Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/68

e-BinaAnak edisi 68 (20-3-2002)

Paskah - Menggunakan Metode Alat Peraga

    ><>  Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak  <><


Daftar Isi:                                       Edisi 068/Maret/2002
----------
    o/ SALAM DARI REDAKSI
    o/ ARTIKEL             : Mengajar dengan Menggunakan Alat Peraga
    o/ BAHAN MENGAJAR (1)  : Mengajar Anak tentang Kematian
    o/ BAHAN MENGAJAR (2)  : Simulasi Balon-balon Dosa dan Yesus
    o/ BAHAN MENGAJAR (3)  : Kejatuhan Manusia dalam Dosa
    o/ PERMAINAN           : Manakah Anak Tuhan yang Asli?
    o/ STOP PRESS          : Arsip e-BinaAnak Dapat Diakses Kembali
    o/ DARI ANDA UNTUK ANDA: Ingin Kiriman Edisi e-BinaAnak yang Lama

**********************************************************************
  Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi:
     <submit-BinaAnak@sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak@xc.org>
**********************************************************************
o/ SALAM DARI REDAKSI

  Salam sejahtera

  Untuk sajian PASKAH (3), kami telah menyiapkan beberapa bahan
  mengajar menarik, dengan menggunakan metode alat peraga, yang dapat
  dipakai guru SM untuk mengajarkan beberapa konsep yang berhubungan
  erat dengan PASKAH, yaitu: kematian dan dosa. Gunakanlah kesempatan
  PASKAH ini untuk sekali lagi menanamkan benih kebenaran Firman Tuhan
  yang paling indah, yaitu tentang dosa dan kematian yang telah
  dikalahkan oleh Tuhan Yesus ketika Ia ada di atas kayu salib.

  Untuk melengkapinya kami juga telah menyediakan artikel tentang
  "Alat Peraga" dengan harapan agar guru-guru SM dapat belajar lebih
  banyak tentang manfaat menggunakan alat peraga.

  Demikianlah sajian kami minggu ini, dan kami ucapkan selamat
  mengajar.

  Tim Redaksi

   "Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh kasih-Nya yang besar,
  yang dilimpahkan-Nya kepada kita, telah MENGHIDUPKAN kita bersama-
    sama dengan Kristus, sekalipun kita telah MATI oleh kesalahan-
        kesalahan kita -- oleh kasih karunia kamu diselamatkan."
                                               (Efesus 2:4-5)
             < http://www.sabda.org/sabdaweb/?p=Efesus+2:4-5 >


**********************************************************************
o/ ARTIKEL

                MENGAJAR DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA
                =======================================

  MENGAPA MENGAJAR DENGAN ALAT PERAGA?

  Media mengajar yang paling dikenal di pelayanan anak sering disebut
  dengan istilah singkat, alat peraga. Media alat peraga dan benda
  sering disebut sebagai alat modern, karena kesadaran mengenai
  pentingnya memakai media mengajar dalam pelayanan anak masih baru.
  Melalui pemakaian alat peraga dan peraga benda, imajinasi anak
  dirangsang, perasaannya disentuh dan kesan yang dalam diperoleh.
  Melaluinya anak belajar dengan semangat dan dapat mengingat dengan
  baik.

  Dalam mengajar, panca indera dan seluruh kesanggupan seorang anak
  perlu dirangsang, digunakan dan dilibatkan, sehingga ia tak hanya
  mengetahui, melainkan dapat memakai dan melakukan apa yang
  dipelajari. Panca indera yang paling umum dipakai dalam mengajar
  adalah mendengar. Melalui mendengar, anak mengikuti peristiwa demi
  peristiwa dan ikut merasakan apa yang disampaikan. Seolah-olah
  telinga mendapat mata. Anak melihat sesuatu dari apa yang
  diceritakan. Namun ilmu pendidikan berpendapat, bahwa hanya 20% dari
  apa yang didengar dapat diingat kemudian hari. Kesan yang lebih
  dalam dapat dihasilkan jikalau apa yang  diceritakan "dilihat"
  melalui sebuah gambar. Dengan demikian melalui mendegar dan melihat
  akan diperoleh kesan yang jauh lebih dalam. Media mengajar (alat
  peraga dan peraga benda) seperti: gambar, peta, papan tulis, boks
  pasir, dll. dapat menolong anak untuk mengingat dengan lebih baik,
  yaitu mampu mengingat 50% dari apa yang didengar dan dilihatnya.
  Dari uraian di atas kita dapat mengetahui bahwa alat peraga penting
  untuk menimbulkan perhatian, memberi pengertian yang lebih mudah,
  memelihara perhatian, dan membantu ingatan.

