Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/770

e-BinaAnak edisi 770 (17-1-2018)

Guru dan Konsep Diri Anak

e-BinaAnak -- Edisi 770/Januari/2018
 
Guru dan Konsep Diri Anak
e-BinaAnak -- Edisi 770/Januari/2018
 

e-BinaAnak

Salam kasih,

Sebagai seorang pelayan anak atau orangtua, kita berperan untuk membangun konsep diri yang baik dalam diri seorang anak. Kita berperan untuk membuat anak layan kita tahu bahwa dirinya berharga dan membuatnya merasa diterima di lingkungannya, dengan dasar yang benar.

Pada awal tahun ini, redaksi menyajikan artikel berjudul Guru dan Konsep Diri Anak yang menjabarkan tentang fakta-fakta perbuatan Allah. Fakta-fakta tersebut menjadi dasar bahwa kita, baik pelayan anak maupun anak layan kita, berharga di mata Allah. Selain itu, tersedia pula tip dan bahan mengajar yang kiranya dapat membantu kita untuk menumbuhkan konsep diri yang benar pada anak layan kita. Selamat melayani, Tuhan Yesus memberkati.

Catatan: Memasuki tahun yang baru ini, Yayasan Lembaga SABDA berfokus mengerjakan proyek penerjemahan Alkitab versi AYT (Alkitab Yang Terbuka). Oleh karena itu, sebagai wujud penyesuaian, publikasi e-BinaAnak akan terbit satu bulan sekali (setiap hari Rabu minggu ke-3). Redaksi juga memohon dukungan doa dari Sahabat e-BinaAnak supaya AYT dapat diselesaikan dengan baik sehingga menjadi berkat bagi banyak orang dan nama Tuhan ditinggikan.

Tika

Pemimpin Redaksi e-BinaAnak,
Rostika

 

MUTIARA GURU

<a target='_blank' href='http://alkitab.mobi/?Ibrani+12:5-6, '>Ibrani 12:5-6</a>, AYT

 

ARTIKEL Guru dan Konsep Diri Anak

Firman Tuhan banyak memberi pesan yang benar mengenai siapa diri kita dan atas dasar apakah kita berharga. Secara ringkas, dapat dikemukakan bahwa menurut pesan Allah, kita berharga dan bernilai karena fakta-fakta perbuatan-Nya, bukan bentuk dan penampilan tubuh, landasan status sosial, dan apa yang telah, sedang dan akan yang kita perbuat bagi sesama dan bagi Dia. Allah Yang Mahakudus itu penuh kasih karunia, kebaikan dan kebenaran. Dia ingin kita merenungkan dan menikmati kemurahan-Nya. Begitu banyak fakta perbuatan Allah bagi guru dan muridnya, antara lain:

Pertama, manusia diciptakan Allah menurut rupa dan gambar-Nya (Kejadian 1:26-27). Manusia merupakan ciptaan yang "hampir sama seperti Allah telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat" (Mazmur 8:6). Jika demikian, guru dan anak didiknya adalah sama-sama pembawa rupa dan gambar Allah. Mereka amat bernilai di hadapan Sang Khalik. Sebagai pribadi, setiap guru dan anak didiknya adalah unik di hadapan Allah. Oleh karena itu, guru tidak boleh melecehkan anak didiknya walaupun lambat dalam proses belajarnya. Sebaliknya, dengan kesabaran dan hikmat, murid harus dibimbing untuk menyadari potensi dirinya, untuk dapat dikembangkan.

