Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binasiswa/64

e-BinaSiswa edisi 64 (3-10-2016)

Remaja dan Teknologi (2)

e-BinaSiswa -- Edisi 64/Oktober 2016
 
Remaja dan Teknologi (2)
e-BinaSiswa -- Edisi 64/Oktober 2016
 
e-BinaSiswa

Salam kasih dalam Kristus,

Teknologi berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan teknologi informasi yang semakin mumpuni sangat mendukung berbagai bidang untuk lebih berkembang. Teknologi tidak hanya dimanfaatkan dalam industri, dalam dunia pelayanan pun teknologi dapat dipergunakan untuk melayani jemaat Tuhan. Terlebih lagi, bagi sekolah maupun gereja yang menggembalakan para siswa dan remaja (digital natives), mereka perlu dilayani dengan cara baru, cara yang lebih kontekstual dengan cara berpikir dan gaya hidup remaja Kristen masa kini.

Publikasi e-BinaSiswa edisi kali ini menyajikan sebuah artikel dan bahan ajar yang berkaitan dengan pemanfaatan teknologi informasi. Kiranya setiap guru dan pembimbing remaja dapat belajar menggunakan teknologi untuk melayani generasi Z dan dapat diperlengkapi untuk memperlengkapi setiap siswa dan remaja Kristen supaya bisa menggunakan teknologi dengan bijak. Soli Deo Gloria!

Amidya

Pemimpin Redaksi e-BinaSiswa,
Amidya

 

ARTIKEL Teknologi Komputer bagi Remaja Kristen

Kita sungguh bersyukur dengan adanya teknologi komputer. Ini adalah anugerah besar bagi manusia abad ke-21. Komputer menyebabkan dunia terasa demikian sempit. Kita tidak perlu ke mana-mana untuk menjalankan usaha. Cukup pakai website, internet, dan email. Kita tidak perlu waktu berhari-hari untuk mengirim surat. Semuanya serba cepat dan mudah. Yang menjadi tidak gampang adalah jika remaja kita sudah terikat pada komputer dan teknologinya.

Komputer

Tak seorang pun bisa membendung teknologi. Dia akan terus berkembang, makin hari makin canggih dan akan membentuk komunitas tersendiri. Namun, pengaruh teknologi dan informasi juga akan mengubah gaya hidup keluarga kita. Coba perhatikan bagaimana remaja kita mengisi waktu mereka (di luar belajar, tentunya) dewasa ini? Umumnya, kalau tidak di depan TV, berhadapan dengan komputer, game atau handphone. Sebagian mungkin ada yang main musik. Masih ada yang duduk-duduk mengobrol dengan papa, mama, dan saudara lainnya?

Jika remaja kita mulai nampak bergantung pada teknologi komputer ini, saatnyalah orangtua bertindak. Kita perlu mewaspadai banyak game anak menonjolkan unsur kekerasan. Akibatnya, mereka menganggap kekerasan itu adalah hal yang biasa. Selain itu, dunia maya membuat anak bisa menciptakan dunianya sendiri di dalam komputer. Dia menjadi enggan mau bergaul dengan teman-teman, berkomunikasi dengan keluarga, atau bepergian bersama orangtua. Game telah menjadi sahabat baiknya.

Namun, Martin Elvis dalam salah satu seminarnya menegaskan ada lima hal besar yang tidak bisa dilakukan oleh media terhadap anak-anak kita:

  1. Media tidak dapat menyebut nama, tidak mempunyai perhatian secara pribadi, anak kita dianggap sebagai konsumer. Inilah kesempatan kita, anak kita adalah satu pribadi yang unik, kita bisa memanggil namanya, memperhatikan dia, menatap matanya, berkomunikasi secara pribadi dengan dia.
  2. Media tidak dapat memangku anak kita.
  3. Media tidak bisa memeluk anak kita, tidak bisa membacakan buku cerita sebelum tidur.
  4. Media tidak pernah mendengarkan anak kita. Kita diberikan anugerah untuk bisa mendengarkan curhat anak kita.
  5. Media tidak bisa menaikkan anak ke tempat tidur, lalu mengajaknya berdoa.

