|
Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
https://sabda.org/https://sabda.org/publikasi/e-konsel/157 |
|
e-Konsel edisi 157 (1-4-2008)
|
|
Edisi (157) -- 1 April 2008
e-KONSEL
======================================================================
Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
======================================================================
Daftar Isi:
= Pengantar : Teladan Yesus untuk Mengampuni
= Cakrawala 1 : Pengampunan
= Cakrawala 2 : Makna Pengampunan
= TELAGA : Sulitnya Mengampuni Orang Lain
= Bimbingan Alkitabiah: Pentingnya Pengampunan
= Info : Lowongan Tenaga Pendidik PESTA (Pendidikan
Elektronik Studi Teologia Awam)
========== PENGANTAR REDAKSI ==========
Dalam sebuah persekutuan atau ibadah di gereja, topik mengampuni
sering diangkat oleh para pembicara atau pengkhotbah. Ada banyak
alasan mengapa topik ini sering diangkat, di antaranya karena Yesus
telah berkenan mengampuni kita sehingga kita pun harus bisa
mengampuni orang lain. Mengampuni tidak hanya kita lakukan kepada
orang lain yang telah menyakiti kita, melainkan juga diri kita
sendiri. Tak jarang, mengampuni diri sendiri jauh lebih sulit
daripada mengampuni orang lain.
Menanggapi realita ini, pada April ini e-Konsel mengajak Pembaca
untuk belajar mengampuni, baik mengampuni orang lain maupun diri
sendiri. Edisi kali ini, Redaksi terlebih dahulu mengangkat topik
Mengampuni Orang Lain. Silakan disimak, kiranya Pembaca dapat
belajar tentang mengampuni dari sajian ini.
Selamat membaca!
Pimpinan Redaksi e-Konsel,
Christiana Ratri Yuliani
========== RENUNGAN ==========
MENGAMPUNI SEPERTI MAWAR
Bacaan: Kolose 3:1-17
Banyak pasangan bercerai, salah satunya karena kurangnya
pengampunan. Kata-kata kasar menembus sampai ke hati, sehingga
pribadi yang terluka sulit memaafkan. Banyak keluarga juga mengalami
keretakan relasi, karena antara orang tua dan anak atau antarsaudara
sulit untuk saling memaafkan kesalahan. Banyak kolega dalam
pekerjaan juga terpisahkan karena pengampunan sulit diberikan.
Alkitab menyatakan bahwa pengampunan sejati diberikan oleh Tuhan
Yesus. Bahkan, Yesus memberikan pengampunan tanpa batas kepada kita
yang menanggung banyak dosa. Oleh pengampunan-Nya, kita dibebaskan
dari hukuman atas dosa. Bacaan firman Tuhan hari ini mengajak kita
untuk bersikap sabar dan suka mengampuni seorang terhadap yang lain,
sama seperti Tuhan telah mengampuni kita (Kolose 3:13). Inilah salah
satu ciri manusia baru.
Sebuah kalimat bijak berkata, "Pengampunan seperti mawar yang
memancarkan keharuman bagi orang yang menginjaknya." Yesus telah
memberi teladan yang sempurna dalam hal ini. Dia rela memberikan
diri-Nya disalibkan dan dihina, namun Dia "memancarkan keharuman"
yang menuntun kita kepada keselamatan kekal. Inilah prinsip yang
Yesus ajarkan. Dan, sebagai manusia baru yang terus-menerus
diperbarui hingga serupa dengan Dia (ayat 10), kita perlu
mengedepankan pengampunan, bahkan jika kita tak berada dalam posisi
bersalah sekalipun!
Mari kita mempraktikkan pengampunan dalam hidup kita. Mengampuni
seperti Tuhan Yesus, mengampuni orang yang bahkan menurut ukuran
dunia tidak pantas diampuni. (MZ)
PENGAMPUNAN MEMBEBASKAN KITA DAN LAWAN KITA
DARI SEGALA DENDAM DAN PERMUSUHAN
Diambil dari:
Nama publikasi: e-Renungan Harian, 10 Maret 2008
Penulis : MZ
Alamat URL : http://www.sabda.org/publikasi/e-rh/2008/03/10/
========== CAKRAWALA 1 ==========
PENGAMPUNAN
Pengampunan adalah sesuatu yang tak ternilai harganya. Pengampunan
membebaskan dan menyembuhkan manusia dari segala macam perasaan yang
merugikan, seperti marah, kecewa, benci, dendam, sakit hati, dan
perasaan-perasaan negatif lainnya. Di samping itu, realitanya
pengampunan merupakan sesuatu yang tidak mudah dilakukan. Ada proses
yang harus dijalani untuk seseorang bisa mengampuni atau menerima
pengampunan dengan benar.
