MILIKI

  "Kekeringan rohani" tidak hanya disebabkan karena kita terus-menerus
  memberi, tetapi juga karena kegagalan untuk mengisi kembali sumber-
  sumber daya rohani yang kita miliki.

  Seringkali, merupakan keuntungan bagi saya untuk dapat berbicara
  dengan para pendeta dan pelayan Kristen. Yang saya perhatikan,
  persoalan serius yang mereka hadapi adalah "kekeringan rohani". Saya
  katakan kepada mereka, "Anda tidak bisa memberikan sesuatu yang
  belum anda terima." Anda berpikir bahwa persekutuan anda dengan
  Yesus sebanding dengan pelayanan yang anda lakukan untuk Dia. Namun
  justru kebalikannya. Pelayanan anda ada disebabkan karena adanya
  persekutuan dengan Dia. Tanpa memiliki persekutuan dengan Yesus,
  semua pelayanan anda hanya menjadi sebuah pertunjukan dan kepura-
  puraan.

  Ilustrasi:
  ----------
  Hampir sepanjang hidup saya tinggal di Pennsylvania bagian barat
  dekat Pittsburgh, sebuah kota yang diidentikkan oleh sebagian besar
  orang dengan baja, batubara dan cerobong-cerobong asap yang
  memuntahkan kotoran ke udara. Beberapa waktu yang lalu, gambaran itu
  memang tepat untuk kota ini, tetapi sekarang tidak lagi. Saat ini
  Pittsburgh adalah salah satu pemandangan yang terindah di Amerika.
  Datang melalui terowongan Fort Pitt, salah satu dari terowongan-
  terowongan yang menjadi jalur lalu lintas menuju ke daerah pusat
  kota, saya menyaksikan saat kota ini berkembang dan memiliki
  pemandangan luas yang indah tepat di depan mata. Berapa kalipun saya
  melihatnya, hal itu masih merupakan pemandangan yang mengagumkan.

  Suatu hari saat mendekati terowongan-terowongan tersebut pada jam
  sibuk, saya terjebak kemacetan lalu lintas yang luar biasa. Mobil-
  mobil dan truk berbaris bermil-mil, menunggu agar dapat melewati
  terowongan tersebut. Saat kendaraan-kendaraan merayap turun dari
  sebuah bukit menuju terowongan-terowongan tersebut, lebih banyak
  lagi kendaraan lain yang menyusul rangkaian itu, memperparah
  kebuntuan jaringan jalan bebas hambatan yang sudah kelebihan beban
  tersebut. Emosi memuncak dan radiator memanas makin menambah rumit
  keadaan. Perjalanan yang seharusnya hanya membutuhkan waktu 20 menit
  dari bandar udara menuju kota ternyata memakan waktu saya selama
  hampir dua jam.

  Penyiar berita pada malam itu mengungkapkan penyebab terjadinya
  kemacetan tersebut. Ada sebuah mobil kehabisan bensin di tengah
  terowongan, pengemudi dan keluarganya duduk diam di dalam mobil itu
  karena ketakutan (ditambah lagi dengan mendengar umpatan-umpatan
  kasar dari para pengemudi lain saat mereka melintas). Karena takut
  untuk keluar dari mobil dan mencari bantuan, mereka tetap terhalang
  dan terhenti di tengah jalur cepat.

  Tidak hanya si pengemudi telah membahayakan dirinya, tetapi dia juga
  telah membahayakan seluruh keluarganya dan hampir menyebabkan
  terjadinya bencana bagi ratusan orang lainnya. Bersyukur karena
  tidak terjadi malapetaka, namun pengemudi tersebut tentu saja telah
  membuntukan jaringan jalan bebas hambatan dan menyusahkan begitu
  banyak orang.

  AKIBAT KEKERINGAN ROHANI

  Hal yang sama terjadi saat anda mengalami "kekeringan rohani".
  Kemungkinan anda adalah orang yang kehabisan bensin, namun dampak-
  dampak dari "kekeringan rohani" yang anda alami mempengaruhi orang-
  orang di sekitar anda. "Kekeringan rohani" yang dialami seorang
  pendeta menandakan kematian jemaatnya; tangki rohani seorang ayah
  yang kosong akan mengorbankan anggota-anggota keluarganya; seorang
  atasan yang persediaan spiritualnya kering akan memberikan kesan
  spiritual yang buruk pada para pekerjanya. Lusinan, kadang-kadang
  ratusan, bahkan mungkin ribuan orang lain terpengaruh secara negatif
  manakala seorang Kristen membiarkan dirinya kehabisan bahan bakar
  secara rohani.

