Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binasiswa/60

e-BinaSiswa edisi 60 (6-6-2016)

Remaja dan Pengendalian Diri (2)

Remaja dan Pengendalian Diri (2)
e-BinaSiswa -- Edisi 60/Juni 2016

Salam kasih dalam Kristus,

Pada umumnya, masa remaja adalah masa yang penuh dengan semangat yang tinggi. Keinginan untuk mencoba sesuatu yang baru juga sangat besar. Tidak jarang, semangat dan keinginan yang besar itu, meskipun awalnya dianggap baik, justru menghasilkan sesuatu yang kurang baik. Biasanya, hal itu disebabkan karena semangat tinggi yang tidak didasari dengan pemikiran yang matang. Oleh karena itu, sebagai pembina remaja, kita perlu mendampingi para remaja untuk menyaring setiap ide besar mereka. Tidak semua hal yang baik itu berguna. Tidak semua hal yang baik itu juga memuliakan Tuhan. Mereka perlu diajarkan banyak hal tentang pengendalian diri berdasarkan kebenaran firman Tuhan.

Dorongan yang timbul dalam hati dan perasaan perlu dikendalikan karena firman Allah menghendaki supaya kita bisa mengendalikan diri dalam segala nafsu. Dalam edisi e-BinaSiswa kali ini, kita akan belajar bersama mengenai Timotius, seorang pemuda yang berhasil mengendalikan diri, berkarakter baik, dan menjadi pemegang tongkat estafet dari Paulus. Simak pula sebuah renungan yang dapat mengajar kita untuk mengendalikan diri dan menyerahkan hidup kepada Tuhan. Tuhan Yesus memberkati.

Amidya

Pemimpin Redaksi e-BinaSiswa,
Amidya

TOKOH
Timotius dan Tongkat Estafet Pelayanan Gereja
Diringkas oleh: Amidya

Timotius

Timotius sebagai generasi penerus dalam pelayanan gereja dituntut untuk memiliki kepribadian yang baik dalam melaksanakan tugas yang akan dipercayakan kepadanya. Tentu ada banyak ciri kepribadian yang disebutkan dalam surat-surat yang ditujukan kepada Timotius, tetapi dalam rangka pembahasan ini kita hanya menyebutkan beberapa yang cukup menonjol.

  1. Keteladanan

    Paulus meminta Timotius untuk menjadi "tupos" (teladan, contoh, pola bagi jemaat -- 1 Timotius 4:12). Istilah ini sangat disukai Paulus (Roma 5:4; 8:17; 1 Korintus 10:6; Filipi 3:17; 1 Tesalonika 1:7; 2 Tesalonika 3:9; dan Titus 2:7). Dalam surat-suratnya itu, Paulus minta agar keteladanan itu menjadi ciri kepribadian dalam kehidupan jemaat. Maksud Paulus adalah supaya dengan ciri kepribadian itu jemaat menjadi teladan, contoh, dan pola bagi orang-orang yang berada di sekitar mereka. Dengan demikian, keteladanan yang Paulus minta dari jemaat adalah sebagai sarana atau alat untuk mengomunikasikan Injil kepada orang-orang di sekitar lokasi kehidupan jemaat.

    Paulus juga menggunakan istilah ini (tupos) di 1 Timotius 4:12, yang ia kaitkan dengan kata "ginou" (jadilah) sehingga membentuk kalimat imperatif yang dikenakan kepada Timotius. Timotius diminta dengan sangat agar menjadi teladan bagi jemaat sekalipun ia muda. Permintaan ini mengandung makna bahwa pelayanan jemaat yang Timotius harus lakukan adalah pelayanan keteladanan (bandingkan 1 Petrus 5:3). Pelayanan ini tidak dapat dilakukan dengan kata-kata saja, tetapi -- dan ini yang penting -- dengan sikap dan tindakan yang menjadi anutan bagi seluruh jemaat. Kesatuan kata dan tindakan sangat penting dan berpengaruh dalam pelayanan. Jemaat tidak hanya mendengar kefasihan berbicara dari seorang pelayan, tetapi lebih dari itu mereka juga ingin melihat keteladanannya dalam bersikap dan bertindak. Bahkan, kadang-kadang seorang pelayan kurang fasih dalam berbicara dan berkhotbah, tetapi bila ia mampu menjadi teladan bagi jemaat, maka ia bisa menjadi pola anutan dalam pelayanan. Keteladanan memang berbicara lebih kuat dari kata-kata.