  KESEIMBANGAN DALAM MEMAKAI ALAT PERAGA

  Pemakaian alat peraga merangsang imajinasi anak dan memberikan
  kesan yang dalam! Meskipun begitu, alat peraga dan peraga benda
  perlu dipakai secara seimbang. Misalnya, pada satu pelajaran ayat
  hafalan diajar dengan menggunakan alat peraga. Pada kesempatan lain
  permulaan cerita mendapat perhatian yang khusus, dan pada pelajaran
  lainnya lagi, seluruh cerita diperagakan. Melalui cara ini setiap
  hari Minggu anak memperoleh "sesuatu yang khusus". Hal ini membangun
  rasa ingin tahu anak dari minggu ke minggu.

  Dalam memilih alat peraga, guru perlu waspada, sehingga tidak
  memakai:
    - Media mengajar yang terlalu kecil, sehingga anak sulit melihat,
      dan menjadi ribut.
    - Gambar yang terlalu asing pada perasaan anak, umpamanya gambar
      tertentu dari luar negeri yang kurang cocok di Indonesia.
      Perasaan aneh atau lucu tidak menguntungkan dalam proses belajar
      mengajar ini.
  Karena itu guru sebaiknya memakai alat peraga yang tepat dan bermutu
  sebagai alat bantu mengajar.

  JENIS-JENIS ALAT PERAGA DAN CARA MEMAKAINYA

  Berikut ini akan kami uraikan beberapa contoh jenis-jenis alat
  peraga yang dapat digunakan GSM dalam mengajar.

  1. Gambar
     ------
     Gambar adalah suatu bentuk alat peraga yang nampaknya paling
     dikenal dan paling sering dipakai, karena gambar disenangi oleh
     anak berbagai umur, diperoleh dalam keadaan siap pakai, dan tidak
     menyita waktu persiapan. Sebelum digunakan, harus diketahui dulu
     cara pemakaiannya. Jika akan digunakan untuk mengulangi cerita
     minggu lalu, gambar harus dipasang sebelum anak datang. Bila
     gambar akan digunakan pada saat guru bercerita, tempelkan gambar
     pada saat peristiwa yang dilukis dalam gambar disampaikan. Kalau
     gambar digunakan untuk memperdalam cerita, pasanglah di dinding
     sesudah bercerita.

  2. Peta
     ----
     Murid-murid harus tahu dengan baik tentang ilmu bumi dan sejarah
     Alkitab. Peta bisa menolong mereka mempelajari bentuk dan letak
     negara-negara dan kota-kota yang disebut di Alkitab. Satu hal
     yang harus diperhatikan, penggunaan peta sebagai alat peraga
     hanya cocok bagi Anak Besar/Kelas Besar. Cara pemakaiannya adalah
     peta dipasang pada dinding sebelum anak masuk ke kelas sehingga
     guru dengan bebas dapat menunjukkan tempat yang disebut pada
     waktu menyampaikan cerita. Paling sedikit empat peta yang
     dibutuhkan oleh GSM, yaitu:
       - Mesopotamia dan Kanaan pada masa Abraham.
       - Pembagian tanah Kanaan pada keduabelas suku.
       - Palestina pada masa Tuhan Yesus.
       - Asia Kecil dan Eropa pada masa pelayanan Paulus.