Ada beberapa pandangan umum yang salah mengenai pengampunan.
Pandangan umum yang pertama ialah "mengampuni berarti melupakan",
seolah-olah kita harus "forgive and forget". Melupakan disamakan
dengan mengampuni. Pandangan ini sering kali mengaburkan arti dari
pengampunan itu sendiri, karena mengampuni sebenarnya terjadi ketika
seseorang secara sadar mengampuni kesalahan orang lain yang
dilakukan terhadap dirinya. Ia mengampuni bukan karena sudah lupa
akan apa yang terjadi, tetapi karena secara sadar berusaha
mengampuni kesalahan yang sudah dilakukan. Pengampunan tidak
menghapus fakta bahwa sesuatu yang menyakitkan pernah terjadi di
masa lalu. Pengampunan tidak menghilangkan bekas luka/sakit hati
yang dialami, tetapi pengampunan menyembuhkan luka tersebut.
Pengampunan berhubungan dengan "healed memory" (memori yang
disembuhkan), bukan "deleted memory" (memori yang dibuang). Melalui
pengampunan, luka lama yang tidak bisa dibuang/dihilangkan itu
mengalami proses penyembuhan.
Pandangan umum yang kedua ialah "mengampuni berarti kita tidak boleh
marah atau menunjukkan emosi yang kuat". Emosi kuat yang berhubungan
dengan kenangan lama merupakan tanda bahwa kita belum mengampuni.
Dengan kata lain, kita harus "free of anger" (bebas dari perasaan
marah). Pandangan ini juga tidak sepenuhnya benar, karena tidak
hadirnya emosi yang kuat tidak menjamin bahwa kita sudah membereskan
masalah dan sudah mengampuni. Ada individu-individu tertentu yang
cenderung untuk menyimpan perasaannya dan tidak menunjukkan
emosinya, tetapi hal ini tidak berarti bahwa ia telah mengampuni.
Jadi, hadir atau tidak hadirnya emosi yang kuat memang tidak bisa
dijadikan ukuran apakah seseorang sudah mengampuni atau belum.
Pandangan umum yang ketiga ialah "mengampuni berarti kita hidup
`damai` dan tidak lagi ada konflik dengan orang tersebut". Artinya,
hindari konflik, tidak boleh membela diri, dan tidak boleh
mengonfrontasi kesalahan. Mengampuni sering kali diartikan dengan
menerima kesalahan orang tanpa membicarakannya secara terbuka.
Membicarakan secara terbuka sering diidentikkan dengan memicu
konflik. Hal ini tentunya akan membuat masalah terpendam, dan tidak
terselesaikan.
Sebagai contoh, seorang suami yang selingkuh misalnya, menuntut
istrinya untuk diam dan tidak membahas masalah perselingkuhannya.
Bahkan ia juga menolak untuk pergi ke konselor dan mencari
pertolongan. Ia berpikir bahwa masalahnya sudah selesai dan tidak
perlu diungkit-ungkit lagi. Jika si istri mau membicarakan atau
mengonfrontasi masalah perselingkuhannya, maka suami akan sangat
marah dan merasa bahwa ia toh sudah kembali, mengapa belum
memaafkannya. Padahal justru dengan hanya diam saja, dan masalah
tidak dibahas, si suami tidak pernah menyadari akar kejatuhannya dan
bagaimana cara mengatasinya.
Beberapa pandangan yang salah ini sering kali juga membuat seseorang
mengalami masalah di dalam mengampuni. Pengampunan tidak sama dengan
melupakan, tidak sama dengan tidak marah, dan tidak sama dengan
diam -- tidak konflik. Jadi apa sebenarnya pengampunan itu?
1. Pengampunan berkaitan erat dengan usaha mematikan natur dosa.
Fokus bukan pada pribadinya, tetapi kepada apa yang ia perbuat
(tingkah lakunya). Kita boleh marah atas dosa yang dilakukan;
kita marah karena kita benci dosanya, bukan orangnya. Di dalam
pengampunan ada proses pergumulan dan meratapi kesalahan (godly
sorrow) yang membawa seseorang pada pertobatan yang sejati.
