Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-doa/138

e-Doa edisi 138 (10-8-2017)

Doa Adalah Napas Gereja

Doa Adalah Napas Gereja -- Edisi Agustus 2017, Vol. 09 No. 138
 
Gambar: Situs Doa

Publikasi Elektronik Doa
Doa Adalah Napas Gereja

Edisi Agustus 2017, Vol. 09 No. 138
 

Salam kasih,

Martin Luther pernah berujar bahwa doa adalah napas bagi orang percaya. Itu berarti doa menjadi natur bagi orang percaya, yang melaluinya kita berelasi dan memenuhi kebutuhan akan Allah, Sumber kehidupan kita. Tujuan utama dari penebusan Kristus adalah agar kita dapat berelasi dengan Allah, sehingga doa menjadi privilege atau hak istimewa untuk menghasilkan tujuan tersebut. Maka dari itu, adalah absurd jika kita tidak menggunakan privilege tersebut dan mengabaikannya, sebab sesungguhnya kita sedang menyia-nyiakan karunia besar yang sudah Allah berikan kepada kita. Seperti halnya kita tidak dapat hidup tanpa bernapas, maka sesungguhnya kerohanian kita juga tidak dapat hidup dan bertumbuh bila kita tidak berdoa. Mari terus bertekun dalam berdoa dan menjadikannya sebagai kebutuhan yang tidak terpisahkan dari keseharian kita sebagai gereja dan tubuh Kristus. Amin.

N. Risanti

Pemimpin Redaksi e-Doa,
N. Risanti


ARTIKEL Sebuah Gereja yang Berdoa

"Gereja saat ini membutuhkan orang-orang yang berdoa untuk membantu krisis menakutkan yang dihadapi gereja. Kebutuhan untuk berseru ini adalah bagi orang-orang yang takut akan Allah, orang-orang yang berdoa, orang-orang yang dipenuhi Roh Kudus, dan orang-orang yang dapat menanggung penderitaan. Kita membutuhkan orang-orang yang tidak akan menilai kehidupan mereka sebagai kepentingan untuk diri mereka sendiri (lihat Kisah Para Rasul 20:24), tetapi yang menilai segala sesuatu sebagai kerugian dibandingkan kemuliaan akan pengetahuan tentang Yesus Kristus. Orang-orang yang sangat dibutuhkan, yaitu mereka yang telah belajar tentang hal berdoa -- mempelajarinya saat mereka berlutut, mempelajarinya dalam kebutuhan dan penderitaan dari hati mereka sendiri" -- E.M. Bounds

Allah telah memanggil gereja untuk hidup dalam percakapan konstan yang mencari Dia dalam segala hal di setiap waktu.

Doa di gereja

Ini adalah contoh dari gereja mula-mula (Kisah Para Rasul 2:42), tetapi seringnya, orang-orang di dalam gereja hari ini tampaknya bergumul dengan bagaimana cara untuk berdoa. Untuk alasan ini, adalah tepat untuk melihat isi dalam doa-doa gereja mula-mula dan menjadikan itu sebagai contoh yang membantu membentuk, sebagian dari pola kita untuk berdoa.

Dalam Kisah Para Rasul 4, Petrus dan Yohanes ditangkap karena memberitakan kebangkitan Yesus. Oleh karena itu, mereka ditangkap dan kemudian dibebaskan. Setelah menceritakan peristiwa ini kepada sekelompok orang percaya (Kisah Para Rasul 4:23), mereka berdoa, dan isi doa tersebut dicatat dalam Kisah Para Rasul 4:24-30.

Jadi, mari kita memeriksa sorotan doa mereka dalam rangka untuk menemukan beberapa wawasan bermanfaat yang mungkin berperan dalam membentuk doa-doa kita.

