Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binasiswa/33

e-BinaSiswa edisi 33 (3-3-2014)

Remaja dan Persahabatan (1)

e-BinaSiswa -- Remaja dan Persahabatan (1)
Edisi 33/Maret 2014

DAFTAR ISI:
ARTIKEL: FRIENDSHIP IS SIP!
KIAT PEMBINA: MENGAJAK REMAJA MEMBANGUN SEBUAH PERSAHABATAN
STOP PRESS: BERGABUNGLAH DI KELAS ONLINE DASAR-DASAR IMAN KRISTEN PERIODE MEI/JUNI 2014!

Shalom,

Sudahkah kita menjadi seorang sahabat bagi orang-orang di sekitar 
kita? Terlebih lagi sebagai pembimbing kaum muda, sudahkah kita 
menjadi sahabat bagi adik-adik yang kita layani? Edisi e-BinaSiswa 
kali ini akan mengajak Pelanggan untuk menyimak artikel dan kiat 
pembina siswa tentang dunia yang sangat dekat dengan remaja, yaitu 
dunia persahabatan. Selamat menyimak. Tuhan Yesus memberkati.

Pemimpin Redaksi e-BinaSiswa,
Adiana
< ade(at)in-christ.net >
< http://remaja.sabda.org >


                   ARTIKEL: FRIENDSHIP IS SIP!
                   
Ditulis oleh: Adiana

Sebagian besar orang pasti berpendapat kalau persahabatan itu baik 
alias "friendship is sip!" Memiliki seorang sahabat sejati merupakan 
keinginan setiap orang. Terlepas dari pengalaman-pengalaman buruk kita 
tentang persahabatan, jauh di dalam lubuk hati, masing-masing kita 
pasti merindukan sosok sahabat baik yang dapat mewarnai hidup kita. 
Namun, rasanya tidak adil jika kita mengharapkan seorang sahabat yang 
baik, sementara kita sendiri tidak bisa menjadi sahabat yang baik. 
Seperti perkataan Salomo dalam kitab Amsal, "Orang yang curang 
menimbulkan pertengkaran, dan seorang pemfitnah menceraikan sahabat 
yang karib." (Amsal 16:28) Jadi, sebelum menuntut seseorang menjadi 
sahabat yang baik buat kita, apakah selama ini kita sudah menjadi 
sahabat yang baik buat mereka?

Model Persahabatan yang Sempurna

Model persahabatan yang sempurna sebenarnya bisa kita temukan dari 
awal manusia diciptakan. Sejak awal, kita sudah diciptakan sebagai 
pribadi yang sempurna, yaitu segambar dan serupa dengan Allah 
(Kejadian 1:26). Adam dan Hawa diciptakan sebagai seorang sahabat dan 
hidup tanpa kepura-puraan. Mereka tidak malu, padahal mereka 
telanjang! Mereka menerima satu dengan lainnya sebagaimana adanya dan 
bebas untuk mengasihi dan dikasihi. Dosalah yang membuat relasi 
sempurna antarmanusia itu menjadi rusak.

Kesempurnaan persahabatan berikutnya dapat kita temukan dalam diri 
Kristus. Dia menyebut kita ini sahabat-Nya (Yohanes 15:15). 
Semua itu Ia buktikan dengan mati bagi kita, sahabat-sahabat-Nya (Yohanes 
15:13). 
Bahkan, Dia mati ketika kita dalam keadaan masih berdosa (Roma 
5:8). 
Luar biasa, bukan? Di dalam Kristus, kita diterima dan dikasihi 
tanpa syarat.

Membangun dan Menikmati Persahabatan

Jika Allah telah menciptakan manusia dengan sempurna dan Kristus sudah 
memulihkan gambar diri kita di hadapan Allah, maukah kita memulihkan 
relasi kita dengan sahabat-sahabat kita? Sebenarnya, bagaimana cara 
kita bisa membangun persahabatan yang sejati dan menikmati relasi di 
dalamnya? Beberapa poin berikut ini mungkin bisa membantu kita melihat 
kualitas persahabatan yang selama ini kita bangun.

1. Seorang sahabat sejati selalu berkomunikasi.

Bagaimana selama ini kita berkomunikasi dengan sahabat kita? Jika 
selama ini kita berkomunikasi dengan menceritakan atau menanyakan 
kejadian-kejadian yang kita alami, komunikasi yang kita jalani 
sebenarnya hanya di permukaan saja. Tingkatan komunikasi yang lebih 
dalam terjadi ketika kita sudah mulai berbagi perasaan, harapan, 
ketakutan, dan rahasia kita yang sebenarnya.