    Ada lima unsur yang Paulus minta dari Timotius untuk menjadi teladan bagi jemaat, yaitu: perkataan, tingkah laku, kasih, kesetiaan, dan kesucian. Menurut Paulus, perkataan dan tingkah laku yang harus dihindari oleh seorang pelayan, termasuk Timotius, adalah kepalsuan, kemarahan, kepahitan, fitnah, kebencian, kejam, perkataan kasar dan kotor, peminum, dan pemarah (Efesus 4:25-31; Kolose 3:8-9; 1 Timotius 3:3), sedangkan yang harus diusahakan adalah kebenaran, nasihat, kelemahlembutan, pengampunan, kebijaksanaan, kesopanan, dan pengucapan syukur kepada Allah. Unsur yang berikut adalah kasih. Kasih merupakan unsur yang penting dalam surat-surat Paulus, sebab kasih sangat menentukan kualitas hidup orang-orang Kristen (Roma 12:9; 13:9; 1 Korintus 8:1). Karena itu, ia menasihati jemaat agar mereka hidup di dalam kasih sebagaimana Kristus mengasihi mereka (Efesus 5:2). Unsur keempat dan kelima adalah kesetiaan dan kesucian. Paulus kadang-kadang menggandeng kasih dan kesetiaan ini bersama-sama (1 Tesalonika 3:6; 5:8; 1 Timotius 1:14; 2 Timotius 1:13; Filemon 5) sebagai unsur yang berkaitan satu dengan yang lain. Kesetiaan dalam melayani sangat ditentukan oleh kasih seseorang kepada Tuhan. Demikian juga kesucian tetap terpelihara bila seorang pelayan memiliki kasih yang sama itu.

    Paulus menyebut unsur-unsur ini (perkataan, tingkah laku, kasih, kesetiaan, kesucian) yang mencerminkan kata dan perbuatan seorang pelayan harus Timotius miliki dalam melayani jemaat. Sebab Timotius masih sangat muda, sementara ia harus menghadapi sejumlah anggota jemaat yang mungkin lebih tua darinya sehingga agak sulit bagi orang yang lebih tua itu menerima nasihat-nasihatnya. Tetapi dengan keteladanannya itu, yang ia wujudkan dengan kata dan perbuatan, memungkinkan ia melakukan tugasnya itu. Hilangnya keteladanan itu akan menimbulkan krisis dalam kepemimpinannya.

  2. Hormat dan Sopan terhadap Semua Orang

    Sebagai seorang pelayan, Timotius dinasihati agar memelihara hubungan yang baik dengan semua anggota jemaat dengan bersikap hormat terhadap orang yang lebih tua umurnya dan sopan terhadap semua orang. Sikap ini sangat bermanfaat karena memelihara hubungan yang baik dengan jemaat dan memungkinkan Timotius secara leluasa melayani. Dalam 1 Timotius 5:1-2, Paulus memberikan sejumlah larangan dan nasihat kepada Timotius untuk memelihara hubungan itu. Paulus melarang Timotius agar jangan keras terhadap orangtua artinya jangan dengan keras memarahi mereka, sebaiknya ia harus menasihati mereka dengan penuh hormat sama seperti ayahnya sendiri.

    Timotius juga diminta untuk menegur atau menasihati orang muda dengan sopan sebagai saudaranya sendiri, yakni saudara di dalam iman. Persaudaraan yang demikian merupakan ciri persekutuan orang-orang Kristen sejak jemaat pertama (bandingkan Matius 12:49-50). Anggota jemaat merasa terikat di dalam satu persaudaraan akrab. Sedangkan terhadap perempuan tua, Timotius harus menasihati mereka sebagai ibu, dan kepada perempuan muda sebagai adiknya sendiri.

    Dalam upaya untuk memelihara hubungan dengan kelompok-kelompok jemaat ini, Timotius diminta untuk memelihara hubungan itu dengan "pase egneia" (penuh kemurnian -- 1 Timotius 5:2). Dalam konteks ini, nuansa yang terkandung dalam ungkapan penuh kemurnian adalah kemurnian yang lebih ditujukan kepada hal seksual. Secara lebih khusus, Paulus mengingatkan Timotius sebagai seorang pelayan muda dalam tugasnya di tengah jemaat agar ia memelihara pelayanan kepada jemaat dengan menciptakan suatu hubungan kekeluargaan yang penuh kemurnian. Sebagai seorang pelayan muda, pasti ia berhadapan dengan anggota-anggota jemaat yang masih muda sama seperti dirinya, baik secara kelompok maupun pribadi. Tetapi di dalam melayani mereka, Timotius diminta untuk menghadapi mereka dengan penuh kemurnian. Sebab, dengan begitu, hubungan kekeluargaan dan persekutuan di dalam jemaat terus terpelihara, dan Timotius dapat melayani secara leluasa kepada semua kelompok usia dalam jemaat.

  3. Berpegang pada Kebenaran

    Alkitab

    Paulus meminta kepada Timotius untuk berpegang pada kebenaran (2 Timotius 3:14). Kebenaran itu telah diajarkan oleh Paulus kepada Timotius dan tercermin dalam cara hidup, pendirian, iman, kasih, dan ketekunan sang guru (2 Timotius 3:10). Kebenaran itulah yang Paulus minta agar Timotius berpegang teguh dalam upaya menghadapi guru-guru sesat yang berkeliaran di dalam lingkungan jemaat. Ia tidak boleh berkompromi dengan ajaran-ajaran sesat itu. Sebaliknya, ia harus menelanjangi kesesatan sambil berpegang pada pengajaran yang benar. Sebab, dengan berpegang pada kebenaran itu, Timotius dan jemaat tidak diombang-ambingkan oleh pengajaran guru-guru palsu itu. Ia mampu bertahan dalam menghadapi mereka.