Hati-hati jika anak terlalu banyak menonton televisi atau game. Jika remaja kita suka main video game, komik, televisi, ia gampang terpengaruh. Akibatnya, dia kehilangan fokus pada hal-hal yang bersifat teks, seperti pelajaran sejarah, matematika, dan lain-lain. Tontonan televisi misalnya, sangat membuat perhatian anak mudah teralihkan dari satu isu ke isu lainnya karena banyaknya intervensi iklan di dalam setiap film. Jika seorang anak sudah terbiasa main game atau menonton terlalu lama, ketika guru meminta dia membaca buku teks, dia akan cepat mengantuk karena tidak menarik. Dia sudah terbiasa dengan gambar bergerak.

Penelitian terbaru dari Glasglow University, Inggris, menemukan bahwa rutinitas menonton televisi sebanyak dua jam sehari atau lebih dapat memicu asma. Menurut laporan, pola bernapas yang berasosiasi dengan kebiasaan duduk yang terus-menerus mengarah pada gangguan paru-paru dan napas anak-anak. Ditemukan bahwa 6% anak-anak tanpa gejala asma pada awalnya ketika usia 12 tumbuh dengan gejala asma. Pada anak dengan frekuensi menonton lebih dari 2 jam sehari, gejala asma ditemui dua kali lipatnya.

Menurut Martin Elvis, game dan film kekerasan telah melenyapkan empati dalam diri anak kita. Media seperti video game dan digital game justru bermuatan agresivitas yang hanya menciptakan kecerdasan destruktif. Perasaan empati lenyap di dalam dunia game yang cenderung mengutamakan kecepatan, rasionalitas, dan ketepatan.

Hal penting lainnya adalah jangan sampai anak terlalu lama bermain game. Sejak anak mulai mengenal game komputer (juga jenis game lain: PlayStation, Nintendo Wii, Gameboy, dsb.), orangtua harus menunjukkan otoritas. Buatlah kesepakatan "syarat dan ketentuan" dengan anak berapa lama mereka boleh bermain game. Intinya, batasi. Jika sejak awal kita konsisten dengan hal ini, saat mereka remaja nanti negosiasi bisa dilakukan. Akan tetapi, kalau dari kecil tidak ada batasan, orangtua akan kewalahan ketika anak masuk usia remaja.

Untuk tetap memberlakukan otoritas orangtua, ada harga yang harus kita bayar. Di antaranya menyediakan waktu terbaik kita untuk menemani anak-anak. Beri waktu berkomunikasi dan bermain bersama remaja kita. Kita bisa main catur, halma, ular tangga, monopoli, dan sebagainya. Baik juga mengajar anak berolahraga atau main musik. Komunikasi seperti ini dapat menjadi hiburan pengganti yang menyenangkan anak dan lebih membantu pertumbuhan emosi anak. Daripada membiarkan remaja berlama-lama di depan televisi atau komputer, sediakanlah waktu Anda bermain dengan mereka.

Media Sosial

Gaya hidup remaja yang berkaitan dengan komputer sekarang ini sudah mengarah ke sesuatu yang membangun pertemanan di dunia maya. Sekarang, tiap remaja minimal punya email, blog, dan Facebook, lebih-lebih di kota besar atau tempat-tempat yang punya akses internet. Sayangnya, hal ini menghilangkan berbagai aspek kemanusiaan kita. Remaja merasa punya banyak teman, tetapi kenyataannya tidak berteman. Tidak ada yang bisa dipegang. Tren ini menyuburkan individualisme kita sebagai manusia.

Yang terpenting dalam membina remaja adalah menanamkan nilai. Kalau anak-anak kita sudah punya batasan yang benar dalam firman Tuhan, maka dia bisa membedakan yang benar dari yang salah, terutama saat dia menghadapi banjirnya informasi media audio visual yang sangat menggoda.

