Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-buku/161

e-Buku edisi 161 (15-12-2015)

Memimpin PA (Pemahaman Alkitab) (II)

e-Buku Edisi 161/Desember 2015 -- Memimpin PA (Pemahaman Alkitab) (II)

Publikasi Elektronik Buku Kristen
Memimpin PA (Pemahaman Alkitab) (II)

Edisi 161/Desember 2015

Salam kasih,

Daftar Isi

  1. Renungan
  2. Resensi Buku
  3. Artikel

"Tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam." Itulah firman yang terdapat dalam Mazmur 1:2. Firman Tuhan adalah hal utama yang harus diajarkan kepada semua generasi. Kelompok PA merupakan salah satu wadah yang dapat digunakan sebagai komunitas untuk menggali, mempelajari, dan membagikan firman Tuhan dengan sesama orang percaya. Pelanggan e-Buku yang saat ini terlibat dalam PA dan memimpin kelompok PA, tentu sudah familiar dengan berbagai macam metode PA dan bahan-bahan PA. Kiranya kita semua tetap bersemangat untuk menggali Alkitab lebih dalam sehingga kita dapat membagikan kebenaran kepada sesama anggota kelompok PA. Dua resensi buku yang kami sajikan dalam edisi ini kiranya juga dapat menjadi berkat bagi Anda. Simak pula renungan Natal dan artikel menarik yang telah kami pilihkan untuk Pelanggan. Selamat membaca dan selamat menyambut Natal 2015 serta menyongsong tahun baru 2016. Tuhan Yesus memberkati.

AmidyaStaf Redaksi e-Buku,
Amidya

Buku bukanlah segalanya, tetapi sesuatu yang bisa membuat kita belajar untuk jujur dan bijak.
Ibrahim Randell Champion

RENUNGAN
Pahlawan Lain dalam Natal

Buku_161_pahlawan-lain-dalam-natal.jpg

"Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam." (Matius 1:19)

Hampir di sepanjang hidup, saya melewatkan pentingnya peran Yusuf dalam cerita Natal. Namun, setelah saya sendiri menjadi seorang suami dan ayah, saya dapat lebih menghargai kepribadian Yusuf yang lemah lembut. Bahkan, sebelum Yusuf tahu bagaimana Maria bisa mengandung, ia telah memutuskan untuk tidak akan mempermalukan atau menghukum Maria atas kecurigaan bahwa ia telah berselingkuh (Matius 1:19).

Saya mengagumi ketaatan dan kerendahan hati Yusuf karena ia tidak hanya melakukan apa yang diperintahkan oleh malaikat (Matius 1:24), tetapi juga tidak melakukan hubungan suami istri dengan Maria sampai Yesus lahir (Matius 1:25). Kemudian, kita juga melihat bahwa Yusuf bersedia meninggalkan tanah kelahirannya demi melindungi Yesus (Matius 2:13-23).

Bayangkan tekanan yang pasti dialami oleh Yusuf dan Maria ketika mengetahui bahwa mereka harus membesarkan dan merawat Yesus! Bayangkan kerumitan dan tekanan yang mereka alami setiap saat dalam kehidupan sehari-hari yang dijalani bersama Sang Anak Allah; tentulah ada tuntutan untuk terus-menerus hidup kudus di hadapan Dia. Alangkah luar biasanya pribadi Yusuf sehingga ia dipercaya Allah untuk mengemban tugas tersebut! Yusuf menjadi teladan yang sangat indah untuk kita ikuti, baik dalam membesarkan anak-anak kita sendiri maupun anak-anak milik orang lain yang saat ini berada di bawah asuhan kita.

Kiranya Allah memberi kita kekuatan untuk berlaku setia seperti Yusuf, bahkan ketika kita tidak memahami sepenuhnya rencana Allah bagi kita.

Ya Bapa, kami tahu bahwa hikmat-Mu jauh melebihi pengertian kami yang sangat terbatas. Kami bersyukur, kami boleh bergantung kepada-Mu yang akan menggenapi rencana-Mu yang terbaik bagi kami. Engkau layak menerima kesetiaan kami sepenuhnya.

