Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-doa/113

e-Doa edisi 113 (9-7-2015)

Ketika Tuhan Berkata "Tidak"

_________________________________e-Doa________________________________
                       (Sekolah Doa Elektronik)

BULETIN DOA -- Ketika Tuhan Berkata "Tidak"
Edisi Juli 2015, Vol. 07 No. 113


Salam kasih,

Doa-doa kita tidak selalu dijawab "ya" dan dikabulkan sesuai dengan 
keinginan. Ada banyak hal dan alasan untuk mengulas hal tersebut, 
tetapi itu tidak akan menjadi topik yang kami kemukakan dalam edisi 
kali ini. Bagaimana seharusnya kita bersikap ketika menerima jawaban 
"tidak" dari Tuhanlah yang akan menjadi sorotan dalam artikel kami. 
Daud menerima jawaban "tidak" dari Allah ketika ia berniat untuk 
membangun Bait Suci. Niatnya datang dari keinginan yang luhur dan 
tulus, dan Allah pun mengetahui bahwa Daud adalah orang yang sungguh-
sungguh mengasihi Dia. Akan tetapi, ia dinilai tidak layak untuk 
membangun Bait Suci, sebuah lambang kehadiran Allah yang kudus di 
tengah-tengah umat Israel. Kecewakah Daud dan menjadi undur dari 
hadapan Allah? Tidak, dan karena itu kita akan belajar dari Daud dalam 
menyikapi jawaban "tidak" dari Tuhan tersebut dalam edisi kali ini. 
Penasaran? Mari menyimak artikelnya.

Pemimpin Redaksi e-Doa,
N. Risanti
< okti(at)in-christ.net >
< http://doa.sabda.org >


           ARTIKEL: KETIKA TUHAN BERKATA "TIDAK", BERDOALAH

Ketika kita sedang sendirian dan mampu benar-benar jujur dengan diri 
kita di hadapan Allah, kita akan menyadari bahwa sebenarnya kita 
memiliki impian dan harapan tertentu. Setiap kita tentu ingin bahwa 
pada akhir hidup kita, kita memiliki ... (isilah titik-titik yang 
kosong). Akan tetapi, kita mungkin saja akan mati dengan keinginan 
yang tak terpenuhi. Jika hal itu terjadi, itu akan menjadi salah satu 
hal yang paling sulit di dunia untuk kita hadapi dan terima. Daud 
mendengar "Tidak" dari Tuhan dan menerimanya dengan tenang dan tanpa 
merasa sakit hati. Hal semacam itu sangat sulit dilakukan. Akan 
tetapi, di dalam kata-kata terakhir Daud yang tercatat di Kitab Suci, 
kita menemukan sosok seorang pria yang berkenan di hati Allah.

Setelah empat dekade melayani Israel, Raja Daud, yang sekarang sudah 
tua dan mungkin bungkuk, menatap wajah para pengikutnya yang setia 
untuk yang terakhir kali. Banyak dari mereka mewakili kenangan yang 
berbeda dalam benak pria tua itu. Mereka yang akan melanjutkan 
warisannya berdiri di sekelilingnya, menunggu untuk menerima wejangan 
dan permintaannya yang terakhir. Apa yang akan dikatakan oleh raja 
berusia tujuh puluh tahun itu?

Daud memulai dengan apa yang menjadi gairah dalam hatinya. Ia 
menyingkapkan keinginan masa lalunya yang terdalam -- impian dan 
rencananya untuk membangun sebuah bait bagi Tuhan (1 Tawarikh 28:2). 
Itulah impian yang tak terpenuhi dalam hidupnya. "Allah telah 
berfirman kepadaku," kata Daud kepada bangsanya, "Engkau tidak akan 
mendirikan rumah bagi nama-Ku, sebab engkau ini seorang prajurit dan 
telah menumpahkan darah." (1 Tawarikh 28:3)

Impian manusia memang tidak mudah mati. Akan tetapi, di dalam kata-
kata perpisahannya, Daud memilih untuk fokus pada apa yang Tuhan 
izinkan untuk dilakukannya -- untuk memerintah sebagai raja atas 
Israel, untuk mempersiapkan Salomo memimpin kerajaannya, dan untuk 
menyerahkan impiannya kepada putranya itu (1 Tawarikh 28:4-8). 
Kemudian, dalam sebuah doa yang indah, ekspresi penyembahan yang 
spontan kepada Tuhan Allah, Daud memuji kebesaran Allah, bersyukur 
kepada-Nya atas segala berkat-Nya. Ia juga bersyafaat dengan mendoakan 
rakyat Israel dan untuk raja baru mereka, Salomo. Luangkanlah waktu 
Anda untuk membaca doa Daud yang terdapat dalam kitab 1 Tawarikh 
29:10-19 secara perlahan dan serius.

Daripada berkubang dalam rasa kasihan terhadap diri sendiri atau 
terjerumus dalam kepahitan karena impiannya tidak terpenuhi, Daud 
justru memuji Allah dengan hati yang bersyukur. Pujian membuat 
keinginan-keinginan manusiawi seseorang tersingkir sekaligus 
mengalihkan perhatiannya kepada pengagungan Allah yang hidup. Kaca 
pembesar pujian selalu mengarah ke atas.