Jika Terlanjur

Apa yang harus kita lakukan bila remaja kita terlanjur masuk dalam ketergantungan pada media secara tidak sehat?

  1. Utamakan pendampingan yang penuh kasih dari orangtua. Kehadiran dan keterlibatan orangtua dalam semua aktivitas bersama akan menolong remaja menghargai figur otoritas. Berikanlah waktu terbaik bersama mereka. Usahakan mengenali game dan tontonan mereka, lalu secara bertahap kita mengalihkan mereka kepada hal yang lebih baik.
  2. Kita melibatkan mereka pada kegiatan positif, misalnya ikut klub olahraga. Tujuannya agar mereka terhindar dari aktivitas negatif seperti judi, narkoba, dan lain-lain.
  3. Perhatikan Ulangan 6:6-9. Perintah Tuhan ini tidak ditujukan kepada suatu lembaga, sekolah, gereja atau bangsa, tetapi kepada keluarga. Ayat ini menekankan betapa pentingnya kita membicarakan (audio) Firman secara berulang kepada anak serta mengajarkannya di mana pun kita berada. Tuhan juga minta kita mengomunikasikannya secara visual (menaruh tanda pada tangan, lambang di dahi, dan menuliskannya pada pintu rumah dan pintu gerbang).

Bagaimana pun, kalau sudah terlanjur, tidak ada cara yang mudah untuk keluar. Lebih baik menjaga daripada mengobati.

Tip Menolong Remaja Menggunakan Media secara Sehat

  1. Latihlah anak menghargai figur otoritas sejak mereka kecil.
  2. Kenalkan batasan bermain dari awal: waktu, jenis game, film, dan komik. Tetapkan "syarat dan kondisi" main. Awasi jika anak mulai menampakkan tanda-tanda terlalu banyak main.
  3. Jangan bertindak reaktif, melainkan tanamkan nilai-nilai kebenaran sejak mereka kecil lewat mengobrol, cerita, dan persekutuan keluarga.
  4. Biasakanlah bermain bersama anak. Ini akan mendekatkan Anda dengan anak dan membuat mereka menghargai otoritas kita sebagai orangtua. Sedapat mungkin, temani mereka menonton TV dan mendiskusikannya.
  5. Biasakan anak menyanyikan lagu yang sehat dan membangun jiwa.
  6. Untuk mencegah hal yang tidak diinginkan, usahakan anak bermain di rumah, bukan di warnet.
Diambil dari:
Judul buku : Remaja, Media, dan Gaya Hidup
Judul asli artikel : Komputer
Penulis : Julianto Simanjuntak & Roswitha Ndraha
Penerbit : Yayasan Peduli Konseling Indonesia (YAPKI), Tangerang 2009
Halaman : 40 -- 46
 

BAHAN AJAR Penggunaan Teknologi bagi Kemuliaan Tuhan Ditulis oleh: Amidya

A. Dasar Alkitab

Kolose 1:16

B. Tujuan

Remaja dapat menggunakan teknologi dengan bertanggung jawab dan memuliakan Tuhan melalui teknologi informasi.

C. Refleksi

Remaja dan Teknologi

Segala sesuatu yang ada di dunia ini, baik rohani maupun bendawi, adalah ciptaan Tuhan. Dalam Kolose 1:16, Rasul Paulus ingin menyampaikan kepada jemaat di Kolose bagaimana peran Kristus dalam penciptaan. Tafsiran Alkitab Full Life menegaskan bahwa seluruh ciptaan dapat ada karena Kristus yang berperan sebagai pelaksana aktif, dan segala yang ada di dalam dunia ini dapat terpelihara hanya karena Kristus saja. Demikian halnya dengan teknologi dan informasi adalah ciptaan Allah. Menilik kembali bahwa baik bendawi maupun rohani adalah ciptaan Tuhan (Lihat Kolose 1:16; Ibrani 1:3), maka IT adalah ciptaan Tuhan, dan manusia sebagai pemakai harus menggunakan, bahkan mengembangkan dengan penuh tanggung jawab. Apabila pembina masih berpikir bahwa siswa remaja sejauh ini masih menggunakan media internet dengan sembarangan, maka pembina harus menolong siswa dan remaja Kristen untuk memahami bahwa teknologi harus digunakan dengan bertanggung jawab. Allah menghendaki bahwa semua yang Ia ciptakan tidak dirusak oleh manusia, manusia harus mengelola semua yang sudah Allah ciptakan.