Kedua, manusia berdosa di hadapan Allah. Akibatnya, pikiran dan perbuatannya senantiasa berdosa (Roma 3:10, 23). Dosa itu sendiri mengakibatkan perbudakan nafsu hingga kematian kekal. Akan tetapi, karena kasih Nya, Allah berkenan mengutus Yesus ke dunia untuk memberi pengampunan dosa dan mengerjakan pembenaran. Yesus mengerjakan penebusan dosa manusia di kayu salib (1 Petrus 2:24) dan sempurna karya-Nya (Yohanes 19:30; Ibrani 9:26-28). Guru dan anak didik adalah orang berdosa yang ditebus oleh darah Yesus Kristus. Kalau guru dan murid menerima karya Kristus ini, hati nurani mereka dibersihkan oleh darah Yesus Kristus (Ibrani 9:14). Kalau menolak, tentu penebusan dosa itu tidak menjadi milik mereka. Karena iman atau percaya kepada karya Yesus itu, status guru dan anak didiknya dinyatakan sebagai orang-orang benar, anak-anak Allah, dan ahli waris kerajaan-Nya. Jadi, guru dan murid sama-sama istimewa!

Gambar: Salib Yesus

Ketiga, ketika orang percaya kepada Yesus Kristus sebagai juru selamatnya, Roh Kudus hadir dalam hidupnya untuk memberi kesaksian dan keyakinan supaya Firman dan karya Allah tidak diragukan lagi (Efesus 1:13-14; Roma 8:14-15). Roh Kudus juga mengerjakan sifat-sifat ilahi dalam kehidupan orang percaya (Galatia 5:22-23). Roh yang hadir itu lebih besar dari roh-roh apa pun dalam dunia ini (1 Yohanes 4:4). Jika demikian, guru dan anak didik yang percaya kepada Tuhan Yesus berharga bagi Allah karena dalam hidup mereka, Roh-Nya hadir dan berkarya guna memunculkan tabiat-tabiat baru atau akhlak mulia. Guru dan murid sama-sama berkedudukan sebagai bait Roh Kudus (1 Korintus 3:16). Roh itu sendiri sumber kuasa, hikmat, dan kekudusan dalam kehidupan. Tidak perlu ada murid atau guru yang kesurupan roh jahat di sekolah, bila mereka sama-sama didiami dan dipenuhi Roh Tuhan.

Keempat, setiap orang percaya memiliki status sebagai ciptaan Allah untuk mengerjakan pekerjaan baik yang Allah sudah persiapkan sebelumnya (Efesus 2:10; 2 Korintus 5:17). Setiap orang percaya di dunia berstatus ”garam dan terang dunia” (Matius 5:13-16). Tuhan ingin kita rajin berbuat kebaikan terhadap sesama, tekun mengerjakan apa yang patut dilaksanakan (Titus 2:14, 3:1,8,14). Guru adalah rekan kerja Allah dalam mendidik murid-muridnya. Status dan peran guru begitu mulia dalam rencana Tuhan. Mereka melakukan tugas bukan hanya untuk mempertahankan kehidupan. Mereka dipanggil menjadi saluran hikmat, kuasa-Nya, menyingkapkan rahasia pengetahuan.

Kelima, kalau Allah sendiri telah mengutus Putra-Nya yang tunggal ke dunia untuk menjadi pembenaran kita, kebutuhan lain pasti Dia cukupkan (Roma 8:32). Allah berjanji akan senantiasa menyertai kita dan memberi apa yang kita butuhkan (Ibrani 12:5; Filipi 4:19). Jika demikian, guru dan murid sama-sama menikmati pemeliharaan Allah dalam apa pun yang mereka butuhkan. Khususnya guru tidak perlu begitu cemas atas kebutuhan hidupnya. Mereka berharga karena memiliki dan mengenal Tuhan yang peduli dengan kehidupan sehari-hari.

Download Audio

Diambil dari:
Judul buku : Membesarkan Anak dengan Kreatif
Judul bab : Guru dan Konsep Diri Anak
Penulis : Binsen Samuel Sidjabat
Penerbit : ANDI, Yogyakarta 2008
Halaman : 169 -- 171
 

TIP Hal-Hal Apa Saja yang Membangun Rasa Diterima?

Rasa diterima sangat penting bagi sikap percaya diri dan keberhasilan. Oleh karena itu, orangtua dapat melakukan berbagai hal untuk menunjukkan kepada anaknya bahwa mereka diterima, yaitu:

1. Akui bahwa setiap anak adalah unik.

Orangtua harus melihat bahwa setiap anak adalah berbeda satu dengan yang lain, dengan demikian mereka tidak dapat diperlakukan sama. Hal yang terpenting ialah bahwa anak harus merasakan cinta yang dalam dan penerimaan dari orangtua.