2. Persahabatan sejati itu memiliki kecocokan.

Hampir semua persahabatan dimulai karena adanya kecocokan. Kecocokan 
ini bisa dimulai dari kesamaan hobi dan minat hingga kesamaan 
keinginan dan harapan ke depan. Namun, hal utama yang menimbulkan 
kecocokan sebenarnya adalah adanya kesamaan dalam hal keyakinan dan 
pendirian. Seorang sahabat dapat membangun keyakinan iman kita yang 
benar, atau justru sebaliknya. Jadi, dalam hal ini berhati-hatilah 
supaya persahabatan tidak merusak karakter kita yang baik. Sebab, 
pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik (1 Korintus 
15:33).

3. Seorang sahabat sejati membangun dan memperkaya.

Apa motivasi kita dalam membangun persahabatan? Seorang sahabat sejati 
berfokus untuk mengasihi dan terus membangun sahabatnya. Sifat 
membangun di sini dapat berarti pribadi yang memberi dorongan, 
dukungan, dan kekuatan yang membangun sahabatnya. Sebagai seorang 
sahabat Kristen, kita bisa menjadi "cermin" satu sama lain agar dapat 
terus saling mendorong untuk mengenal Kristus dan bertumbuh di dalam-
Nya. Kita tertawa dan menangis bersama (Amsal 17:17), kita menjadi 
rekan untuk mengembangkan talenta (Amsal 27:17), dan kita saling 
memberikan nasihat yang melegakan jiwa (Amsal 27:9, BIS).

4. Seorang sahabat sejati mau menerima dan dapat dipercaya.

Sebuah perasaan diterima sangat diperlukan dalam persahabatan. Ketika 
kita merasa diterima, kita bersedia menceritakan semua perasaan kita 
yang paling jujur. Oleh karena itu, seorang sahabat sejati mau 
menerima sahabatnya apa adanya dan dia juga dapat dipercaya, bukannya 
menjadi penggosip dan menceritakan semua kekurangan atau keburukan 
sahabatnya (Amsal 16:28).

5. Seorang sahabat sejati bersedia berkorban.

Teladan pengorbanan terbesar dapat kita peroleh dari Tuhan Yesus 
Kristus. Di dalam Kristus, kita memiliki hati yang melayani. Begitu 
juga kepada para sahabat kita. Dalam sebuah persahabatan, kita mungkin 
hanya memikirkan keuntungan apa yang bisa kita dapatkan dari 
persahabatan itu. Namun, kadang sesuatu yang berharga ditentukan oleh 
seberapa jauh kita mau berkorban untuk orang lain. Dan, Kristus sudah 
membayar harga yang mahal agar bisa bersahabat dengan kita (Yohanes 
15:12-13).

6. Seorang sahabat sejati itu jujur.

Sebagai sahabat sejati, kita rela menyatakan dengan sejujurnya siapa 
kita di dalam Kristus. Belajarlah untuk mengungkapkan perasaan dan 
pemikiran Anda secara jujur. Kadang, kita tidak mau jujur karena takut 
ditolak. Namun, jika sahabat kita itu tidak bersedia menerima 
keyakinan kita, dia bukanlah sahabat sejati.

7. Seorang sahabat sejati mau mengampuni.

Sifat mengampuni mungkin bukanlah hal yang mudah untuk kita lakukan, 
bahkan sebagai orang Kristen. Kematian Kristus merupakan bukti 
pengampunan paling agung yang pernah kita alami. Saat sahabat kita 
bersalah dan mungkin sudah datang untuk meminta maaf, kadang kita 
tidak dapat segera mengampuninya. Namun, Kristus telah mati ketika 
kita masih dalam keadaan berdosa (Roma 5:8). Ia sudah mengampuni kita, 
bahkan sebelum kita yang bersalah ini menyadari kesalahan kita dan 
datang kepada-Nya untuk memohon pengampunan. Bagaimana dengan kita? 
Bersediakah kita saling mengampuni dalam menjalin persahabatan?

So, selamat menikmati persahabatanmu! Di dalam Yesus, ada kasih yang 
melimpah. Sekarang, saatnya kita membagikannya juga kepada orang lain. 
Coz, friendship is sip!

Sumber bacaan: 
1. Anderson, Neil T., Park, Dave, Park. 1995. "Purity 
Under Pressure". Oregon: Harvest House Publishers. Hlm. 23-33.

2. Throop, Isabel A.. 2002. "Pola Hidup Kristen -- Penerapan Praktis". 
Malang: Gandum Mas. 
Dalam http://c3i.sabda.org/01/jun/2004/konseling_mengenai_persahabatan_sebuah_wawancara_dengan_madeleine_l_acute_engle.


     KIAT PEMBINA: MENGAJAK REMAJA MEMBANGUN SEBUAH PERSAHABATAN
Ditulis oleh : Amidya

Persahabatan adalah dunianya para remaja. Namun, benarkah membangun 
dan menjalin sebuah persahabatan itu mudah? Mengapa persahabatan yang 
sudah dibangun sekian lama masih bisa menimbulkan konflik dan tak 
jarang persahabatan itu menjadi rusak? Berikut ini cara-cara untuk 
membangun sebuah persahabatan.