1. Mereka menujukannya kepada Tuhan karena Ia telah menyatakan diri kepada mereka.

"Ya Tuhan, Engkaulah yang menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya," (Kisah Para Rasul 4:24)

Doa yang ditujukan kepada Tuhan yang berdaulat dan Allah Pencipta ini adalah rancangan yang diambil dari penyataan Perjanjian Lama.

Suatu godaan ada saat ini untuk mengerahkan imajinasi dan kecenderungan budaya kita dalam doa. Pendekatan ini tidak salah secara inheren, tetapi jika dibiarkan ditambatkan pada penyataan dasar yang diberikan dalam Kitab Suci, itu dapat menyebabkan kita untuk berdoa kepada Allah dengan cara yang lain daripada cara pengungkapan-Nya kepada kita. Misalnya, alasan kita harus berdoa kepada Allah sebagai Bapa bukannya Ibu tidak terkait dengan bagian-bagian materi dari anatomi Allah. Lagi pula, Allah adalah Roh. Namun, dalam kedaulatan Allah, Ia telah memilih untuk mengungkapkan diri-Nya sebagai Bapa kita; dengan demikian, pernyataan-Nya harus membentuk dan mengatur doa-doa kita.

Berdasarkan poin terakhir ini, perhatikan bahwa

2. Mereka berdoa dari Alkitab.

"... Dengan perantaraan hamba-Mu Daud, bapa kami, Engkau telah berfirman: Mengapa rusuh bangsa-bangsa, mengapa suku bangsa mereka-reka perkara yang sia-sia? Raja-raja dunia bersiap-siap dan para pembesar berkumpul untuk melawan Tuhan dan Yang Diurapi-Nya, sebab sesungguhnya telah berkumpul di dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, Hamba-Mu yang kudus, yang Engkau urapi." (Kisah Para Rasul 4:25-27)

Mengutip Mazmur 2:1-2, mereka mengakui bahwa ini adalah firman Allah yang diberikan melalui Daud. Mereka menegaskan inspirasi dari Kitab dengan berdoa dari Kitab Suci kepada Allah.

Mereka mengakui konteks bagian ini, yang mengungkapkan bahwa umat Allah selalu dianiaya. Teks ini mengarahkan mereka kepada Yesus, yang sebagai Juru Selamat mereka telah menderita dan mati bagi dosa mereka. Pernyataan ini berfungsi sebagai katalis dan panduan bagi doa mereka dalam mengakui kedaulatan Allah dalam mewujudkan rencana penebusan-Nya.

3. Mereka tunduk pada kedaulatan Allah.

"... Untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendak-Mu." (Kisah Para Rasul 4:28).

Doa sebagai langkah penting

Mereka tidak hanya mengakui kedaulatan Allah, tetapi ada suatu catatan tentang ketaatan dalam doa mereka saat mereka memandang Kitab Suci dan salib dari masa lalu dan digunakan sebagai lensa untuk memeriksa keadaan mereka saat ini.

Mereka menggunakannya untuk membantu mereka percaya akan waktu Allah yang sempurna. Allah memiliki suatu rencana penebusan yang misterius di tengah-tengah kejahatan ini.

Perspektif ini mengarahkan mereka dalam permintaan mereka.

4. Mereka meminta ketaatan yang disertai dengan keberanian, dan bahwa Allah akan terus mengungkapkan diri-Nya kepada yang terhilang.

"Dan sekarang, ya Tuhan, lihatlah bagaimana mereka mengancam kami dan berikanlah kepada hamba-hamba-Mu keberanian untuk memberitakan firman-Mu. Ulurkanlah tangan-Mu untuk menyembuhkan orang, dan adakanlah tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat oleh nama Yesus, hamba-Mu yang kudus." (Kisah Para Rasul 4:29-30)

Mereka ingin setia dan melihat Injil terus maju!