  3. Papan Tulis
     -----------
     Peranan papan tulis tidak kalah pentingnya sebagai sarana
     mengajar. Papan tulis dapat diterima di mana-mana sebagai alat
     peraga yang sangat efektif. Tidak perlu menjadi seorang seniman
     untuk memakai papan tulis. Kalimat yang pendek, beberapa gambaran
     orang yang sederhana sekali, sebuah lingkaran, atau empat persegi
     panjang dapat menggambarkan orang, kota atau kejadian. Yang perlu
     diperhatikan dalam memakai papan tulis adalah hindarkan detil
     yang terlalu banyak, jangan menghalangi pemandangan, bicaralah
     sambil menulis tapi jangan berbicara kepada papan tulis, dan
     pakailah bagan atau grafik bilamana mungkin.

  4. Boks Pasir
     ----------
     Anak Kelas Kecil dan Kelas Tengah sangat menggemari peragaan yang
     menggunakan boks pasir. Boks pasir dapat dipakai untuk
     menciptakan "peta" bagi mereka khususnya bagi Kelas Tengah karena
     pada umur tersebut mereka sudah mengetahui jarak dari desa ke
     desa. Melalui boks pasir dapat dibentuk gunung dan lembah danau
     (memakai kaca), sungai yang mengalir (dari kain atau kertas
     biru), orang-orangan (dibuat dari kertas manila), pohon dan
     tumbuhan (gunakan daun, tumbuhan kecil).

  Mengajar dengan memakai alat peraga lebih banyak menuntut guru.
  Banyak waktu yang diperlukan untuk persiapan, juga perlu kesediaan
  berkorban secara materiil. Tetapi dengan memakai alat peraga secara
  tepat, guru akan menanamkan kesan yang jauh lebih dalam, yang
  mungkin akan mempengaruhi seluruh kehidupan dari anak yang diajar.

  Bahan diringkas dari:
  1. Judul Buku: Pedoman Pelayanan Anak
     Pengarang : Ruth Laufer
     Penerbit  : Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia, Malang
     Halaman   : 134 - 150

  2. Judul Buku: Penuntun Sekolah Minggu
     Penerjemah: P.S Naipospos
     Penerbit  : Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF , Jakarta, 1988
     Halaman   : 69 - 88

  3. Judul Buku: Teknik Mengajar
     Pengarang : Clarence H. Benson
     Penerbit  : Gandum Mas, Malang, 1986
     Halaman   : 44 - 48


**********************************************************************
o/ BAHAN MENGAJAR DENGAN ALAT PERAGA (1)

  [[Redaksi: Inti kisah PASKAH adalah tentang kemenangan Kristus atas
  kematian yang Ia nyatakan di atas kayu salib. Tapi mengajarkan
  tentang "kematian" bukanlah hal yang mudah, karena anak-anak pada
  umumnya masih memiliki konsep yang kabur tentang kematian. Lalu
  bagaimana mengajarkan hal ini kepada anak-anak kecil? Berikut ini
  kami sajikan contoh bahan mengajar dengan menggunakan metode alat
  peraga yang dapat dipakai untuk mengajarkan tentang kematian.]]

                    MENGAJAR ANAK TENTANG KEMATIAN
                    ==============================

  Sebenarnya ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengajar
  anak kecil tentang arti PASKAH. Konsep kematian yang masih kabur
  bagi mereka dapat kita jelaskan dengan menggunakan cerita, ilustrasi
  atau peragaan. Selain itu penting juga diusahakan untuk memakai
  bahasa verbal maupun isyarat sederhana yang dapat dimengerti oleh
  anak-anak.

  Pertama, diperlukan waktu kira-kira satu atau dua minggu sebelum
  PASKAH untuk membuat alat peraganya. Tujuan alat peraga ini adalah
  memberi pengalaman kepada anak-anak tentang dua bagian hidup yang
  penting yaitu: kehidupan dan kematian. Caranya adalah dengan
  memperlihatkan daur hidup tanaman. Biarkan anak mengamati benih yang
  sedang tumbuh (bisa memakai benih kacang hijau yang disemai) selama
  beberapa hari sampai benih itu memperlihatkan tunas daun. Ini untuk
  menunjukkan kepada anak tentang kehidupan. Sesuatu yang hidup pasti
  bertumbuh menjadi lebih besar.