1. Libatkan Tuhan.

Penting sekali untuk mengajak remaja memikirkan bahwa Allah pun 
mementingkan pertemanan. Untuk memilih seorang sahabat dan menjalin 
sebuah persahabatan yang sehat, jadikanlah firman Tuhan sebagai 
pegangan utama dalam menjalin persahabatan. Seperti yang tertulis 
dalam Amsal 17:17, "Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan 
menjadi saudara dalam kesukaran". Walau sederhana, ayat tersebut 
sangatlah bermakna. Sahabat adalah seseorang yang mengasihi sahabatnya 
setiap waktu dan menolong sahabatnya saat sahabatnya berada dalam 
masalah.

2. Pilihlah seorang sahabat untuk berbagi.

Sahabat ialah teman yang biasa diajak berbagi tanpa membagi. 
Perhatikanlah cara sekelompok remaja berbagi makanan, katakanlah 
sepiring rujak. Sesungguhnya, mereka berbagi rujak tanpa pernah 
membaginya. Mengingat kesenangan mereka bukan terletak pada banyaknya 
rujak yang dapat disantap oleh setiap orang, tetapi kesenangan justru 
terletak pada caranya menyantap rujak. Mereka menyantap rujak yang 
sama, dengan piring yang sama, dan menikmatinya bersama. Akan tetapi, 
setiap orang tidak peduli pada bagiannya masing-masing, entah lebih 
banyak atau lebih sedikit. Setiap orang merasa senang melihat temannya 
senang menyantap dan menikmati rujak. Mereka kelihatannya memang 
membagi rujak, tetapi setiap orang tidak menghendaki bagian yang sama 
persis, bahkan masing-masing tidak menghendaki bagian yang lebih dari 
yang lain. Mereka tidak menghitung jumlah rujak yang disantap oleh 
setiap orang, tetapi mereka merasa senang karena telah berbagi rujak 
dalam kebersamaan. Kebersamaan inilah nilai keutamaan yang mereka 
bangun dalam persahabatan.

3. Jalin keterbukaan dan sikap positif.

Sebagaimana yang sudah dituliskan di atas bahwa sahabat adalah berbagi 
tanpa membagi, maka dalam persahabatan perlu ditanamkan prinsip 
keterbukaan. Seseorang tentu akan lebih terbuka dengan sahabatnya 
dibandingkan dengan orang tua atau saudaranya. Oleh sebab itu, 
keterbukaan sangat diperlukan dalam persahabatan. Melalui keterbukaan, 
seseorang bisa mendengar dan menguatkan sahabatnya. Bisa menceritakan 
apa pun tanpa takut hal tersebut akan diceritakan kepada orang lain, 
itulah persahabatan. Sikap yang positif juga perlu ditekankan dalam 
persahabatan. Kita bisa senantiasa berpikir positif terhadap setiap 
permasalahan sahabat kita dan menjauhkan sikap iri hati. Ada kalanya 
sahabat kita lebih daripada kita. Oleh karena itu, perlu ditanamkan 
hati untuk mengasihi dengan tulus dan menjauhkan rasa iri.

Sumber bacaan:
1. Simanjuntak, J., Ndraha, R. 2009. ",9 Masalah Utama Remaja". Jakarta: YAPKI.
2. Yapp, Kathleen. 2002. "Buku Jawaban bagi Orang Tua dari Anak-anak Remaja". Jakarta: Adonai Publishing.
3. _________. "Persahabatan". Dalam http://ms.wikipedia.org/wiki/Persahabatan.


STOP PRESS: BERGABUNGLAH DI KELAS ONLINE DASAR-DASAR IMAN KRISTEN 
                      PERIODE MEI/JUNI 2014!

Informasi ini adalah undangan bagi Anda yang rindu untuk mempelajari 
pokok-pokok penting seputar iman Kristen. Pendidikan Elektronik Studi 
Teologia Awam (PESTA) < http://pesta.org > yang diselengarakan oleh 
Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org > membuka pendaftaran untuk 
mengikuti kelas online Dasar-Dasar Iman Kristen Mei/Juni 2014. Gratis!

Dalam kelas ini, setiap peserta akan belajar bersama tentang 
penciptaan, kejatuhan manusia dalam dosa, rencana keselamatan Allah 
melalui Yesus Kristus, dan hidup baru dalam Kristus. Diskusi akan 
dilakukan melalui milis (email) dan dimulai pada tanggal 7 Mei 2014. 
Jika Anda berminat, segera hubungi Admin PESTA melalui email: < 
kusuma(at)in-christ.net >. Segera setelah Anda mendaftarkan diri, kami 
akan mengirimkan modul pelajaran DIK dan tugas tertulis yang harus 
dikerjakan sebelum mengikuti kelas diskusi.

Daftarkan diri Anda sekarang juga!


Kontak: binasiswa(at)sabda.org
Redaksi: Adiana, Bayu, dan Amidya
Berlangganan: subscribe-i-kan-untuk-siswa(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-untuk-siswa(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-binasiswa/arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2014 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org