  BEBERAPA INDIKASI KEKERINGAN ROHANI

  1. "Kekeringan rohani" akan jelas terlihat jika kita melakukan
     banyak aksi pelayanan tapi memiliki motivasi yang kurang benar.

  2. Jika kita sering menggunakan jargon-jargon Kristen tetapi dalam
     kehidupan nyata kita tidak memiliki kuasa rohani, maka kita
     sebenarnya sedang mengalami "kekeringan rohani".

  3. Orang yang "kekeringan rohani" ditandai dengan banyaknya
     menekankan doktrin-doktrin tapi hidup tanpa kasih di dalamnya.

  4. Tanda lain dari "kekeringan rohani" adalah ketika kita menjadi
     pelayan Kristen yang bekerja paling keras tapi sekaligus juga
     menjadi pengkritik yang paling keras terhadap orang lain dan diri
     sendiri.

  5. Jika seorang pelayan Tuhan tiba-tiba berhenti melayani pekerjaan
     Tuhan yang biasanya paling ia sukai, karena sebab-sebab yang
     tidak jelas atau tidak penting, mungkin anda sedang mengalami
     "kekeringan rohani".

  SUMBER UNTUK MENYEMBUHKAN KEKERINGAN ROHANI

  Jika anda mengalami tanda-tanda di atas, kembalilah kepada Tuhan
  yang menjadi sumber kekuatan kita, seperti yang dikatakan Yesaya,

          "tetapi orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan
              mendapat kekuatan baru:" (Yesaya 40:31)
          < http://www.sabda.org/sabdaweb/?p=Yes+40:31 >

  Percayalah kepada kekuatan Allah dan jangan pada kekuatan diri
  sendiri. Allah berkuasa untuk menciptakan sumber kekuatan rohani
  untuk mengisi bejana anda yang kosong. Ia adalah "Yehova Jireh",
  Allah yang menyediakan. Ia bukan Allah yang hanya menonton tapi Ia
  terlibat dalam detik demi detik hidup kita hingga saat ini. Ia tidak
  pernah terlalu sibuk dan terlalu capai untuk mendengarkan dan
  berkomunikasi dengan kita.

  Ketika kita mengalami "kekeringan rohani", jangan biarkan
  kesombongan kita menyebabkan kita semakin jauh dari Tuhan.
  Panggillah nama-Nya, ijinkan Dia untuk membangkitkan semangat
  anda lagi dan memulihkan kekuatan anda. Dengarlah suara-Nya,
  peganglah janji-Nya, karena Ia adalah setia.

  -*- Artikel di atas diterjemahkan dan diringkas dari sumber -*-:
  Judul Buku   : The Disillusioned Christian
  Judul Artikel: Spiritual Dehydration
  Penulis      : Ken Abraham
  Penerbit     : Here's Life Publishers, 1991
  Halaman      : 31 - 43


*TELAGA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TELAGA*

                   -*- KETIKA TUHAN TERASA JAUH -*-

  Ada kalanya di tengah pertumbuhan rohani, Tuhan sengaja membawa kita
  ke "padang gurun", di mana kita sendirian tiada orang-orang seiman
  yang menguatkan kita, tiada pembimbing rohani yang mengingatkan kita
  dan tidak ada lagi perkataan Tuhan yang dapat kita dengar. Kita
  benar-benar merasakan kesunyian yang luar biasa. Dan Tuhan seakan
  menghendaki agar kita melewati masa yang sunyi dan gersang seperti
  di gurun pasir itu agar kita melihat Tuhan dengan cara pandang yang
  lain.

  Pada awal pembicaraan tema ini, Dr. Paul Gunadi memulainya dengan
  menceritakan sebuah kisah nyata: Ini adalah kisah perjalanan
  kehidupan rohani seorang Kristen yang bernama Richard Foster.
  Foster dikenal sebagai penulis buku-buku Kristen tentang disiplin
  rohani dan tentang 'money, seks and power'. Pada suatu ketika dia
  merasakan Tuhan meminta dia untuk meninggalkan pelayanannya selama
  waktu yang tak ditentukan. Pada saat itu dia adalah seorang dosen
  dan terlibat dalam banyak pelayanan rohani. Apa yang Tuhan minta
  itu betul-betul sesuatu yang sangat-sangat mencemaskan. Apalagi dia
  tidak tahu berapa lama Tuhan meminta dia untuk meninggalkan
  aktivitas sehari-harinya itu. Namun karena dia ingin taat kepada
  Tuhan, maka dia tetap melakukannya. Nah, dia menuliskan
  pengalamannya ini dan saya mendapatkan banyak berkat dari apa yang
  dia tuliskan. Dia menamakan pengalaman ini pengalaman gurun pasir.