Justru pada masalah inilah, Roh Kudus bekerja di dalam kehidupan
anak-anak Tuhan, untuk mampu melihat kelemahan diri sehingga
individu dimampukan untuk membuka diri dan menerima
masukan/kritikan dari orang lain. Bahkan untuk individu tertentu
yang hati nuraninya tumpul/mati, Roh Kudus bisa memakai orang
lain untuk melakukan konfrontasi atas dosa yang ia lakukan. Hal
ini berarti membuka kemungkinan terjadinya "konflik yang
membangun" (konflik yang membawa individu untuk menyadari
kesalahannya) sehingga ia sungguh mengerti akan kelemahannya dan
berusaha mengatasinya. Jadi, individu tidak berhenti hanya pada
perasaan menyesal lalu menyadari saja, tetapi ada komitmen dan
disiplin untuk mengubah diri sendiri, menjauhi dosa, dan
bertanggung jawab kepada Tuhan di dalam hidupnya. Ini merupakan
salah satu aspek penting dalam pengampunan.
2. Pengampunan berkaitan erat dengan usaha membangun kembali
relasi/"reconciliation (rebuilding relationship)". Ada usaha yang
nyata untuk memperbaiki relasi yang rusak. Mau menyelesaikan
masalah secara dewasa dan berani membuka diri dan menerima
masukan/kritikan. Meskipun demikian, pengampunan tidak selalu
berakhir dengan kembalinya relasi seperti dulu. Rekonsiliasi
memang membutuhkan kesiapan dari kedua belah pihak (pihak yang
memberi dan yang menerima pengampunan). Kadang kala, ada pihak
yang tidak mau membangun relasi yang sudah rusak sehingga
rekonsiliasi tidak bisa terjadi. Sebaliknya, pengampunan hanya
membutuhkan satu pihak. Jika pihak yang satunya tidak mau, maka
rekonsiliasi tidak terjadi. Tetapi, pihak yang lain itu sudah
mengampuni dan tidak menyimpan dendam atau kemarahan yang bisa
menghambat pertumbuhan rohaninya atau menghambat relasi pribadi
dengan Tuhan.
Pengampunan memang bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan,
tetapi setiap kita bertanggung jawab kepada Tuhan atas hidup kita
masing-masing. Adalah omong kosong jika kita menyatakan diri kita
sebagai orang Kristen, tetapi menyimpan sejumlah kebencian di dalam
hati. Pengampunan membuka kemungkinan bagi kita untuk hidup tidak
menyimpan dendam/kebencian.
Diambil dan diedit seperlunya dari:
Judul buletin: Parakaleo, Edisi Oktober-Desember 2005, Vol XII, No.4
Penulis : Lanny Pranata, M.K.
Penerbit : Departemen Konseling STTRII, Jakarta 2005
========== CAKRAWALA 2 ==========
MAKNA PENGAMPUNAN
"Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih
mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus
telah mengampuni kamu." (Efesus 4:32)
Untuk menyelesaikan konflik masa lalu, kita harus mengampuni mereka
yang telah menyakiti kita. Setelah menghibur Cindy, yang mengalami
trauma emosi karena perkosaan yang dialaminya, saya berkata, "Cindy,
kau juga harus mengampuni orang yang telah memerkosamu." Tanggapan
Cindy ternyata sama dengan tanggapan sebagian besar orang yang
disakiti secara fisik, emosi, ataupun seksual oleh orang lain:
"Untuk apa aku mengampuni dia? Anda tidak tahu betapa sakitnya hati
saya atas perlakuannya!"
"Kalau begitu, berarti dia masih menyakitimu sampai sekarang,
Cindy," sahut saya. "Pengampunan adalah satu-satunya cara agar
engkau mengalami pemulihan. Bukan untuk kebaikannya, tetapi untuk
kebaikanmu sendiri."
Mengapa Anda mesti mengampuni orang yang telah menyakiti Anda di
masa lalu?
Pertama, karena pengampunan adalah perintah Allah. Setelah mengajar
murid-murid-Nya tentang bagaimana berdoa -- yang juga berisi tentang
pengampunan Allah -- Yesus berkata, "Jikalau kamu mengampuni
kesalahan orang, Bapamu yang di surga akan mengampuni kamu juga.
Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan
mengampuni kesalahanmu." (Matius 6:14,15) Dalam berhubungan dengan
orang lain, hendaknya kita juga menerapkan kriteria seperti yang
Allah terapkan terhadap kita, yakni kasih, penerimaan, dan
pengampunan (Matius 18:21-35).
Kedua, pengampunan dilakukan untuk menghindari jerat si setan. Dari
banyaknya konseling yang saya layani, hati yang tak dapat mengampuni
adalah jerat nomor satu yang dipakai setan untuk memasuki kehidupan
orang-orang percaya. Paulus mendorong kita untuk saling mengampuni
"supaya Iblis jangan beroleh keuntungan atas kita, sebab kita tahu
apa maksudnya" (2 Korintus 2:11). Hati yang tak dapat mengampuni
adalah undangan terbuka bagi Iblis untuk mengikat hidup kita.