Kemudian, Daud pun memuji TUHAN di depan mata segenap jemaat itu. 
Berkatalah Daud: "Terpujilah Engkau, ya TUHAN, Allahnya bapa kami 
Israel, dari selama-lamanya sampai selama-lamanya. Ya TUHAN, punya-
Mulah kebesaran dan kejayaan, kehormatan, kemasyhuran dan keagungan, 
ya, segala-galanya yang ada di langit dan di bumi! Ya TUHAN, punya-
Mulah kerajaan dan Engkau yang tertinggi itu melebihi segala-galanya 
sebagai kepala. Sebab kekayaan dan kemuliaan berasal dari pada-Mu dan 
Engkaulah yang berkuasa atas segala-galanya; dalam tangan-Mulah 
kekuatan dan kejayaan; dalam tangan-Mulah kuasa membesarkan dan 
mengokohkan segala-galanya." (1 Tawarikh 29:10-12)

Ketika Daud memikirkan limpahan kasih karunia Allah yang telah memberi 
bangsanya banyak hal yang baik, pujiannya pun berubah menjadi ucapan 
syukur. "Sekarang, ya Allah kami, kami bersyukur kepada-Mu dan memuji 
nama-Mu yang agung itu." (1 Tawarikh 29:13) Daud mengakui tidak ada 
yang istimewa tentang umat-Nya. Dahulu, mereka adalah pengembara dan 
tinggal di kemah-kemah, kehidupan mereka seperti bayang-bayang yang 
berlalu. Namun, karena kebaikan Allah yang besar, mereka mampu 
menyediakan semua yang dibutuhkan untuk membangun sebuah bait Allah (1 
Tawarikh 29:14-16).

Daud dikelilingi oleh kekayaan yang tak terbatas, tetapi semua 
kekayaan itu tidak pernah menangkap hatinya. Dia bergumul tentang 
banyak hal dalam dirinya, tetapi tak sekalipun ia bergumul dalam hal 
keserakahan. Daud tidak terjerat oleh materialisme. Ia mengatakan, 
pada dasarnya, "Ya TUHAN, Allah kami, segala kelimpahan bahan-bahan 
yang kami sediakan ini untuk mendirikan rumah bagi-Mu, bagi nama-Mu 
yang kudus, adalah dari tangan-Mu sendiri dan punya-Mulah segala-
galanya." Bagi Daud, Tuhanlah yang memiliki semuanya. Mungkin itu 
adalah sikap yang memungkinkan raja ini untuk mengatasi "Tidak" dari 
Allah di dalam hidupnya -- ia yakin bahwa Allah memegang kendali dan 
rencana Allah adalah yang terbaik. Daud tidak bersikukuh dalam 
memegang segala sesuatu yang menjadi miliknya.

Selanjutnya, Daud berdoa untuk orang lain. Dia berdoa syafaat untuk 
orang-orang yang telah diperintahnya selama empat puluh tahun. Ia 
meminta agar Tuhan mengingat persembahan mereka untuk bait itu dan 
mengarahkan hati mereka kepada-Nya (1 Tawarikh 29:17-18). Daud juga 
berdoa untuk Salomo: "... berikanlah hati yang tulus sehingga ia 
berpegang pada segala perintah-Mu dan peringatan-Mu dan ketetapan-Mu, 
melakukan segala-galanya dan mendirikan bait yang persiapannya telah 
kulakukan." (1 Tawarikh 29:19)

Doa agung ini meliputi kata-kata terakhir Daud yang dicatat; tak lama 
setelah itu, dia meninggal "penuh kekayaan dan kemuliaan" (1 Tawarikh 
29:28). Benar-benar cara yang tepat untuk mengakhiri hidup! 
Kematiannya adalah sebuah peringatan yang tepat untuk menyatakan bahwa 
ketika seorang hamba Tuhan meninggal, tidak ada dari Tuhan yang mati.

Meskipun beberapa mimpi tetap tak terpenuhi, seorang pria atau wanita 
Allah dapat menanggapi "Tidak" dari-Nya dengan pujian, syukur, dan doa 
syafaat ... karena meskipun mimpi itu pupus, tidak ada tujuan Allah 
yang tidak terpenuhi. (t/Jing-Jing)

Sumber asli:
Nama situs: Insight
Alamat URL: http://www.insight.org/library/articles/bible-characters/when-god-says-no-pray.html?t=Christian_Living
Judul artikel: When God Says "No" ... Pray
Penulis artikel: Charles R. Swindoll
Tanggal akses : 3 April 2013

Diambil dari:
Nama situs: Doa
Alamat URL: http://doa.sabda.org/ketika_tuhan_berkata_quottidakquot_berdoalah
Penulis: Charles R. Swindoll
Tanggal akses: 18 Agustus 2014


 STOP PRESS: APLIKASI BARU DARI SABDA ANDROID: CERITA ALKITAB TERBUKA 
                                (CAT)

Berita gembira untuk Anda! Yayasan Lembaga SABDA meluncurkan aplikasi 
android terbaru, yaitu Cerita Alkitab Terbuka (CAT)! Nikmati 50 judul 
cerita Alkitab dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang 
dilengkapi dengan 600 gambar ilustrasi. Aplikasi ini akan membuat 
kegiatan belajar Alkitab jadi lebih menyenangkan. Anda dapat 
menggunakannya sebagai alat peraga untuk bercerita kepada anak-anak 
sekolah minggu, dan sebagai pelengkap dalam memberikan renungan atau 
khotbah. Anda juga dapat membagikan cerita-cerita di dalamnya melalui 
berbagai media sosial yang Anda miliki. Dapatkan aplikasi ini sekarang 
juga di Play Store dan sebarkan informasi ini kepada keluarga dan 
rekan-rekan Anda!

Download: https://play.google.com/store/apps/details?id=org.sabda.cerita
Informasi lebih lengkap: http://android.sabda.org


Kontak: doa(at)sabda.org
Redaksi: N. Risanti dan Bayu
Berlangganan: subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-doa/arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2015 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org