  Foster menuliskan bahwa di dalam hidup kerohanian itu Tuhan tidak
  selalu menyatakan diri-Nya seperti seorang ayah yang langsung
  menyelamatkan anaknya sewaktu anak itu berseru minta tolong kepada
  ayahnya. Apalagi waktu kita masih "bayi" dalam Tuhan, kita akan
  melihat bahwa Tuhan itu begitu sigap membantu kita, begitu sigap
  memberikan petunjuk kepada kita. Namun menurut Foster akan ada masa
  di mana Tuhan tidak bertindak sesigap itu. Dengan tujuan agar kita
  menggantungkan diri kita kepada Dia, bukan kepada perbuatan-Nya,
  bukan kepada apa yang Tuhan berikan kepada kita. Nah pada masa awal-
  awal rohani kita, kita cenderung bergantung sekali pada pemberian-
  pemberian Tuhan, pada perbuatan-perbuatan Tuhan, kita meninggikan
  perbuatan Tuhan yang menolong kita, yang menyelamatkan kita, kita
  bersyukur atas pemberian Tuhan pada saat keadaan yang sangat kita
  butuhkan. Tapi untuk menjadikan kita ini dewasa, kita perlu melewati
  masa kegersangan seperti di gurun pasir.

  Justru pada masa-masa di gurun pasir inilah kita akan merasakan
  kesendirian, namun tidak berarti Tuhan meninggalkan kita. Foster
  menuliskan betapa dia ingin mendapatkan petunjuk Tuhan, mendengar
  suara Tuhan yang bisa membimbing dia kembali tapi dia merasakan
  saat-saat itu kok Tuhan begitu sunyi. Pada awalnya dia masih bisa
  menghadapinya dengan baik, tetapi lama-kelamaan ia menjadi sangat
  cemas. Terutama karena dia tidak tahu kapan ini akan selesai. Namun
  inilah yang dia saksikan setelah dia melewati masa di gurun pasir
  itu, bahwa sekarang ia merasa sangat bergantung kepada Tuhan dengan
  cara yang sangat berbeda, dan inilah yang benar-benar telah
  mendewasakan kehidupannya dengan Tuhan.

-------
  T: Ketika Foster mengatakan di padang gurun, kita langsung teringat
     dengan kisah Tuhan Yesus yang dicobai di padang gurun itu. Apakah
     hal itu juga terjadi dalam diri Tuhan Yesus?

  J: Matius 4:1, berkata "Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun
     untuk dicobai Iblis." Sebetulnya kalimat ini sangatlah pendek
     tapi benar-benar suatu kalimat yang bermakna sangat dalam. Yang
     pertama kita melihat dengan jelas bahwa Tuhan Yesus dibawa oleh
     Roh, nah Roh ini Roh siapa, Roh Allah sudah tentu. Jadi Yesus
     dibawa oleh Roh Allah ke padang gurun. Dengan kata lain kita
     simpulkan bahwa Allah-lah yang menghendaki untuk masuk ke dalam
     gurun pasir itu, dan kita tahu Yesus selama 40 hari 40 malam
     berpuasa, tidak makan tidak minum, dan pada saat itulah Dia
     dicobai. Nah, Iblis datang bukan kebetulan tapi dikatakan jelas
     bahwa Yesus di bawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai
     Iblis, memang tujuannya adalah supaya dicobai oleh Iblis. Nah,
     kadangkala akan terjadi pada diri kita pula, Tuhan akan dengan
     sengaja dan dalam rencana-Nya membawa kita ke padang gurun, di
     mana kita akan sendirian tidak ada lagi orang-orang seiman yang
     bisa menguatkan kita, tidak ada lagi pembimbing rohani kita yang
     bisa mengingatkan kita untuk terus datang kepada Tuhan dan kuat
     dalam Tuhan. Dan tidak ada lagi perbuatan Tuhan yang bisa kita
     saksikan dan tidak ada lagi suara Tuhan yang bisa kita dengar
     dan benar-benar kita merasakan kesunyian yang luar biasa.