Rahasia pelayanan sejati terletak pada kesetiaan penuh kepada Allah di mana pun Dia menempatkan Anda.

Diambil dan disunting dari:
Nama situs  :  Our Daily Bread Ministries
Alamat URL  :  http://santapanrohani.org/2014/12/13/pahlawan-lain-dalam-natal/
Judul artikel  :  Pahlawan Lain dalam Natal
Penulis artikel  :  Tidak dicantumkan
Tanggal akses  :  21 Agustus 2015

RESENSI BUKU (1)
Membina Pembimbing Kelompok Kecil untuk Mengubah Hidup
Peresensi: Ayub A. Tanjung

Buku_161_membina-pembimbing-kelompok-kecil.jpg
Judul buku  :  Membina Pembimbing Kelompok Kecil untuk Mengubah Hidup
Judul asli  :  Coaching Life - Changing Small Group Leaders
Penulis/ Penyusun  :  Bill Donahue dan Greg Bowman
Penerjemah  :  Rachel Yuni Kristanti
Editor  :  Okdriati dan Johan Setiawan
Penerbit  :  Gloria Graffa, Yogyakarta 2010
Ukuran buku  :  24 x 17,5 cm
Tebal  :  194 Halaman
ISBN  :  978-602-8139-60-1
Buku Online  :  --
Download  :  --

Salah satu hal penting yang harus dilakukan oleh gereja yang sehat dan sadar akan panggilan Allah adalah mengusahakan pertumbuhan rohani bagi para jemaatnya, yang sering disebut sebagai pemuridan kepada jiwa-jiwa. Gereja harus bertumbuh dan pergi untuk menginjil. Sudah semestinya gereja memerhatikan metode apa yang harus dipakai dalam mengusahakan pertumbuhan jemaat, bukan saja secara kuantitas, melainkan juga secara kualitas. Salah satu usaha yang dilakukan gereja untuk memperoleh pertumbuhan rohani adalah dengan membentuk kelompok kecil Pemahaman Alkitab/PA. Mengapa melalui kelompok kecil? Karena sasarannya adalah pembelajaran dan pendalaman Alkitab, maka cara inilah yang efektif dan efisien untuk menolong pertumbuhan jemaat.

Apakah ini mudah? Tentu tidak. Untuk menunjang kelompok kecil ini, sangat diperlukan pembimbing kelompok yang matang dan siap membajak ladang jiwa. Kelompok kecil PA dapat mengubah hidup seseorang dan juga memberikan pengaruh terhadap gereja. Sayangnya, para pemimpin sering merasa kewalahan dalam mendampingi para anggotanya. Lalu, siapa yang akan membina para pemimpin kelompok, bagaimana caranya?

Pendeta Donahue dan Bowman dari Willow Creek dalam bukunya "Membina Pembimbing Kelompok Kecil untuk Mengubah Hidup", memberikan nasihat alkitabiah yang teruji tentang rahasia melatih dengan keteladanan, membimbing, menanamkan visi, dan memperlengkapi orang-orang yang melayani para pemimpin kelompok kecil. Hal ini tentu sangat diperlukan oleh banyak gereja dalam mempersiapkan generasi pembimbing kelompok kecil yang kompeten. Walaupun buku ini isinya terkesan terlalu padat dan banyak rincian poin, tetapi buku ini sangat menolong karena sifatnya yang praktis dan mudah dipahami oleh banyak orang terutama bagi aktivis dan pelayan gereja.

Jika kita adalah seorang pembimbing kelompok kecil, dan kita rindu ingin mengembangkan kelompok kecil agar gereja bertumbuh dengan sehat dan ideal, buku ini menjadi salah satu pilihan yang sangat tepat untuk membantu kita melihat betapa pentingnya prinsip-prinsip yang harus dibangun oleh gereja dan para pembimbing. Salah satunya, pemahaman kita mengenai pemuridan, yang merupakan mandat dari Tuhan Yesus kepada setiap orang percaya (Matius 28:19-20). Mari kita terus berkarya untuk memenuhi panggilan Allah melalui pemuridan dalam kelompok-kelompok kecil. Tuhan Yesus memberkati.