Mereka meminta ketabahan dan agar tanda-tanda dan mukjizat ditunjukkan. Mengapa mereka berdoa untuk tanda dan mukjizat? Karena, mereka ingin agar dunia melihat penegasan bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juru Selamat pada masa permulaan gereja ini. Sepanjang Kisah Para Rasul, tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat dibuktikan di hadapan dunia bahwa pesan mereka tentang Yesus sebagai Mesias yang dibangkitkan adalah benar. (t/N. Risanti)

Download Audio

Diterjemahkan dari:
Nama situs : For The Church
Alamat URL : http://ftc.co/resource-library/blog-entries/a-praying-church
Judul asli artikel : A Praying Church
Penulis artikel : Adam McClendon
Tanggal akses : 12 Januari 2017

TOKOH DOA: EZRA, PEMBAHARU YANG BERDOA

Sebelum Perang Besar, terdapat banyak tanda mengenai minat yang baru terhadap DOA dan harapan baru untuk pelaksanaannya. Bagaimana tanda-tanda ini telah berlipat ganda, telah diketahui semua orang. Hal ini setidaknya merupakan hal baik yang telah dilakukan perang untuk kita. Jangan sampai kita melewatkan kesempatan kita. Doa bukanlah tindakan yang mudah. Hal itu membutuhkan dorongan, eksposisi, dan latihan. Tidak pernah ada waktu di mana para pria dan wanita lebih sungguh-sungguh ingin diberi tahu bagaimana caranya berdoa. Doa adalah alat yang paling kuat di dalam gudang senjata kita, dan jika kita menggunakannya karena Allah telah memberikan dorongan, kita harus melakukan segalanya dengan kekuatan kita untuk mewujudkannya. -- Pdt. James Hastings.

Ezra berdoa

Ezra, sang imam, dan salah seorang pembaru Allah yang sejati, hadir di hadapan kita di dalam Perjanjian Lama sebagai orang yang berdoa, seseorang yang menggunakan doa untuk mengatasi kesulitan dan menghasilkan hal-hal yang baik. Dia telah kembali dari Babel di bawah naungan Raja Babel, yang dengan tidak biasanya mendekati Ezra dan yang berbuat baik kepada dia dalam banyak hal. Ezra telah berada di Yerusalem beberapa hari ketika para pemimpin datang kepadanya dengan informasi yang menyedihkan bahwa orang-orang Israel tidak memisahkan diri dari orang-orang di negeri itu, dan melakukan perbuatan keji seperti yang dilakukan bangsa-bangsa kafir. Dan, yang lebih buruk dari pada semua itu adalah bahwa para pemimpin dan penguasa di Israel telah menjadi pemimpin dalam pelanggaran tersebut.

Itu adalah keadaan menyedihkan yang dihadapi Ezra saat ia menemukan bahwa gereja hampir tak putus-putusnya terlibat dengan dunia. Tuntutan Allah terhadap gereja-Nya di segala zaman adalah harus terpisahkan dari dunia, sebuah pemisahan yang begitu tajam sehingga setara dengan antagonisme. Untuk mencapai tujuan ini, Dia menempatkan Israel di Tanah Perjanjian, dan memisahkannya dari negara lain melalui gunung-gunung, padang pasir, dan laut, dan langsung melarang mereka melakukan hubungan apa pun dengan negara-negara asing, baik perkawinan, sosial, maupun bisnis.

Akan tetapi, saat Ezra kembali dari Babel, dia mendapati gereja di Yerusalem lumpuh dan putus asa dan benar-benar lemah oleh pelanggaran prinsip ini. Mereka telah menikah dan membentuk ikatan terdekat dan paling sakral dalam kehidupan keluarga, sosial, dan bisnis, dengan bangsa-bangsa di kalangan non-Yahudi. Semua terlibat di dalamnya, imam, orang Lewi, pemimpin, dan masyarakat. Keluarga, bisnis, dan kehidupan religius masyarakat diselenggarakan dalam pelanggaran hukum Allah ini. Apa yang harus dilakukan? Apa yang bisa dilakukan? Inilah pertanyaan penting yang dihadapi pemimpin di Israel ini, abdi Allah ini.