-------
  T: Tapi ada kasus di mana seseorang merasa bahwa dia ditinggalkan
     oleh Tuhan atau merasa jauh dari Tuhan. Tapi, mungkinkah dia
     malah menjadi justru semakin menjauhkan diri dari Tuhan?

  J: Bisa terjadi, karena pengalaman gurun pasir adalah pengalaman
     yang mencemaskan. Bahkan Richard Foster sendiri merasakan itu
     pengalaman yang tidak mudah dilewatinya, dia merasakan desakan
     untuk kembali kepada aktivitasnya semula. Dengan kata lain,
     memang kita akan jauh lebih nyaman mengenal Tuhan melalui cara-
     cara yang telah kita kenal itu, melalui berkat-Nya, melalui
     pemberian-Nya jadi ada kecenderungan kita akan mengalami
     kesulitan bertahan dalam pengalaman gurun pasir itu, Jika kita
     tidak tahan bisa-bisa memang malah menjauhkan diri karena kita
     menuduh Tuhan telah meninggalkan kita. Tetapi saya percaya satu
     hal, kalau kita memang tulus mengikut Tuhan dan Tuhan
     menempatkan kita dalam pengalaman gurun pasir itu, Tuhan tidak
     akan membiarkan kita meninggalkan Dia di waktu-waktu kritis itu.
     Saya percaya Tuhan akan kembali menyentuh kita dan mengingatkan
     bahwa Dia di samping kita. Bahwa Dia sengaja sunyi bukan untuk
     mendiamkan kita, tapi mengajar kita untuk berdiam diri, di
     hadapan Dia ... itu yang Dia akan ajarkan kepada kita.

-------
  T: Bagaimana kita bisa siap untuk masuk di dalam padang gurun itu?

  J: Saya kira dalam hal ini yang paling penting kita dekat dengan
     Tuhan, membaca Firman-Nya, menekuni-Nya, mencoba menaati Tuhan
     dan kita tidak usah memikirkan kapan Tuhan akan menempatkan kita
     di pengalaman gurun pasir itu. Sebab itu adalah kehendak Tuhan
     dan hak Tuhan, kapan waktunya hanya Tuhan yang menentukan.

-------
  T: Firman Tuhan manakah yang dapat menguatkan kita ketika kita ada
     dalam pengalaman padang pasir?

  J: Saya akan bacakan dari apa yang tadi saya sudah baca di Matius 4;
     diakhir pencobaan Tuhan Yesus telah menang melawan godaan-godaan
     Iblis, dikatakan di ayat 11, "lalu Iblis meninggalkan Dia." Jadi
     yang saya tekankan bahwa peristiwa itu akan lewat, apapun yang
     menimpa kita akan lewat, dalam hal Tuhan Yesus menang atas
     pencobaan Iblis dan Malaikat-malaikat datang melayani Yesus. Jadi
     kabar gembiranya adalah bahwa kalau kita melewatinya maka Tuhan
     akan datang kepada kita dan benar-benar melimpahkan pelayanan-Nya
     kepada kita kembali, sebab di situlah kita bersukacita merayakan
     kemenangan itu.

-*- Sumber -*-:
   [[Sajian kami di atas, kami ambil dari isi salah satu kaset TELAGA
     No.  59B, yang telah kami ringkas/sajikan dalam bentuk tulisan.]]
     -- Jika anda ingin mendapatkan transkrip seluruh kaset T59B lewat
        e-Mail, silakan kirim surat ke:  < owner-i-kan-konsel@xc.org >
     -- Informasi tentang pelayanan TELAGA/Tegur Sapa Gembala Keluarga
        dapat anda lihat dalam kolom INFO edisi e-Konsel 03 dari URL:
    ==> http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/003/    [01 Nov 2001]


*BIMBINGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* ALKITABIAH*

                  -*- KEMUNDURAN, KELESUAN ROHANI -*-

  AYAT ALKITAB
  ============
  Pertobatan dan Pengakuan:
     1Yohanes 1:9; Amsal 28:13; Mazmur 51:19; Mazmur 40:2-4

  Janji Pengampunan:
     2Tawarikh 7:14; Yesaya 55:7

  Pertumbuhan Rohani:
     Efesus 3:17-19; Kolose 3:16; Filipi 4:6,7

  Percaya pada Allah untuk Kemenangan tiap-tiap hari:
     Amsal 3:5,6; Roma 8:32,37

  LATAR BELAKANG
  ==============
  Kasus yang akan kita bahas ini menyangkut soal kegagalan moral atau
  rohani. Kasusnya bisa sangat berat, sampai seseorang kehilangan
  persekutuannya dengan Tuhan, menjadi dingin dan acuh terhadap
  kerohanian, atau bahkan sampai murtad.