  Tentang kematian bisa ditunjukkan dengan alat peraga lain, misalnya
  bunga yang sudah layu dan mati. Atau dengan mendiskusikan tentang
  binatang peliharaan yang pernah mereka miliki tapi sekarang sudah
  tidak ada karena sudah mati. Hal ini sangat bermanfaat karena akan
  menuntun anak pada pengertian tentang kematian jasmani.

  Sama seperti bagian kehidupan lainnya, anak biasanya belajar dari
  sikap orang dewasa. Jika orangtua mendiskusikan tentang kematian
  dengan perasaan takut dan cemas maka hal ini akan membangkitkan
  perasaan yang sama dalam diri anak. Tapi jika orangtua berbicara
  tentang kematian dengan tenang kepada anak-anak, dan berani menjawab
  pertanyaan dengan jujur, maka anak juga akan dapat menerimanya
  sebagai proses yang wajar.

  Percakapan tentang perpisahan dapat menolong anak mengerti, tapi
  kalau disampaikan dengan cara yang tidak benar, maka dapat
  mengakibatkan anak menjadi takut akan kepedihan yang biasanya
  menyelubungi kematian. Semua anak pernah mengalami kepedihan akibat
  perpisahan sementara dengan orangtuanya. Dengan demikian mareka
  dapat mulai memahami mengapa orang seringkali sedih ketika seseorang
  meninggal dunia.

  Ketika berbicara tentang reaksi murid-murid Tuhan Yesus saat Dia
  disalibkan, guru dapat menjelaskan kepada mereka, "Murid-murid Yesus
  amat sedih ketika Yesus mati karena mereka mengira tidak akan pernah
  melihat-Nya lagi. Beberapa di antara mereka bahkan menangis, karena
  mereka amat mengasihi-Nya. Dapatkah kamu membayangkan betapa
  bahagianya mereka ketika mendapati Yesus tidak mati lagi! Mereka
  pasti gembira, saling berpelukan, dan memberitahu semua murid yang
  lain bahwa Yesus tidak mati. Dia hidup! Yesus hidup!"

  Selama PASKAH, fakta sederhana mengenai kisah penyaliban dapat
  diceritakan, namun hindarilah aspek-aspek yang mengerikan. Anak
  kecil seringkali sangat emosional jika mendengar penuturan detail
  tentang cara bagaimana Yesus mati. Sebaliknya tekankanlah sukacita
  yang kita rasakan karena Yesus hidup.

  Anda dapat menyarankan agar anak menggambar atau mewarnai sebuah
  gambar setelah mendengar kisah kebangkitan Yesus. Pengalaman seni
  ini dapat menjadi sarana untuk memahami apa yang penting dari sudut
  pandang anak dalam mengetahui kisah itu. Setelah selesai, bicarakan
  dengan anak tentang karya seni yang telah dibuatnya. Dengan cara ini
  kita dapat mengetahui jika anak memiliki perasaan yang negatif dan
  menakutkan terhadap kisah tersebut atau tentang kematian.

  Setelah mendengar cerita kebangkitan, seorang anak mungkin bertanya,
  "Di mana Yesus sekarang?"

  "Yesus bersama kita" merupakan jawaban yang menolong. Jika anak itu
  kemudian bertanya bagaimana hal itu bisa terjadi, jelaskan, "Yesus
  adalah anak Allah. Dia berjanji untuk selalu bersama dengan mereka
  yang mengasihi-Nya."

  "Yesus berada di surga" merupakan jawaban lain yang mudah diterima
  anak. Meskipun demikian, reaksi atas informasi ini tergantung pada
  konsep anak tentang surga dan Allah. Jika anak memahami surga
  sebagai tempat yang menyenangkan di mana Allah dan Yesus tinggal,
  dan di sana tak ada rasa sakit dan kesedihan, perasaan anak itu akan
  cenderung positif.