Segala sesuatu tampaknya bertentangan dengan pemulihan gereja. Ezra tidak dapat berkhotbah kepada mereka karena seluruh kota akan meradang, dan akan menggiringnya keluar dari tempat itu. Kekuatan apa yang bisa mengembalikan mereka kepada Allah sehingga mereka bisa membubarkan kemitraan bisnis, menceraikan istri dan suami, memutuskan hubungan kenalan, dan melumpuhkan pertemanan?

Hal pertama tentang Ezra yang patut diperhatikan adalah bahwa dia melihat situasinya dan menyadari betapa seriusnya hal itu. Dia bukan seorang optimis yang bersikap acuh tak acuh yang tidak pernah melihat sesuatu yang salah di gereja. Melalui mulut Yesaya, Allah telah mengajukan pertanyaan yang sangat penting, "Siapakah yang buta, selain hamba-Ku?" Akan tetapi, hal itu tidak mungkin untuk diterapkan kepada Ezra. Dia juga tidak meminimalkan kondisi yang ada atau berusaha meringankan dosa manusia atau meminimalkan besarnya kejahatan mereka. Pelanggaran mereka yang muncul di hadapannya adalah benar-benar serius. Sangat dibutuhkan para pemimpin di Sion yang memiliki mata untuk melihat dosa-dosa gereja dan juga kejahatan pada zaman itu. Satu kebutuhan besar dari gereja modern adalah para pemimpin yang bisa mengikuti gaya Ezra, yang tidak buta melihat wilayah pelayanan mereka, yang bersedia melihat keadaan di gereja, dan yang tidak segan untuk membuka mata mereka terhadap keadaan yang sebenarnya.

Sangat wajar, ketika melihat kejahatan yang mengerikan di gereja dan di masyarakat Yerusalem, dia merasa tertekan. Kondisi menyedihkan di banyak hal membuat dia sedih sehingga dia merobek-robek pakaiannya, mencabut sebagian rambutnya, dan duduk karena terguncang. Semua hal ini adalah bukti dari penderitaan jiwa yang besar atas keadaan yang mengerikan. Kemudian, dalam kerangka pikiran, perhatian, kepedulian dan kegelisahan di jiwa, dia kemudian berdoa, untuk mengakui dosa orang-orang Israel, dan memohon pengampunan belas kasihan di tangan Allah. Kepada siapakah dia harus pergi pada saat seperti ini, selain kepada Allah yang mendengar doa, yang siap mengampuni dan yang dapat menyebabkan hal yang tidak terduga terjadi?

Dia sangat terkejut atas tindakan jahat orang-orang Israel, sehingga begitu tergerak dan mulai berpuasa dan berdoa. Doa dan puasa selalu menghasilkan sesuatu. Dia berdoa dengan hati yang hancur karena tidak ada lagi yang bisa dia lakukan. Dia berdoa kepada Allah, begitu susah, bersujud di tanah dan menangis, sementara seluruh kota bersatu dengan dia dalam doa.

Doa adalah satu-satunya cara untuk menenangkan Allah, dan Ezra menjadi penggerak besar dalam sebuah karya besar untuk Allah, dengan hasil yang luar biasa. Seluruh perbuatan, prinsipnya dan hasilnya, dirangkum hanya dalam satu ayat di Ezra 10:1.

"Sementara Ezra berdoa dan mengaku dosa, sambil menangis dengan bersujud di depan rumah Allah, berhimpunlah kepadanya jemaah orang Israel yang sangat besar jumlahnya, laki-laki, perempuan dan anak-anak. Orang-orang itu menangis keras-keras."

Ada doa yang hebat, sederhana, dan tekun. Doa yang intens dan kuat pengaruhnya telah mencapai tujuannya. Doa Ezra telah membangun dan membuahkan hasil dalam pekerjaan besar bagi Allah. Itu adalah doa yang hebat karena membuat Allah Yang Mahakuasa melakukan pekerjaan-Nya sendiri, yang pasti sia-sia jika dari sumber lain kecuali dengan doa dan oleh Allah. Namun, tidak ada yang sia-sia bagi doa karena tidak ada yang sia-sia bagi Allah.