  Berikut adalah beberapa tahap kemunduran rohani:
  ------------------------------------------------
  - Murtad:
    Seseorang menjadi murtad karena menolak kebenaran Allah yang
    dinyatakan di dalam Firman Tuhan dan dalam Putra-Nya, secara
    sengaja.

  - Dosa-dosa daging:
    Seseorang dihanyutkan oleh nafsunya sendiri dan terpikat untuk
    berdosa. Di antaranya pelanggaran susila, mabuk, membunuh, dan
    sebagainya.

  - Dosa-dosa roh:
    (Paling banyak terdapat pada orang Kristen). Pertama adalah
    kesuaman rohani -- ketiadaan tanggung jawab di hadapan Allah dan
    kepada gereja-Nya, yang membuat hidup dan pelayanannya menjadi
    tidak bermanfaat dan tidak sesuai dengan Firman Tuhan. Bisa juga
    dimasukkan ke dalamnya, dosa berdusta, menipu, gosip, iri hati,
    pementingan diri sendiri, cemburu, dan sebagainya.
    (lihat Galatia 5:19-21).

  Faktor-faktor penyebab kemunduran:
  ----------------------------------
  - Kekecewaan atas ketidaksesuaian hidup orang Kristen lain, entah
    yang sungguh disaksikan atau hanya terkilas di pikiran.

  - Hubungan dengan Kristus secara asal-asalan, atau mengikut "dari
    jauh", dan melupakan kepentingan Firman Tuhan, doa dan kesaksian
    dalam hidup Kristen.

  - Ketidaktahuan tentang makna konkrit tanggung jawab dan tindakan
    yang rohani.

  - Ketidaktaatan kepada kehendak yang Allah nyatakan dalam hidup.

  - Dosa yang disengaja dan yang terus tidak diakui. Kita perlu sadar
    bahwa setiap orang harus bertanggung jawab atas semua tindakannya
    di hadapan Tuhan. Ini menuntut pertobatan dan pengakuan.

  ------------------------------Kutipan-----------------------------------
  Menurut Billy Graham:
  "Jika anda seorang yang sungguh beriman pada Kristus, anda akan
  berada dalam peperangan. Nafsu-nafsu daging, daya tarik dan pengaruh
  dunia serta Iblis, akan memerangi hidup Kristen anda. Daging akan
  menentang roh, dan roh akan melawan daging, dan pertentangan itu
  akan terus berlangsung. Hanya ketika anda menyerahkan diri penuh dan
  mempercayakan setiap bagian hidup anda kepada Kristus, baru anda
  akan mengalami damai sejahtera sempurna. Terlalu banyak orang yang
  ingin berpijak sebelah kaki atas dunia ini dan sebelah lagi atas
  kerajaan Allah, mencoba bersikap netral. Tetapi anda tidak akan
  mengalami kebahagiaan dengan sikap demikian. Nyatakan bahwa anda
  milik Kristus."
  --------------------------Kutipan_Selesai-------------------------------

  STRATEGI BIMBINGAN
  ==================
  Pembimbing harus mendorong orang yang dilayaninya untuk mengalami
  pertobatan sejati, pengakuan dan pemulihan, agar dia mengalami
  pembaruan kasih kepada Kristus, Firman-Nya dan pelayanan-Nya.

  Untuk mencapai sasaran ini, coba temukan bagaimana dia kehilangan
  persekutuannya dengan Tuhan. Jika nampaknya dia kurang pasti tentang
  penyerahan dirinya dulu pada Kristus, ulangi lagi "Damai dengan
  Allah". [["Damai dengan Allah" -- Traktat untuk menolong/menuntun
  orang non-Kristen agar dapat menerima Kristus (dari LPMI/PPA); atau
  Buku Pegangan Pelayanan, halaman 5; atau CD-SABDA: Topik 17750.]]

  Jika dia bersedia menghadapi masalahnya, teruskan dengan hal-hal
  berikut:
  1. Minta dia mengakui segala dosa yang disadarinya kepada Tuhan,
     sesuai dengan 1Yohanes 1:9.