RESENSI BUKU (2)
Mengajarkan Alkitab secara Kreatif
Peresensi: Amidya

Buku_161_mengajarkan-alkitab-secara-kreatif.jpg
Judul buku  :  Mengajarkan Alkitab secara Kreatif
Judul asli  :  Creative Bible Teaching
Penulis/ Penyusun  :  Lawrence O. Richards
Penerjemah  :  Adina Chapman & Pauline Tiendas
Editor  :  --
Penerbit  :  Yayasan Kalam Hidup, Bandung 1994
Ukuran buku  :  21 x 15 cm
Tebal  :  391 halaman
ISBN  :  --
Buku Online  :  --
Download  :  --

"Mengajarkan Alkitab secara Kreatif" ditulis oleh Lawrence O. Richards. Buku ini terdiri atas 3 bagian utama, yaitu Alkitab yang Kita Ajarkan, Mengajarkan Alkitab secara Kreatif, dan Petunjuk untuk Mengajarkan Alkitab secara Kreatif. Lawrence mengajak para pembaca tidak hanya untuk membaca buku ini sampai habis, tetapi juga memerhatikan hal-hal yang praktis dalam buku supaya kita bisa langsung mengimplementasikannya dalam pelayanan, baik pelayanan anak, remaja, maupun jemaat dewasa.

Pada bagian pertama, Lawrence mengajak para pembaca menyadari bahwa Alkitab yang kita ajarkan adalah buku yang hebat. Mengapa Alkitab disebut buku yang hebat? Karena, Alkitab adalah buku Allah. Firman Allah mampu mengubahkan hidup manusia. Selain itu, melalui Alkitab Allah mengungkapkan sendiri tentang Diri-Nya. Melalui buku ini, Lawrence mendorong para pembaca untuk meyakini bahwa Alkitab ditulis untuk menyingkapkan siapa Allah dan apa karya-Nya. Bahkan, Alkitab juga memiliki kuasa untuk mengubah hidup manusia.

Pada bagian kedua, para pembaca didorong untuk dapat mengajarkan Alkitab secara kreatif dan mampu membuat para siswa atau orang yang diajar bergairah dan tertarik untuk menggali Alkitab. Untuk mengajar Alkitab secara kreatif, ada 5 tahapan yang dapat dilakukan oleh guru, antara lain menghafal tanpa berpikir, mengenali, mengucapkan kembali, menghubungkan, dan merealisasi.

Bagian terakhir dari buku ini, mengajak para pembaca untuk mengaplikasikan bagaimana mengajar Alkitab secara kreatif. Pertama, kita dapat menentukan kelas yang akan kita ajar, membuat rencana pengajaran, mempersiapkan metode dan media mengajar, dan mengeksplorasi kegiatan belajar mengajar. Cobalah untuk membuat kelas menarik sehingga siswa bergairah dan bersemangat untuk mempelajari Alkitab.

Pada hakikatnya, buku ini adalah buku yang sangat praktis. Orang Kristen awam dan aktivis gereja dapat membaca dan mengimplementasikan hal-hal praktis dari buku ini. Penulis mengajak para pembaca tidak hanya berpikir secara konseptual, tetapi juga bisa mempraktikkan cara-cara dan tahapan-tahapan untuk mengajarkan Alkitab secara kreatif. Dengan bahasa penulisan yang mudah dipahami, buku ini sangat bagus untuk dibaca semua orang Kristen, tetapi bila Anda terlibat dalam pelayanan di gereja, khususnya dalam pengajaran, buku ini wajib untuk Anda baca. Marilah kita mengajar dengan sepenuh hati dan merasakan firman Allah yang meresap dalam hidup kita serta memohon kepada-Nya untuk terus memperbarui seluruh aspek hidup kita.