Ketiga, kita perlu mengampuni karena Kristus telah mengampuni kita
sehingga kita tidak lagi berada dalam kepahitan. Paulus
menulis, "Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian, dan
fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala
kejahatan. Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain,
penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam
Kristus telah mengampuni kamu." (Efesus 4:31,32)
Tindakan Anda untuk mengampuni akan membebaskan tawanan. (Pada
akhirnya Anda sendiri akan mendapati bahwa tawanannya adalah Anda
sendiri!)
Tuhan, ajarlah kami untuk mengampuni orang lain dari lubuk hati kami
sebagaimana Engkau telah mengampuni kami.
Diambil dari:
Nama situs: Sumber Kristen.com
Penulis : Tidak dicantumkan
Alamat URL: http://www.sumberkristen.com/Artikel/maknapengampunan.htm
========== TELAGA ==========
SULITNYA MENGAMPUNI ORANG LAIN
Orang yang sudah dilukai cenderung sulit untuk mengampuni. Hal itu
disebabkan karena pandangan yang tidak menyeluruh tentang
pengampunan. Mereka merasa bahwa mengampuni itu merugikan diri
sendiri, tetapi sebetulnya pengampunan itu menguntungkan karena
hati menjadi damai.
Faktor-faktor yang menyebabkan orang sulit untuk mengampuni:
1. Telah dilukai hingga cacat.
2. Masa kecilnya sulit untuk memaafkan orang lain, jadi terbawa
hingga dewasa.
3. Mulai dari kecil perkembangan kejiwaannya belum menyeluruh, belum
berkembang dengan baik sehingga dia belum bisa memercayai orang
dan ini membuat dia sulit untuk mengampuni orang lain.
Untuk bisa mengampuni orang lain, ada tahapan-tahapan yang harus
dilalui.
1. Ia harus tahu bahwa apa yang mengganggu adalah suatu masalah dan
harus diselesaikan.
2. Dia bisa mengidentifikasikan semua perasaannya dan mengeluarkan
semuanya.
3. Membuat satu batasan agar tidak lagi diperlakukan seperti ini.
4. Setelah itu mengampuni dengan kasih Tuhan Yesus.
Manfaat dari mengampuni orang lain, yaitu menjadi lebih sehat,
jantungnya lebih sehat, tekanan darahnya lebih rendah, hidupnya
lebih bahagia, hubungan suami istri lebih baik, hubungan dengan
anak-anak lebih baik, hubungan dengan Tuhan lebih baik, bahkan
penjual di toko-toko itu banyak untungnya karena dia menjadi orang
yang lebih ramah. Dia menjadi bahagia karena bebannya hilang.
Pengampunan itu tidak sama dengan rekonsiliasi. Rekonsiliasi artinya
berhubungan baik kembali dan menjalin hubungan baik. Rekonsiliasi
terjadi dua arah, jadi antara kita dan orang lain harus ada unsur
pengampunan, sedangkan mengampuni itu tidak harus dua arah.
Pada umumnya, kecenderungan kita berkata sudah mengampuni, tetapi
saat bertemu dengan orang itu kita menjadi sakit hati lagi. Untuk
menghadapi hal ini, kita perlu belajar kepada Tuhan Yesus, yaitu
kita bisa mendoakan musuh kita, belajar berempati. Maka Tuhan akan
memberikan kekuatan kepada kita, sehingga saat kita bertemu orang
itu, kita tidak lagi membenci.
Firman Tuhan, "Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang
lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di
dalam Kristus telah mengampuni kamu." (Efesus 4:32)
Bahkan di atas kayu salib, Tuhan Yesus masih mengatakan, "Bapa,
ampuni mereka yang tidak tahu apa yang mereka perbuat."
Sajian di atas, kami ambil/edit dari isi kaset TELAGA No. 220A
yang telah diringkas/disajikan dalam bentuk tulisan.
-- Jika Anda ingin mendapatkan transkrip lengkap kaset ini lewat
e-mail, silakan kirim surat ke: < owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >
atau: < TELAGA(at)sabda.org >
atau kunjungi situs TELAGA di:
==> http://www.telaga.org/ringkasan.php?sulitnya_mengampuni_orang_lain.htm
========== BIMBINGAN ALKITABIAH ==========
PENTINGNYA PENGAMPUNAN
1. Jika kita tidak mengampuni orang lain, kita berdosa terhadap
Allah.
- Kita diperintahkan untuk saling mengampuni sama seperti Tuhan
sudah mengampuni kita (Efesus 4:32, "Tetapi hendaklah kamu
ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling
mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni
kamu."; bandingkan dengan Matius 18:21-22,35; Kolose 3:13).