  2. Bimbing dia membahas "Pemulihan". Melalui pengakuan, dia dapat
     diperbarui. Tidak ada dosa yang tidak akan Allah ampuni di dalam
     Kristus.
     [["Pemulihan" -- Panduan untuk orang yang sudah menerima Kristus,
     namun undur dari-Nya dan kini kembali mencari keampunan (Buku
     Pegangan Pelayanan); atau CD-SABDA: Topik 17753.]]

  3. Dorong dia untuk mulai membaca dan mempelajari Alkitab dan berdoa
     tiap hari. Tawarkan "Hidup dalam Kristus" yang akan membantunya
     memulai penelaahan Alkitab.
     [["Hidup dalam Kristus" -- Buklet yang berisi pelajaran-pelajaran
     dasar tentang prinsip memulai Kehidupan Kristen (dari PPA,
     Persekutuan Pembaca Alkitab); atau CD-SABDA: Topik 17453.]]

  4. Anjurkan dia melibatkan diri dalam persekutuan, pengajaran dan
     pelayanan di suatu gereja yang mementingkan Firman Tuhan.

  5. Dorong dia untuk berusaha memperbaiki kesalahannya pada orang
     lain, jika perlu.

  6. Berdoalah dengannya agar dia mengalami pemulihan penuh dan
     menerima berkat Tuhan.

  7. Desak dia untuk menghafalkan Amsal 3:5,6 dan belajar untuk
     bergantung pada kebenarannya di masa-masa mendatang.

-*- Sumber -*-:
  Judul Buku: Buku Pegangan Pelayanan
  Penulis   : Billy Graham
  Penerbit  : Persekutuan Pembaca Alkitab (PPA)
  Halaman   : 108 - 110
  CD-SABDA  : Topik 17596


*KESAKSIAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* KESAKSIAN*

  Redaksi: Berikut ini adalah ringkasan kesaksian dari seorang pelayan
  Tuhan yang mengalami "kekeringan rohani" sampai ia kehilangan semua
  sukacita dalam hidup bersama Tuhan.
                                Bagaimana ia mengatasi masalahnya ini?

               -*- PELAYAN DARI HAL YANG MUSTAHIL  -*-

  Sejak saya muda, saya mengerti dengan baik bahwa keluarga saya
  menjunjung prinsip kerja keras. Oleh karena itu ketika saya
  bertumbuh dewasa saya tidak pernah menemukan ada waktu terbuang
  dalam hidup saya. Setiap menit saya isi dengan bekerja. Jika saya
  bekerja sepuluh jam itu adalah hal yang bagus, namun lebih bagus
  lagi jika saya bisa bekerja empatbelas jam.

  Semasa kuliah saya ingat sering tidak pulang ke rumah karena saya
  tidur jam 3 pagi sehingga untuk menghemat waktu saya tidur di
  kafetaria dan dapat kembali belajar sepagi mungkin. Saya juga ingat
  pada suatu musim panas saya bekerja mulai jam 05.00 pagi dan selesai
  jam 08.00 malam. Saya ingat ibu saya bangun setiap jam 04.00 pagi
  untuk menyediakan makanan-makanan yang akan menjadi persediaan
  tenaga saya untuk menjalani hari itu. Namun setelah beberapa tahun
  berlalu, kebiasaan itu telah mengubah prioritas saya. "Kerja"
  perlahan-lahan menjadi prioritas saya yang paling atas.

  Selama bertahun-tahun ketika saya bekerja sebagai pelatih dan
  direktur wilayah untuk "Young Life", saya bekerja selama empatbelas,
  bahkan limabelas jam sehari; enam atau tujuh hari dalam seminggu.
  Namun demikian saat pulang ke rumah saya masih memiliki perasaan
  bahwa saya belum cukup bekerja. Jadi saya mencoba menjejalkan lebih
  banyak pekerjaan lagi dalam jadwal. Saya menghabiskan lebih banyak
  waktu untuk meningkatkan hidup daripada untuk menjalani hidup. Saya
  tidak pernah mengerti apa yang Kristus maksudkan saat Ia berkata,

     "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku
     akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan
     belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan
     jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak
     dan beban-Kupun ringan." (Matius 11:28-30).