ARTIKEL
Membaca dan Menulis Butuh Sikap Meditasi, Hening, dan Saat Teduh

Banyak orang sibuk bekerja secara fisik di bidang pertanian, peternakan, sekolah atau kantor. Hal ini membuat jiwa dan badan tampak sangat sibuk. Gerakan dan aktivitas kerja mengeluarkan tenaga fisik yang besar sehingga sering kali membuat badan atau fisik menjadi lelah. Karena badan atau fisik lelah, maka secara tidak langsung jiwa pun ikut lelah. Sebab, badan dan jiwa bagaikan sisi mata uang yang tak dapat dipisahkan.

e-Buku_161_Artikel.jpg

Sejak saya bertugas di perpustakaan sekolah, saya selalu mengamati segala aktivitas membaca para siswa/i dan para guru. Tampaknya pengamatan saya benar bahwa hampir semua para pengunjung perpustakaan memanfaatkan waktu istirahat. Dalam hal ini, semua waktu istirahat digunakan untuk membaca. Akhirnya, lama-kelamaan orang berkeyakinan bahwa istirahat sama artinya dengan membaca karena ketika membaca, orang tidak melakukan pekerjaan fisik berat, tetapi hanya membutuhkan kerja intelektual saja yang dianggap tidak mengeluarkan keringat dan tenaga fisik.

Akan tetapi, saya mencoba menghubungkan antara menulis dan membaca. Biasanya ketika menulis, orang cenderung berfokus pada kerja intelektual dan rohani. Menulis ialah bermeditasi secara tertulis. Kata meditasi sendiri langsung membawa kita pada posisi duduk atau sikap badan merenung dengan duduk tegap, bersila, tangan di depan kedua paha dan terbuka serta mata tertutup sambil berkonsentrasi pada pokok renungan. Meditasi itu adalah meditasi tidak tertulis. Bila melakukan meditasi tertulis, mata boleh terbuka, tangan harus memegang bolpoin atau tuts komputer atau mesin ketik; dalam situasi yang diam dan sunyi, kita terus mengonsentrasikan pikiran pada wacana yang hendak ditulis. Karena itu, kita membutuhkan saat hening dan teduh. Sedangkan dalam membaca, orang juga membutuhkan saat hening, saat teduh, dan istirahat secara fisik.

Dapat dikatakan bahwa dalam keadaan membaca pun, orang butuh sikap meditasi -- sikap hening dan merenung. Dengan sikap hening dan merenung, akal budi manusia akhirnya dipenuhi cahaya pencerahan untuk menerangi masalah-masalah kehidupan. Dalam hal ini, ilmu pengetahuan itu ibarat cahaya pencerahan yang menerangi akal budi manusia yang gelap untuk menemukan cara-cara baru demi mengejar dan menemukan kebahagiaan hidup di dunia ini dan di alam sana.

Baik membaca maupun menulis, orang membutuhkan saat hening dan saat teduh. Orang membutuhkan saat istirahat dari kerja fisik sejenak meskipun membaca dan menulis sebagai bagian dari kerja kehendak dan akal serta karsa manusia, tetapi keheningan tetap saja dibutuhkan. Unsur hening dan meditasi ini memungkinkan perpustakaan-perpustakaan besar dalam tradisi gereja hanya ditemui dalam lingkungan gereja dan biara-biara karena memang gereja dan biara sangat akrab dengan keheningan dan meditasi.

Diambil dan disunting dari:
Nama situs  :  Kompasiana
Alamat URL  :  http://edukasi.kompasiana.com/2015/02/15/membaca-dan-menulis-butuh-sikap-meditasi-hening-dan-saat-teduh-701859.html
Judul artikel  :  Membaca dan Menulis Butuh Sikap Meditasi, Hening, dan Saat Teduh
Penulis artikel  :  Blasius Mengkaka
Tanggal akses  :  29 Mei 2015

Anda terdaftar dengan alamat: $subst('Recip.EmailAddr').
Anda menerima publikasi ini karena Anda berlangganan publikasi e-Buku.

Twitter Facebook

Redaksi: Mei, S. Setyawati, dan Amidya
Kontak | Berlangganan | Berhenti | Arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
© 2015 -- Yayasan Lembaga SABDA

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org