Sebagai pembina, janganlah kita takut untuk menggunakan teknologi. Mari kita sama-sama belajar menggunakan teknologi untuk mengajar, mendidik, dan membina setiap siswa dan remaja Kristen yang kita layani. Perkembangan teknologi informasi jika digunakan dengan sebaik mungkin dan penuh rasa tanggung jawab, akan menghasilkan kontribusi yang sangat besar dalam pendidikan Kristen. Tidak hanya subjek pendidikan Kristen (guru/pembina dan siswa) yang berkembang, melainkan media pendidikan, metode, dan strategi dalam mengajar pun akan turut berkembang sesuai dengan perkembangan IT masa kini.

D. Diskusi

  1. Apa inti penjelasan yang terdapat dalam Kolose 1:16?
  2. Sebutkan sikap yang harus dimiliki oleh siswa Kristen saat menggunakan internet!
  3. Sebutkan dampak positif penggunaan IT dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah!
  4. Bagaimana teknologi informasi bisa berdampak baik bagi pendidikan Kristen?

E. Kesimpulan

Segala sesuatu di jagad raya ini adalah ciptaan Tuhan, baik itu bendawi maupun rohani. Akan tetapi, kita tidak boleh sembarangan menggunakan apa yang Tuhan sudah ciptakan. Kita dituntut untuk mengelola dan menggunakan dengan sebaik mungkin. Demikian pula dengan internet, kita perlu bertanggung jawab dalam menggunakan internet. Mari kita mengajar siswa remaja untuk menggunakan teknologi dengan bijak. Dorong setiap siswa untuk bermisi dengan media sosial, menggali Alkitab dengan Apps Alkitab, dan ber-PA melalui diskusi online. Gunakanlah teknologi bagi kemuliaan Tuhan!

Sumber bacaan:

 
Stop Press! Bergabunglah dalam Kelas PESTA Online - Kelas Natal

Promosi Kelas Natal

Natal bukan sekadar perayaan dan sukacita merayakan kelahiran sang Penebus. Natal adalah perayaan momen saat Allah Mahatinggi dan Mahasuci turun ke bumi untuk melayani dan menebus manusia yang berdosa. Bagaimana kita dapat memaknai Natal sesuai dengan kebenaran firman Tuhan? Bergabunglah dalam kelas Natal untuk tahun 2016 ini. Pendaftaran peserta kelas Natal 2016 sudah dibuka dan kelas diskusi akan berlangsung pada bulan November/Desember 2016. Peserta kelas Natal dari periode sebelumnya sudah merasakan berkat dari kelas ini. Mereka mendapatkan peningkatan pemahaman dan pengertian yang benar tentang hakikat Natal sehingga makin bersyukur akan kasih Allah yang begitu berharga melalui peristiwa Natal. Bagaimana dengan Anda?

Silakan hubungi Kusuma untuk mendaftarkan diri. Jangan lupa untuk mencantumkan subjek email [DAFTAR -- KELAS NATAL].

Informasi:
Situs PESTA
kusuma@in-christ.net
PESTA
@sabdapesta
 
Anda terdaftar dengan alamat: $subst('Recip.EmailAddr').
Anda menerima publikasi ini karena Anda berlangganan publikasi e-BinaSiswa.
binasiswa@sabda.org
e-BinaSiswa
@sabdabinasiswa
Redaksi: Amidya, Hossiana, Ariel, dan Davida
Berlangganan | Berhenti | Arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
©, 2016 -- Yayasan Lembaga SABDA
 

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org