  Hidup tidak lagi menjadi tenang, karena saya selalu lari cepat
  dengan gila-gilaan dari satu jam ke jam yang berikutnya. Saya ingat
  saat-saat dimana keletihan menjadikan saya merasa terpisah dan
  terasing -- perasaan-perasaan yang belum pernah saya alami
  sebelumnya. Tenaga saya terkuras, saya menjadi amat kecewa dan
  gelak tawa, yang sebelumnya selalu menjadi kawan saya yang paling
  berharga, telah menyelinap pergi dengan diam-diam.

  Di tengah-tengah pengalaman saya ini, saya menerima kiriman kutipan
  dari jurnal-jurnal. Kutipan itu menggambarkan deskripsi yang
  sempurna tentang siapakah saya sekarang: seorang laki-laki yang
  super sibuk! Kata-katanya menunjukkan kebenaran yang sungguh
  menyakitkan yaitu saya telah bekerja keras untuk melepaskan
  cengkraman kesibukan-kesibukan pada diri saya. Dan untuk sesaat,
  saya sadar. Rasa bersalah karena tidak cukup banyak bekerja telah
  teratasi. Namun kebiasaan-kebiasaan yang sudah lama tertanam tidak
  dapat musnah begitu saja. Pada akhirnya, muncul lagi kesibukan dalam
  bentuk lain. Tidak lama kemudian, saya kembali terburu-buru dan gila
  kerja seperti sebelumnya.

  Kata-kata "seharusnya" dan "semestinya," menguasai saya. Setiap
  pagi, saya bangun tanpa merasakan kesegaran, tapi meletihkan dan
  perasaan terburu-buru. Hari-hari saya lewati sebagai orang yang
  terus menerus membangun reputasi sebagai orang yang penuh perhatian,
  selalu ada pada saat dibutuhkan dan secara konsant membangkitkan
  semangat orang lain -- dan sekarang saya tersiksa olehnya. Sering
  kali saya lebih bisa merasakan kedamaian di mata orang lain daripada
  di mata saya sendiri.

  Tidak ada lagi kata bersenang-senang, berdoa, bermain, atau
  merenung. Kecepatan langkah yang saya lakukan saat ini tidak
  memiliki irama, pesona, atau misteri dan kekaguman. Saya hampir
  tidak punya waktu untuk memperhatikan teman-teman atau diri sendiri.
  Akhirnya saya bahkan mengesampingkan Allah dalam jadwal saya. Saya
  menderita, karena tidak memasukkan-Nya dalam jadwal saya.

  Perlahan-lahan roda terus berputar, dan saya menemukan bahwa saya
  telah diperbudak waktu. Saya ingin lepas, tapi untuk itu saya harus
  secara sungguh-sungguh dan radikal berkomitmen pada Yesus Kristus.
  Saya harus menghentikan beberapa kegiatan supaya saya dapat
  mengerjakan kegiatan dengan iman yang hidup dan kasih.

  Tampaknya saya berada di persimpangan jalan secara rohani. Saya
  harus memilih antara "sukses duniawi" berarti menjalani hidup sesuai
  dengan ukuran orang lain, atau kepuasan hati yang didasarkan pada
  penerimaan diri yang unik sesuai dengan kasih Kristus. Saya memilih
  untuk percaya, lebih dari sekedar kata-kata, bahwa jati diri saya
  lebih berarti daripada segala sesuatu yang saya lakukan.

  Dalam usaha mencari suatu pola untuk gaya hidup yang demikian, saya
  harus melihat kepada seorang tukang kayu sederhana, Tuhan Yesus
  Kristus. Saat ia berkata, "Karena itu haruslah kamu sempurna, sama
  seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna" (Matius 5:48), Ia
  tidak sedang berbicara mengenai kesempurnaan yang sedang saya coba
  raih, tetapi lebih kepada sebuah kualitas dari keutuhan yang belum
  pernah saya rasakan sebelumnya. Dia meminta saya untuk menjadi orang
  yang selalu diingat dan bukan menjadi orang yang tanpa cela. Ia
  mengharapkan suatu kematangan tindakan yang berdasar pada
  penghargaan pribadi dan bukan pada berapa banyak keberhasilan yang
  dicapai. Pertanyaan kunci bagi masalah saya adalah "Kepada siapakah
  saya menempatkan iman percaya saya?"

  Saya menyadari lagi bahwa kita tidak menyebut nama Tuhan dengan sia-
  sia melalui bibir kita sebanyak kita menggunakannya dalam hidup
  kita. Saya mencari untuk mengetahui kenyataan dan hakekat dari
  Kristus yang hidup pada tahapan-tahapan yang tidak pernah saya
  ketahui sebelumnya.