2. Membantu anak agar mendapatkan kepuasan dalam apa yang berhasil dikerjakannya.

Biasanya, setiap orangtua memiliki kekhawatiran yang berlebihan akan terjadinya sesuatu bila anaknya sedang mengerjakan suatu hal. Ternyata hal ini tidak menumbuhkan kemampuan si anak itu. Sebagai orangtua, sudah seharusnya dapat mendukung segala yang dikerjakan anaknya.

Gambar: Bayi Yesus

3. Biarkan anak tahu bahwa Anda mencintainya, menginginkannya, dan senang berada bersamanya.

Menyediakan waktu untuk bersama anak-anaknya, menolong mereka dengan hal-hal yang dilakukan, dan memanfaatkan kesempatan untuk memperlihatkan cinta kasih kepada mereka adalah wujud ungkapan orangtua yang mengasihi anaknya.

4. Terimalah teman-teman anak Anda.

Biarkan anak-anak tahu bahwa orangtuanya menghargai dan menerima teman-temannya.

5. Pertahankan hubungan yang jujur dan sungguh-sungguh dengan anak- anak.

Seorang anak memiliki berbagai perasaan mengenai hal-hal yang dialaminya. Orangtua seharusnya bisa menerima keadaan ini secara wajar dan memberi kesempatan anak untuk membicarakannya.

6. Dengarkan apa yang dikatakan anak.

Seorang anak merasa diterima ketika orangtua mengambil waktu untuk mendengarkan dia.

7. Perlakukan anak sebagai orang yang berharga.

Anak-anak seharusnya dihargai dan diperlakukan sebagai manusia, dan orangtua akan mendapatkan anak-anak hidup sesuai dengan harapan.

8. Beri kesempatan kepada anak untuk bertumbuh dan berkembang dengan keunikannya.

Berbagai tuntutan orangtua akan membuat diri anak merasa berat. Setiap anak bertumbuh dengan wajar dengan keunikannya masing-masing.

Sumber asli:
Judul buku : Tujuh Kebutuhan Anak
Judul asli artikel : Hal-hal Apa Saja yang Membangun Rasa Diterima?
Penulis : John M. Drescher
Penerbit : P.T. Gunung Mulia, Jakarta: 1992
Halaman : 60 -- 65
Diambil dari:
Nama situs : PEPAK
Alamat situs : http://pepak.sabda.org/07/aug/2002/anak_​hal_hal_​apa_​saja_​yang_​membangun_​rasa_​diterima
Tanggal akses : 20 Desember 2017
 

BAHAN MENGAJAR Kita Semua Berharga

Gambar: Kita berharga

Nas: Kejadian 1:27-31

Ringkasan: Hampir setiap orang tidak suka dengan kekurangan-kekurangan yang ada pada dirinya. Namun, jika kita terus-menerus memikirkan kekurangan kita saja, biasanya justru dapat merugikan diri sendiri. Misalnya: karena merasa kurang pintar, kita jadi segan belajar; karena merasa tidak bisa bergaul, kita jadi takut berkenalan; karena merasa tidak cantik/ganteng, kita mudah iri pada yang cantik/ganteng; atau karena merasa tidak kaya, kita mudah iri pada yang kaya ....

.... Teman-teman, saat Tuhan selesai menciptakan manusia, Dia menilai kita dengan "sungguh amat baik". Kita ini disebut "peta dan teladan Allah".

Respons: Bagaimana sebaiknya sikap kita?

Selengkapnya »

 
Anda terdaftar dengan alamat: $subst('Recip.EmailAddr').
Anda menerima publikasi ini karena Anda berlangganan publikasi e-BinaAnak.
binaanak@sabda.org
e-BinaAnak
@sabdabinaanak
Redaksi: Rostika, Ariel, dan Joy
Berlangganan | Berhenti | Arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
©, 2018 -- Yayasan Lembaga SABDA
 

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org