- Jika kita tidak mengampuni orang lain, maka kita melanggar
perintah Allah.
2. Jika kita tidak mengampuni orang lain, kita tidak memahami
keagungan pengampunan yang telah diberikan kepada kita dalam
Kristus Yesus.
- Jika kita tidak rela mengampuni kesalahan orang lain, maka kita
sama seperti hamba yang digambarkan dalam Injil Matius
18:21-35, yang tidak rela menghapuskan hutang kawannya yang
kecil kepadanya dibandingkan hutangnya yang besar yang sudah
dihapuskan oleh rajanya.
- Hamba tersebut ditegur dengan keras oleh tuannya, yang
melambangkan Allah yang Mahaadil: "Melihat itu, kawan-kawannya
yang lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi
kepada tuan mereka. Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan
berkata kepadanya, `Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu
telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku. Bukankah
engkau pun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah
mengasihani engkau?` Maka marahlah tuannya itu dan
menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan
seluruh hutangnya.", 3. Jika kita tidak mengampuni orang lain, kita mengganggu kesatuan
tubuh Kristus.
- Dalam firman Tuhan, kita diperintahkan untuk memelihara
kesatuan roh dalam tubuh Kristus (Efesus 4:3, "Dan berusahalah
memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera.")
- Jika kita tidak rela mengampuni saudara-saudara seiman kita,
maka kita tidak memelihara kesatuan tubuh Kristus, malah justru
kita mengganggu dan merusak kesatuannya.
4. Jika kita tidak mengampuni, kita memberikan kesempatan kepada
Iblis untuk merusak -- bahkan menghancurkan -- hidup kita dan
pelayanan kita.
- Ayat kunci: "Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat
dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan
janganlah beri kesempatan kepada iblis." (Efesus 4:26-27)
- Jangan lupa bahwa Iblis akan mengambil setiap kesempatan yang
kita berikan kepadanya!
Diambil dari:
Judul buku: Buku Panduan Pemulihan Terpadu Dasar v1. Mei 07
Penulis : Tim Duta Pembaharuan
Penerbit : Duta Pembaharuan
========== INFO ==========
LOWONGAN TENAGA PENDIDIK PESTA
(PENDIDIKAN ELEKTRONIK STUDI TEOLOGIA AWAM)
Yayasan Lembaga SABDA mengajak para profesional muda untuk
bersama-sama melayani Tuhan melalui dunia teknologi informasi.
Melalui program pendidikan jarak jauh, yaitu Pendidikan Elektronik
Studi Teologi Awam (PESTA), YLSA ingin mengembangkan pelayanannya
lebih luas lagi. Untuk itu, dicari tenaga PENDIDIK yang berkualitas
untuk bekerja di YLSA, dengan syarat-syarat sebagai berikut.
1. Sudah lahir baru dalam Kristus dan sudah dibaptis.
2. Pendidikan S1/S2 Jurusan PAK/Teologia.
3. Memiliki kemampuan menulis dan membuat modul pelajaran.
4. Memiliki kemampuan komunikasi yang baik (verbal dan non verbal).
5. Bisa bekerja dalam Tim.
6. Bisa mengoperasikan komputer dengan lancar.
7. Terbiasa dengan internet.
8. Bersedia ditempatkan di Solo, Jawa Tengah.
9. Bersedia kerja penuh waktu (full time -- dalam kantor) dengan
masa kerja minimal 2 tahun.
10. Pria/Wanita, diutamakan belum menikah.
Jika Anda dipanggil Tuhan untuk terjun dalam pelayanan elektronik,
silakan mengirim surat lamaran dan CV secepatnya ke:
YLSA
Kotak Pos 25 SLONS
57135
atau kirim e-mail ke:
==> rekrutmen-ylsa(at)sabda.org
Untuk mengetahui pelayanan PESTA lebih lanjut, silakan berkunjung
ke:
==> http://www.pesta.org/
============================== e-KONSEL ==============================
PIMPINAN REDAKSI: Christiana Ratri Yuliani
STAF REDAKSI: Evie Wisnubroto
PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS
Yayasan Lembaga SABDA
INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR
Sistem Network I-KAN
Copyright(c) 2008 oleh YLSA
http://www.ylsa.org/
http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo
No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
======================================================================
Anda punya masalah/perlu konseling?
atau ingin mengirimkan Informasi/artikel/bahan/
sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
silakan kirim ke: konsel(at)sabda.org
atau owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
Berhenti : unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
ARSIP : http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
Situs C3I : http://c3i.sabda.org/
======================================================================
|
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |