Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/470

e-BinaAnak edisi 470 (18-2-2010)

Kasih kepada Firman Tuhan

___e-BinaAnak (Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak)____

  DAFTAR ISI EDISI 470/FEBRUARI/2010

  - SALAM DARI REDAKSI: Mengajar Anak Mencintai Firman Tuhan
  - ARTIKEL: Alkitab dan Keluargaku
  - TIPS: Cerita-Cerita dalam Alkitab Sebagai Kesatuan
  - MUTIARA GURU
  - AKTIVITAS: Permainan Memasang Cerita Alkitab
______________________________________________________________________
   Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke redaksi:
< binaanak(at)sabda.org > atau < owner-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org >

        Bergabunglah dalam Fan Page e-BinaAnak di Facebook!
        Kunjungi sekarang juga: http://fb.sabda.org/binaanak
______________________________________________________________________
SALAM DARI REDAKSI

                  MENGAJAR ANAK MENCINTAI FIRMAN TUHAN

  Shalom,

  Ada sebuah artikel yang menarik dalam edisi e-BinaAnak kali ini
  mengenai kuasa firman Tuhan terhadap kehidupan rohani seorang hamba
  Tuhan. Saat beliau masih kecil, ayahnya selalu membiasakan
  anak-anaknya untuk mengenal dan mencintai firman Tuhan. Apa kuncinya
  sehingga hamba Tuhan ini menyambut dengan gembira didikan ayahnya,
  meski terkadang tidak mengerti untuk apa membaca firman Tuhan?
  Keteladanan! Itulah kuncinya. Dia melihat ayahnya tekun membaca
  Alkitab setiap hari, dan setiap hari pula dia melihat dan merasakan
  perubahan-perubahan sikap sang ayah. Ya, kuasa firman itu begitu
  nyata sehingga hamba Tuhan ini pun mengikuti teladan ayahnya,
  mencintai firman Tuhan.

  Kita juga ingin anak-anak layan kita mencintai firman Tuhan, bukan?
  Salah satu caranya adalah dengan memberikan teladan dan hidup dalam
  kebenaran firman Tuhan, sehingga anak-anak pun melihat indahnya
  hidup orang-orang yang mencintai firman Tuhan. Selain melalui
  teladan hidup, Anda dapat pula mengajarkan kisah-kisah dari Alkitab
  kepada anak dan melakukan aktivitas yang berhubungan dengan Alkitab
  bersama mereka. Simaklah seluruh sajian kami minggu ini, dan
  pastikan kita semua telah mengajar anak-anak layan kita untuk
  mencintai firman Tuhan.

  Selamat melayani!

  Pimpinan Redaksi e-BinaAnak,
  Davida Welni Dana
  http://pepak.sabda.org/
  http://fb.sabda.org/binaanak
______________________________________________________________________

                 "Segala tulisan yang diilhamkan Allah
    memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan,
                      untuk memperbaiki kelakuan dan
          untuk mendidik orang dalam kebenaran. (2 Timotius 3:16)
               < http://alkitab.sabda.org/?2Timotius+3:16>
______________________________________________________________________
ARTIKEL

                        ALKITAB DAN KELUARGAKU

  Entah bagaimana jadinya kalau keluarga kami hidup tanpa Alkitab;
  sulit saya membayangkan. Barangkali saya dan kakak kandung saya,
  seorang pendeta, tidak akan menjadi hamba Tuhan penuh waktu. Mungkin
  dia sedang giat-giatnya praktik sebagai dokter dan saya sedang sibuk
  mengawasi bengkel alat-alat elektronik. Itu yang dulu kami dambakan.
  Kakak bercita-cita menjadi seorang dokter dan saya masuk sekolah
  teknik listrik untuk menjadi sarjana tehnik. Maklumlah keluarga kami
  waktu itu adalah keluarga yang kurang mampu, sehingga hanya kami
  bertiga, saya dan dua orang kakak, yang mengenyam pendidikan tinggi.
  Kakak-kakak yang lain rela tidak bersekolah. Mereka membuka warung
  dan menjadi sopir taksi untuk membiayai kami. Keluarga kami jatuh
  miskin karena pada zaman penjajahan Jepang, kami yang tinggal di
  desa Tlogowungu Pati, sempat dirampok dan rumah kami dibakar
  sebanyak dua kali. Maka, keluarga kami mengungsi ke kota Pati dan
  ayah merintis usaha bengkel sepeda karena tidak membutuhkan modal
  yang besar. Bertepatan di depan rumah kami, ada lapangan sepak bola
  Pragolo, sehingga kami bisa mendapat uang tambahan dengan menjadi
  tukang parkir sepeda (waktu itu belum ada sepeda motor, dan sepeda
  pun harus dikenakan biaya khusus yang disebut "peneng" [1]).

  Begitu hebatnya peran Alkitab dalam keluarga ayah saya, sehingga
  kami, anak, dan cucunya pun mengikuti teladannya. Kami menempatkan
  Alkitab sebagai pedoman dalam keluarga kami. Apa jadinya keluarga
  kami bila tidak berpedoman pada Alkitab. Bisa saja ada dari anak
  kami yang terlibat pergaulan bebas atau narkoba. Puji Tuhan,
  anak-anak, menantu, dan cucu-cucu semua rajin ke gereja. Mereka pun
  aktif dalam pelayanan, baik di dalam maupun di luar negeri. Meskipun
  negara Amerika dikenal sebagai tempat yang "bebas moral", syukur,
  anak-anak yang berada di sana baik-baik saja.

  Keteladanan Orang Tua

  Semuanya diawali oleh teladan dan disiplin dari orang tua saya.
  Tidak ada cara mendidik anak yang seampuh keteladanan dan disiplin
  orang tua.

  Sedikit latar belakang dari ayah saya. Sejak kecil beliau hidup
  sebatang kara, terpisah dari keluarga karena bencana gunung berapi.
  Dari Jember, Lumajang, merantau sampai ke Semarang, Kudus dan
  menetap di desa Tlogowungu Pati. Sewaktu di Semarang, ayah saya yang
  latar belakangnya memeluk kepercayaan Tionghoa sering melihat di
  klenteng ada banyak patung dewa-dewi, seperti dewa langit, dewa
  laut, dewa bumi, dewa dapur, dst.. Secara nalar ayah saya berpikir,
  "Seandainya mereka ini saya adu, mana yang paling hebat. Yang
  berkuasa di surga dan bumi, harus ada. Tetapi siapa namanya?" Dengan
  kata lain, ayah saya sudah percaya monoteisme, tapi tidak tahu siapa
  nama-Nya. Sampai John Sung, seorang penginjil Tiongkok, melalui
  timnya memberitakan Injil ke desa Tlogowungu. Waktu itu dijelaskan
  bahwa menurut Matius 28:18, "Yang berkuasa di surga dan di bumi
  adalah Yesus". Itulah Nama yang selama ini ia cari, maka ayah saya
  mau menerima Kristus. Sejak itu hidupnya sungguh mengalami perubahan
  yang luar biasa. Seterusnya, beliau mendidik anak dan cucunya secara
  Kristen.

  Bagi ayah, Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru [2] -- waktu
  itu masih mahal dan langka, disebut "Kitab Wasiat yang Lama" dan
  "Kitab Wasiat yang Baru"" -- benar-benar dihargai ayah saya sebagai
  "wasiat", [3] sehingga diberi sampul kulit yang bagus dan dibaca
  siang dan malam. Begitu cintanya ayah saya dengan Alkitab ini,
  Alkitab merupakan barang yang terlebih dahulu diselamatkan dari
  kobaran api, sewaktu rumah kami dijarah dan dibakar.

  Kecintaan ayah akan Alkitab ini ditularkan kepada anak-anaknya untuk
  bersaat teduh tiap hari dan membaca Alkitab secara urut. Untuk
  mendisiplin kami, setiap tahun ayah memesan khusus ke Lembaga
  Alkitab Indonesia daftar bacaan Alkitab. Setiap hari kami harus
  menandai setiap kotak ayat yang sudah kami baca. Sekarang kita patut
  bersyukur karena sudah tersedia berbagai buku panduan saat teduh
  yang menarik, bukan sekadar daftar bacaan Alkitab. Bahkan ada edisi
  khusus untuk pemuda, remaja, dan anak-anak.

  Begitulah kami dididik untuk memperlakukan Alkitab dengan hormat.
  Pertama, mengerti atau tidak, kami dilatih untuk mencintai "firman
  Tuhan". Bahkan meskipun waktu itu saya belum mengerti, bagaimana
  sebuah buku bisa disebut firman Tuhan. Kedua, kami dilatih untuk
  percaya bahwa Alkitab itu adalah "wasiat, wahyu dari Allah". Kami
  harus menaatinya dan pasti diberkati. Meskipun ayah tidak mampu
  menjelaskan Alkitab sesuai kemampuan kami, tapi kami anak-anaknya
  sulit untuk membantah karena melihat keteladanan dan perubahan hidup
  ayah, berikut kecintaannya akan gereja yang luar biasa dan nyata.
  Beliau yang dulu suka berjudi dan sabung ayam serta perokok berat
  telah berubah total.

  Akhirnya kami mengerti, Alkitab adalah firman Tuhan yang menjadi
  "pedoman hidup" manusia. Sungguh relevan apa yang dikatakan Paulus
  kepada Timotius, sebagai hamba Tuhan yang muda, dalam 2 Timotius
  3:15-17 dan 2 Timotius 1:15.

  Iman Timotius juga dibentuk dan diturunkan dari nenek dan ibunya.[4]
  Seperti Timotius, saya menjadi "hamba Alkitab" yaitu hamba Tuhan
  yang memberitakan firman-Nya berkat keteladanan ayah saya.

  Kebiasaan membaca firman Tuhan kami lanjutkan juga kepada anak-anak
  kami. Kami menganjurkan kepada anak-anak untuk melakukan saat teduh
  pribadi setiap hari, dan juga berusaha melakukan ibadah keluarga
  bersama-sama, walaupun tidak setiap hari. Ibadah keluarga berbeda
  dengan saat teduh pribadi.

  Kami menempatkan Alkitab sebagai pusat kehidupan kami, sebagai
  pedoman dan otoritas tertinggi dalam mengambil keputusan. Untuk itu,
  saya membelikan masing-masing anak satu Alkitab, termasuk anak yang
  belum bisa membaca pun saya belikan yang kecil bergambar. Mengapa?
  Agar jangan sampai ada kesan dibeda-bedakan, sebaliknya menanamkan
  rasa memiliki dan bangga serta mencintai Alkitab. Belajar mencintai
  "bukunya" dulu sebelum mencintai firman Tuhan. Saya sendiri begitu
  mencintai Alkitab, sehingga bertahun-tahun saya sekolah Alkitab.
  Saya senang mengoleksi Alkitab dari berbagai bahasa dan versi, juga
  dari berbagai bentuk. Dari yang besar sampai yang sekecil ibu jari,
  saya punya.

  Kami mendisiplin dengan menyadarkan bahwa doa dan membaca firman
  Tuhan bukan saja keharusan tetapi kebutuhan, seperti bernafas. Awal
  kami melakukan saat teduh ada perasaan terpaksa, akan tetapi
  lama-kelamaan menjadi terbiasa dan seterusnya sukacita. Bahkan,
  rasanya tiada damai atau ada sesuatu yang hilang kalau tidak
  melakukan saat teduh sehari saja. Mirip seperti memakai sepatu baru,
  awalnya tidak merasa enak, terpaksa, tapi lama-kelamaan biasa dan
  senang memakai sepatu yang baru itu.

  Ada peristiwa lucu. Pada suatu hari, waktu kami sedang menonton
  siaran "Dunia dalam Berita", tiba-tiba si Benny, yang saat itu masih
  3 tahun, maju ke pesawat televisi dan menekan tombol "off" sambil
  bergumam: "Lenungan ... lenungan ...." (maksudnya: renungan ...
  renungan). Terus terang waktu itu saya agak jengkel. Tapi dengan
  menahan rasa malu, saya tidak berani menghidupkan TV lagi,
  sebaliknya membenarkan sikap anak kami ini dengan mengambil Alkitab
  dan buku nyanyian. Hari itu kami memang belum melakukan ibadah
  keluarga. Betapa mengucap syukurnya kami selaku orang tua, telah
  berhasil mendisiplin anak-anak kami untuk ibadah keluarga, dan ini
  jauh lebih penting dari berita dunia yang saya bisa baca lewat koran
  atau tanya teman. Ya, ada waktunya kita belajar dari anak-anak,
  termasuk belajar soal doa dan iman.

  Biasanya dalam ibadah keluarga, kami membagikan pokok-pokok doa.
  Saya terharu pada waktu anak kami yang kedua, Geoffrey, dia meminta
  kami berdoa untuk Engkong Liem yang sakit pada bagian ibu jarinya.
  Saya sendiri kurang memerhatikan. Namun, pagi sebelumnya waktu saya
  mengajak Geoffrey main ke rumah Engkong Liem, memang jempolnya
  sedikit luka dan dibalut. Anak pertama kami, Chris, minta didoakan
  agar burung betetnya yang sudah hilang selama 2 hari bisa kembali
  beserta rantainya yang bagus. Anehnya, besoknya betet itu kembali
  masih lengkap dengan rantainya. Seandainya betet tidak kembali pun
  kami belajar bahwa doa selalu dijawab Allah walaupun tidak selalu
  dikabulkan. Saya, yang hamba Tuhan, diajar untuk tidak meremehkan
  iman dan doa anak-anak.

  Bagaimana Kami Memperlakukan Alkitab

  Kalau firman Tuhan diumpamakan sebagai senjata Allah atau pedang
  Roh, maka harus dipegang dengan kelima jari agar tidak mudah dicuri
  iblis. Kelima jari itu adalah: kelingking (yang sering kita gunakan
  untuk mengorek telinga, agar bisa mendengar dengan baik)
  melambangkan mendengar firman; jari telunjuk melambangkan membaca;
  jari tengah (biasanya untuk mencicip makanan) melambangkan
  mempelajari; jari manis bercincin (mengingatkan hubungan kita dengan
  kekasih) lambang merenungkan; dan jempol/ibu jari (yang sering kita
  gunakan untuk menekan tombol "start" pada kendaraan motor)
  melambangkan melakukan firman Tuhan. Dengan lambang kelima jari ini,
  kita senantiasa diingatkan bagaimana seharusnya kita memperlakukan
  Alkitab agar tidak bosan, sebaliknya tertarik dan mendapat
  "rhema" [5], yaitu: mendengarkan; membaca; mempelajari; merenungkan,
  dan melakukan.

  "Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku Firman dan bukan hanya
  pendengar saja sebab jika tidak demikian, kamu menipu diri
  sendiri." (Yakobus 1:22)

  Bagaimana Alkitab Memperlakukan Kami

  Pertama, Alkitab menyatukan keluarga kami dalam kebersamaan melalui
  mezbah keluarga. Yang penting bukan berapa seringnya, tetapi betapa
  baiknya. Kami memuji Tuhan bersama, berdoa bersama, dan berdiskusi
  bersama sekitar firman Tuhan. Tidak heran, Dr. Pitram Sorokin dari
  Universitas Havard menemukan melalui surveinya bahwa hanya satu
  pasang suami istri yang bercerai, dari 1015 pasang suami istri yang
  melakukan mezbah keluarga. Juga benar kata-kata hikmat ini:

  "Keluarga yang berdoa dan beraktivitas bersama akan selalu bersama
  selamanya." (Family who pray together and play together will stay
  together.)

  Kedua, Alkitab merupakan otoritas tertinggi dan objektif dalam
  menegur dan menasihati kami. Sering kali baik anak maupun orang tua,
  tidak mudah menerima nasihat dari orang lain; namun tidak demikian
  terhadap firman Tuhan yang berotoritas.

  Ketiga, Alkitab yang dibaca kapan saja dan di mana saja membuat
  masing-masing kita takut akan Tuhan, sepertinya Ia hadir dan
  mata-Nya selalu mengawasi kita. Inilah yang membuat kami mantap
  melepaskan anak-anak untuk bersekolah di mana pun. Saya jadi ingat,
  satu peristiwa waktu saya besoknya akan berangkat sekolah di luar
  kota; ayah memanggil saya, katanya: "Sini, saya doakan. Ingat kamu
  sudah dewasa dan mulai besok Papa Mama tidak mungkin lagi
  mengawasimu. Kamu akan bebas melakukan apa saja, dan mungkin bisa
  melupakan kami. Papa cuma pesan satu saja, kamu jangan lupa ke
  gereja." Ayah saya ternyata orang yang bijaksana, mana mungkin saya
  lupa papa dan mama kalau saya selalu ke gereja karena di gereja
  selalu dibacakan Alkitab, "Hai anak-anak, taatilah dan hormatilah
  orang tuamu di dalam Tuhan." Lihat, begitu ampuhnya Alkitab itu
  memperlakukan kami.

  Keempat, Alkitab memberi saya bekal dan memperlengkapi saya untuk
  menjadi hamba Tuhan. (2 Timotius 3:15-17)

  Alkitab memberi saya hikmat, menuntun saya, memberi manfaat/bahan
  untuk mengajar, untuk menyatakan/ menemukan kesalahan, memperbaiki
  kelakuan, mendidik dalam kebenaran, dan memperlengkapi saya sebagai
  hamba Tuhan untuk melakukan perbuatan dengan baik.

  Dahulu sebelum saya menikah dan berumah tangga sering merasa rendah
  diri. Dari mana saya yang kecil dan muda ini mendapat wibawa dan
  bahan yang benar untuk berkhotbah dan berceramah tentang keluarga
  dan berbagai masalah kehidupan? Alkitablah buku teks saya dan
  Alkitablah sebagai otoritas tertinggi untuk membongkar masalah,
  untuk mengoreksi, dan untuk mengajarkan kebenaran.

  Lagi-lagi Alkitab, lagi-lagi Alkitab, begitu tekunnya keluarga kami
  memperlakukan Alkitab, dan sebaliknya betapa hebatnya Alkitab
  memperlakukan kami. Benar-benar, Alkitab adalah "wasiat bagi
  keluarga". Saya tidak kecewa menjadi hamba Tuhan untuk memberitakan
  firman Tuhan seumur hidup saya.

  Sewaktu Michaelangelo -- pelukis dan pemahat terkenal Italia --
  menandatangani kontrak untuk melukis pada kubah gereja yang begitu
  tinggi, teman kerjanya dengan ragu bertanya, "Engkau jadi menerima
  pekerjaan ini? Kalau engkau dan aku terpeleset jatuh matilah kita!"
  Tetapi Michaelangelo menjawab, "Aku rela mati demi meninggalkan
  karya yang besar." Begitu hebatnya komitmen Michaelangelo ini;
  tetapi apa itu karya yang besar? Seorang filsuf terkenal abad XX,
  William James menjawab: "Karya yang besar adalah karya yang abadi."
  Tapi apa itu yang abadi? Lukisan bisa rusak dan dicuri atau
  dipalsukan orang.

  Maka Tuhan Yesus yang akhirnya menjawab:

  "Langit dan bumi akan lenyap, tetapi Firman-Ku yang tinggal tetap."
  (Lukas 16:17)

  Saya bersyukur dan bangga karena tidak salah memutuskan untuk
  menjadi hamba Tuhan yang memberitakan firman-Nya yang kekal dan
  abadi. Inilah karya yang BESAR. Amin!

  Catatan:

  [1] Tanda kepemilikan dan bayar pajak sepeda.
  [2] Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
  [3] Wasiat adalah peninggalan berharga dari nenek moyang, dan sering
      dikeramatkan.
  [4] Mungkin ayah Timotius belum Kristen.
  [5] Rhema yaitu firman Hidup yang aplikatif, subjektif, dan relevan.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Nama situs: Christanday Ministries
  Penulis: Andreas Christanday
  Alamat URL: http://christanday.com/142-alkitab-dan-keluargaku/

______________________________________________________________________

     Bergabunglah dalam Facebook BA: http://fb.sabda.org/binaanak
______________________________________________________________________
TIPS

  Sebelum membawa anak lebih mencintai firman Tuhan, tentu saja para
  pelayan anak harus memberi teladan terlebih dahulu. Salah satu cara
  untuk lebih mendalami firman Tuhan adalah dengan melihat
  cerita-cerita dalam Alkitab sebagai satu kesatuan. Simaklah,
  praktikkan, dan ajarkan pula kepada anak-anak layan kita.

            CERITA-CERITA DALAM ALKITAB SEBAGAI KESATUAN

  Ketika membaca Alkitab, hindari kecenderungan terlalu tenggelam
  dalam rincian. Baca cerita-cerita dalam Alkitab seperti membaca
  surat kabar atau surat yang ditulis pribadi untuk kita. Ambil pesan
  keseluruhannya.

  GAMBAR BESAR

  Bacalah 5 atau 6 ayat, kemudian berhenti. Tanyakan pada diri kita
  sendiri. Apa maksud dari cerita ini? Apa cerita yang dikisahkan?
  Bisakah saya menceritakan kembali apa yang baru saya baca? Kalau
  tidak ... baca ulang bagian itu ... baca ulang dengan bersuara ...
  santai! Banyak orang begitu tegang ketika membaca Alkitab sampai
  menutup kemampuannya untuk mengerti. Mereka bekerja terlalu keras,
  berusaha mendapat arti setiap kata sebelum mengerti keseluruhan
  cerita itu.

  Beberapa cerita terbaik untuk dibaca keseluruhannya ada dalam
  Perjanjian Lama. Ini adalah cerita-cerita yang banyak diingat orang
  dari masa kanak-kanak.

  - Adam dan Hawa di Taman Eden. (Kejadian 2 -- 4)
  - Nuh dan bahteranya. (Kejadian 6 -- 9)
  - Yusuf dan jubah aneka warna. (Kejadian 37 -- 48)
  - Bayi Musa diselamatkan. (Keluaran 1:15 -- 2:10)
  - Musa dan semak menyala. (Keluaran 3)
  - Musa menyeberangi Laut Merah. (Keluaran 13 -- 14)
  - Yosua dan pertempuran Yerikho. (Yosua 6)
  - Gideon mengalahkan pasukan Midian. (Hakim-hakim 6 -- 7)
  - Daud mengalahkan Goliat. (1 Samuel 17)
  - Elia dan janda Sarfat. (1 Raja-Raja 17)
  - Elia mengalahkan nabi-nabi Baal. (1 Raja-Raja 18)
  - Mukjizat-mukjizat Elisa. (2 Raja-Raja 3 -- 8:6)
  - Sadrakh, Mesakh, dan Abednego, dan tungku menyala-nyala
    Nebukadnezar. (Daniel 3)
  - Daniel dan gua singa. (Daniel 6)
  - Yunus dan ikan raksasa. (Yunus 1 -- 3)

  EFEK DRAMATIS

  Setiap kisah mengandung drama seperti film tegang terbaru! Bahkan,
  saat Anda mulai membaca, mungkin Anda tidak ingin berhenti ketika
  ceritanya habis. Hal yang sama berlaku juga untuk Kisah Para Rasul.
  Kitab ini tentang iman yang dijalankan oleh orang-orang Kristen
  mula-mula yang seperti drama kehidupan nyata.

  Alkitab memunyai sesuatu untuk tiap pembaca -- kisah cinta, kisah
  perang, misteri, intrik politik, kemegahan, dan keadaan sehari-hari,
  aneka jenis konflik keluarga, perjuangan hidup mati, dan
  mukjizat-mukjizat menakjubkan.

  Diambil dan disunting seperlunya dari dari:
  Judul buku: 52 Cara Sederhana Mengenal Alkitab Lebih Baik
  Judul asli buku: 52 Ways to Know Your Bible Better
  Penulis: Robert J. Crown
  Penerjemah: Esther S. Mandjani
  Penerbit: Interaksara, Batam Centre
  Halaman: 69 -- 71

______________________________________________________________________
MUTIARA GURU

             Firman Tuhan berkusa mengubah hidup anak-anak
                      yang paling kecil sekalipun.
______________________________________________________________________
AKTIVITAS

                  PERMAINAN MEMASANG CERITA ALKITAB

  Prakarya ini dapat membantu kelompok untuk mengingat kembali cerita
  yang sudah dipelajari beberapa bulan sebelumnya.

  Bahan yang dibutuhkan:

  1. Siapkan 4 buah karton dengan ukuran 6 cm x 6 cm (semua karton
     yang dipegang anak-anak harus berukuran sama. Sebagai
     alternatifnya, Anda bisa memberikan 4 buah kartu remi bekas
     yang angkanya sudah ditutupi dengan kertas.)

  2. Sebuah Alkitab.

  3. Sebuah spidol.

  Persiapan:

  Setiap anak diminta mengingat kembali cerita Alkitab yang telah
  dipelajari selama beberapa bulan sebelumnya. Permainan ini lebih
  menarik jika mereka tidak mengetahui jenis cerita yang dipilih
  anak-anak lain. Karena itulah, Anda perlu melihat-lihat pekerjaan
  mereka supaya tidak ada cerita yang sama. Pada dua kartu pertama,
  ajaklah mereka menuliskan rujukan Alkitab dari cerita itu.
  Perintahkan mereka membuka Alkitab untuk memastikan bahwa ayat yang
  mereka tulis sudah benar. Ajaklah mereka untuk menggambarkan dua
  kejadian yang mewakili cerita itu pada dua karton yang lain (Anda
  harus memastikan bahwa gambar itu bisa dikenali oleh anak-anak yang
  lain.)

  Cara bermain:

  Telungkupkan semua kartu di atas meja, lalu acak. Pemain pertama
  mengambil dua kartu. Kedua kartu tersebut dianggap sepasang jika
  (1) keduanya memiliki gambar dalam satu jenis cerita, atau (2) jika
  satu kartu adalah gambar dan kartu yang lain bertuliskan ayat
  rujukan Alkitab yang cocok, atau (3) jika kedua kartu bertuliskan
  ayat dengan cerita yang sama. Untuk memenangkan permainan ini,
  mereka harus bisa menjelaskan isi cerita.

  Jika mereka tidak memiliki sepasang kartu atau tidak bisa
  menjelaskan cerita pada kartu itu, maka mereka harus mengembalikan
  kartu tersebut. Setelah itu, giliran pemain selanjutnya. Pemenangnya
  adalah anak-anak yang mengumpulkan kartu terbanyak.

  Untuk anak-anak yang lebih kecil, buatlah permainan yang lebih
  sederhana dengan tidak memakai ayat Alkitab atau dengan
  menuliskannya di bawah gambar.

  Diambil dan disunting seperlunya dari dari:
  Judul buku: 100 Ide Kreatif Mengajarkan Alkitab kepada Anak-Anak
  Judul buku asli: 100 Simple Bible Craft Ideas for Children
  Penulis: Sue Price
  Penerjemah: Purnawan Kristanto
  Penerbit: ANDI, Yogyakarta 2008
  Halaman: 111 -- 112
______________________________________________________________________

     Bergabunglah dalam Facebook BA: http://fb.sabda.org/binaanak
______________________________________________________________________
Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Alamat berlangganan: < subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org >
Alamat berhenti: < unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org >
Pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org >
Arsip e-BinaAnak: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://pepak.sabda.org/

Kunjungi Blog SABDA di: http://blog.sabda.org/

Bergabunglah dalam forum diskusi pelayanan anak di In-Christ.Net di:
http://www.in-christ.net/forum/?board=8.0

Bergabunglah dalam Fan Page e-BinaAnak: http://fb.sabda.org/binaanak
______________________________________________________________________
Pemimpin Redaksi: Davida Welni Dana
Staf Redaksi: Tatik Wahyuningsih

Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) e-BinaAnak 2010 / YLSA -- http://www.ylsa.org/
Katalog SABDA: http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati

______________PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU_______________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org