Sekali lagi kita harus mengatakan bahwa doa hanya berhubungan dengan Allah, dan hanya akan berhasil karena itu berhubungan dengan Allah. Apa pun pengaruh doa Ezra terhadap dirinya sendiri, yang utama, jika bukan satu-satunya, hasilnya terjadi karena hal itu memengaruhi Allah, dan menggerakkan Dia untuk melakukan pekerjaan itu.

Berdoa syafaat

Pertobatan yang besar dan menyeluruh mengikuti doa Ezra ini, dan terjadilah reformasi yang indah di Israel. Dan, ratapan Ezra serta doanya adalah faktor besar yang berkaitan dengan terjadinya hal-hal besar ini.

Jadi, semuanya itu merupakan kebangkitan yang terjadi sebagaimana bukti dari keasliannya dicatat bahwa para pemimpin di Israel datang ke Ezra dengan kata-kata ini:

"Kami telah melakukan perbuatan tidak setia terhadap Allah kita, oleh karena kami telah memperisteri perempuan asing dari antara penduduk negeri. Namun demikian, sekarang juga masih ada harapan bagi Israel. Marilah kita sekarang mengikat perjanjian dengan Allah kita bahwa kita akan mengusir semua perempuan itu dengan anak-anak yang dilahirkan mereka, menurut nasihat tuan dan orang-orang yang gemetar karena perintah Allah kita. Dan biarlah orang bertindak menurut hukum Taurat. Bangkitlah, karena hal itu adalah tugasmu. Kami akan mendampingi engkau. Kuatkanlah hatimu, dan bertindaklah!" (t/Jing-Jing)

Diterjemahkan dari:
Nama situs : Biblesnet.com
Alamat URL : http://www.biblesnet.com/EM%20Bounds%20Prayer%20and%20Praying%20Men.pdf
Judul asli artikel : Ezra, The Praying Reformer
Penulis artikel : E.M. Bounds
Tanggal akses : 16 Mei 2017
 
Stop Press! IKUTI DISKUSI FB GRUP E-DOA PADA AGUSTUS 2017!

Facebook Group e-Doa

Doa pertobatan Daud dalam Mazmur 51 merupakan salah satu dari Doa-Doa Agung dalam Alkitab. Melalui doa tersebut, kita dapat memahami mengapa Daud disebut sebagai orang yang berkenan di hati Allah. Apa yang sesungguhnya membuat doa pertobatan Daud begitu istimewa? Apa yang dapat kita pelajari mengenai doa yang tercantum dalam Mazmur 51 tersebut? Jika Anda tertarik untuk menelaah bersama-sama mengenai doa dari Raja Israel ini, mari bergabung dalam diskusi FB Grup e-Doa dari Yayasan Lembaga SABDA yang akan berlangsung pada Agustus 2017, dengan tema "Doa Pertobatan Daud"!

Diskusi akan berlangsung pada 21 Agustus -- 1 September 2017, dengan jumlah minimal peserta 20 orang. Jika Anda berminat untuk mengikuti diskusi ini, silakan mendaftarkan diri ke:

doa@sabda.org
Grup Komunitas Doa

Pendaftaran paling lambat 16 Agustus 2017.

Mari kita belajar dan bertumbuh bersama melalui FB Grup e-Doa!

 
 
Anda terdaftar dengan alamat: $subst('Recip.EmailAddr').
Anda menerima publikasi ini karena Anda berlangganan publikasi e-Doa.
doa@sabda.org
e-Doa
@sabdadoa
Redaksi: N. Risanti, Margaretha I., dan Rostika
Berlangganan | Berhenti | Arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
©, 2017 -- Yayasan Lembaga SABDA
 

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org