  Ketika saya mulai membebaskan diri saya dari beberapa kesibukan dan
  kerja yang berlebihan, saya menemukan bahwa saya sebenarnya tidaklah
  benar-benar melepaskan apapun. Sebagai gantinya, saya mampu
  menikmati hari-hari dan mencapai tujuan-tujuan yang belum pernah
  saya raih sebelumnya. Saya mencatat dalam buku harian saya bahwa
  Allah dengan setia mengubah saya terus-menerus menjadi seorang
  pribadi yang lebih berperasaan. Prosesnya masih jauh dari selesai
  dalam hidup saya -- Saya sering masih berjuang melawan cepatnya dan
  gemuruhnya kehidupan. Dan ketika saya melihat kembali jejak-jejak
  langkah kaki saya, saya bersyukur atas stamina yang Allah berikan.

-*- Artikel di atas diterjemahkan dan diringkas dari sumber -*-:
  Judul Buku   : When I Relax I Feel Guilty
  Judul Artikel: Weary Servants of the Impossible
  Penulis      : Tim Hansel
  Penerbit     : David C. Cook Publishing Co., 1981
  Halaman      : 19 - 25


*SURAT *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- DARI ANDA -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* SURAT*

  Dari: "Wahyu Pramudya" <charisma@>
  >Di artikel [e-Konsel] 012 -*- Edisi Mar 15 -*- Renungan Paskah yang
  >dikirimkan tertulis:
  >   "Pernahkah itu terjadi? Pernah, yakni pada abad ke-14, pada masa
  >   pemerintahan kaisar Romawi yang bernama Constantine Agung (280-
  >, 337 M). Pada tahun 312, sang kaisar menyerang Itali dan
  >   mengalahkan Maxentius, seorang musuh besarnya, di jembatan
  >   Milvian dekat kota Roma."
  >Mungkin semestinya abad ke-4 dan bukan 14.
  >Salam,
  >Wahyu Pramudya

  Redaksi:
  Betul ... kami telah melakukan kesalahan ketik, Abad ke-14 dalam
  artikel Redungan PASKAH y.l. seharusnya Abad ke-4 :). Atas perhatian
  dan ketelitiannya, kami mengucapkan terima kasih. Dengan ralat ini
  berarti kesalahan telah diperbaiki dan juga arsip sudah dikoreksi.
  Mohon maaf, dan sekali lagi terima kasih untuk koreksinya.
  ----------

  Dari: pkmb kalvari <pkmb@>
  >Redaksi yang terkasih dalam Kristus,
  >untuk menambah topik e-Konsel Edisi 011/01 Maret 2002 -- Menghadapi
  >Kesulitan Hidup, aku pernah membaca buku "Kekecewaan Terhadap
  >Tuhan" penulisnya Phillip Yancey dan buku itu sungguh bagus!
  >walaupun tulisan dicetak dengan huruf yang kecil, tetapi jika
  >dibaca habis, buku ini sungguh akan menjadi berkat bagi kita atau
  >para konselor. trims.
  >Djohan

  Redaksi:
  Terima kasih sekali atas informasi tambahannya. Great suggestion dan
  dapat menjadi buku referensi yang sangat menolong!! Ada tiga
  pertanyaan dasar dari buku "Kekecewaan Terhadap Tuhan" yang perlu
  direnungkan oleh para pembaca: 1) Is God Unfair? 2) Is God Silent?
  3) Is God Hidden?.... Jika anda ingin membagikan berkat dari buku
  Philip Yancey tsb., silakan kirim tulisan ke staf Redaksi ...
  Siapa tahu -- dapat menjadi berkat bagi yang lain. :)


e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL
                        STAF REDAKSI e-Konsel
                     Yulia O., Lani M., Ka Fung
                   PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS
                        Yayasan Lembaga SABDA
                    INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR
                         Sistem Network I-KAN
                     Copyright(c) 2002 oleh YLSA

*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
 Anda punya masalah atau perlu konseling? <masalah-konsel@sabda.org>
 Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
 dapat dikirimkan ke alamat:             <owner-i-kan-konsel@xc.org>
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
 Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-konsel@xc.org
 Berhenti:     Kirim e-mail kosong:  unsubscribe-i-kan-konsel@xc.org
 Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel
 ARSIP publikasi e-Konsel:  http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org