    Timotius adalah seorang pemuda yang sama dengan pemuda lainnya yang mempunyai kelemahan dan kekurangan. Akan tetapi, Paulus mau memakai dia sebagai pelayan yang akan meneruskan pelayanan gereja di masa depan. Setiap orang pasti memiliki kelemahan, tetapi kelemahan itu jangan dijadikan sebagai hambatan untuk mengaderisasi generasi penerus dalam pelayanan gereja.

Diringkas dari:
Judul buku : Berakar di Dalam Dia dan Dibangun di Dalam Dia
Judul artikel : Timotius dan Tongkat Estafet Pelayanan Gereja
Penulis : Samuel B. Hakh
Penerbit : BPK Gunung Mulia, Jakarta 2002
Halaman : 20 -- 28

RENUNGAN
Pengendalian Diri
Pengendalian Diri "Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu." (Mazmur 56:4)

Kita mudah kehilangan kendali emosi saat seseorang yang ingin menyakiti kita tampak telah memenangkan situasi.

Fred telah difitnah mencuri dan terancam kehilangan pekerjaannya. Orang yang memfitnahnya adalah lawan yang cerdik. Fred merasa marah dan frustrasi -- ia marah atas fitnahan tersebut dan frustrasi karena gagal meyakinkan atasannya.

Kadang kala, Fred tidak mampu menguasai diri. Pada suatu kesempatan, dengan penuh nafsu ia menyatakan akan membunuh musuhnya itu. Namun, pada saat yang lain ia mengatakan hendak bunuh diri. Suasana batinnya terombang-ambing dari perlawanannya yang semula keras hingga pada sikap menyerahnya yang menyedihkan.

Penulis Mazmur 56 juga menjadi sasaran kebencian yang tidak pada tempatnya. Musuh-musuh yang cerdik mengancam jiwanya. Namun, ia tidak kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Sebaliknya, ia berbicara kepada Allah secara jujur dan terbuka. Ia membicarakan kenyataan yang ada dan kemudian memohon pertolongan Allah -- dan Dia memang menolongnya!

Tidak mudah bagi kita untuk menerima kenyataan bahwa kita adalah orang yang dibenci secara tidak layak dan diserang secara menyakitkan. Namun, kita tidak perlu menyerah terhadap keadaan emosi kita. Kita dapat berdoa kepada Allah dan menaruh keyakinan kepada-Nya. Apabila kita melakukannya, Dia akan menanggapinya. Dia akan membebaskan kita atau memberi kita kekuatan untuk menanggung keadaan itu dan untuk mengasihi musuh-musuh kita -- selalu!

LEPAS KENDALI BUKANLAH CARA UNTUK MELEPASKAN DIRI DARI KEADAAN YANG SULIT

Diambil dari:
Nama Situs : Alkitab SABDA
Alamat URL : http://alkitab.sabda.org/illustration.php?id=3054
Judul renungan : Pengendalian Diri
Penulis : HVL
Tanggal akses : 27 Januari 2016

STOP PRES
Stop Press! BERGABUNGLAH DALAM KOMUNITAS BIO KRISTI!

Bio KristiMari bergabung menjadi komunitas Kristen yang memiliki pengetahuan dan wacana mendalam tentang tokoh-tokoh besar Kristen dalam Facebook dan Twitter Bio-Kristi. Dengan menjadi anggota komunitas Bio-Kristi, Anda akan mendapat berbagai inspirasi dan pengetahuan tentang hidup yang mengasihi Allah dan bertujuan pada kehendak-Nya. Komunitas Bio-Kristi akan menampilkan berbagai kutipan, kisah hidup, pengetahuan, serta akses kepada artikel-artikel yang bermutu dari para tokoh Kristen dunia maupun Indonesia, yang telah menorehkan dampak melalui hidup dan karya mereka. Bersama komunitas Bio-Kristi, kita akan bersama-sama menggemakan hidup yang memancarkan kasih kepada Allah dan sesama.

Jadi, tunggu apa lagi, segera bergabung dengan komunitas Bio-Kristi di:
Facebook Bio-Kristi
Twitter Bio-Kristi

Kami tunggu!

Anda terdaftar dengan alamat: $subst('Recip.EmailAddr').
Anda menerima publikasi ini karena Anda berlangganan publikasi e-BinaSiswa.
Redaksi: Amidya, Hossiana, dan Davida
Berlangganan | Berhenti | Arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
©, 2016 -- Yayasan Lembaga SABDA

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org