  Jika anak itu bingung, bisa saja muncul pertanyaan bagaimana Yesus
  dapat berada di surga dan bersama kita pada saat bersamaan, atau
  bagaimana Dia dapat bersama-sama dengan banyak orang di berbagai
  tempat yang berbeda, katakan, "Saya tidak tahu bagaimana Yesus dapat
  melakukan hal itu. Tapi karena Dia Anak Allah, Dia dapat melakukan
  hal-hal yang tidak dapat kita lakukan. Ini menunjukkan betapa
  menakjubkannya Dia."

  Bahan ini diambil dan diedit dari:
  Judul Buku: Mengenalkan Allah kepada Anak
  Pengarang : Wes Haystead
  Penerbit  : Yayasan Gloria, Yogyakarta, 1998
  Halaman   : 129 - 131


**********************************************************************
o/ BAHAN MENGAJAR DENGAN ALAT PERAGA (2)

  [[Redaksi: Dosa dan penebusannya harus diajarkan kepada anak sejak
  masih dini. Banyak cara yang dapat digunakan untuk mengajar anak
  tentang: dosa, berdosa dan penebusan. Berikut ini satu metode dengan
  menggunakan alat peraga yang dapat dipakai GSM untuk mengajar anak
  mengenai dosa.]]

                  SIMULASI BALON-BALON DOSA DAN YESUS
                  ===================================

  Tujuan:
  -------
  Anak memahami dosa sebagai sikap manusia yang memberontak kepada
  Allah. Sikap yang tidak mau tunduk kepada Allah dan tidak mau
  berkelakuan dengan cara hidup yang Allah inginkan adalah sikap
  hidup yang tidak baik. Akibat dari dosa adalah manusia terikat dan
  terbeban dengan berbagai derita, dan upah dosa adalah maut. Yesus
  menebus dosa manusia dengan menanggungnya di atas kayu salib, dan Ia
  mau menerima dan mengampuni orang yang berdosa sebagai anak-anak-
  Nya.

  Penerapan:
  ----------
  1. Guru menyiapkan banyak balon yang sudah ditiup. Guru juga
     menuliskan segala macam bentuk perbuatan yang tidak baik,
     misalnya: menipu, mencuri, omong kotor, menyontek, dan sebagaiya.
     Contoh boleh sebanyak mungkin (sejumlah balon yang tersedia), dan
     masing-masing tulisan itu ditulis atau ditempelkan pada balon-
     balon tersebut, masing-masing balon cukup satu kata.

  2. Mintalah seorang anak untuk maju ke depan kelas, namakan ia si
     "Suci" (beri tulisan besar "si Suci" di dadanya). Buatlah cerita
     sederhana tentang si Suci yang melakukan hal-hal yang berdosa,
     misalnya: "Si Suci melihat ada dompet milik temannya, karena
     tergiur ia kemudian mencuri dompet itu".

  3. Lalu guru menanggalkan tulisan "si Suci" diganti "Orang Berdosa".
     Sambil meminta anak itu mengangkat balon yang bertuliskan
     "mencuri", mintalah anak itu bergaya seolah-olah balon yang
     diangkatnya itu sangat berat. Tanyakan kepadanya bagaimana
     perasaan seorang pencuri? Takut kalau tertangkap, perasaan itu
     menghantuinya setiap hari, sehingga ia merasa hidupnya sangat
     gelisah. Teruskan cerita seperti itu, dengan memberi contoh
     konkret soal dosa: berbohong, menolak Allah (misalnya tidak
     percaya Allah, tidak mau berdoa), memukul orang lain yang tidak
     bersalah, dan sebagainya. Sekarang si pemeran "orang berdosa"
     semakin berat bebannya sehingga ia jatuh, karena tidak kuat lagi.
     Jelaskan, inilah akibat dosa, membuat manusia susah sendiri,
     hidup tidak senang, dulu ketika ia "suci" ia tidak berbeban
     berat, hidupnya ringan.

  4. Kemudian mintalah satu anak lain lagi berperan sebagai Yesus,
     beri tulisan di dada anak tersebut "Juruselamat" atau "Penebus
     dosa". Si pemeran Yesus kasihan melihat anak yang membawa beban
     dosa, dan "Yesus" mengangkat beban-beban itu, sehingga sekarang
     dosa itu dipikul Yesus, dan si pemeran Yesus meletuskan balon-
     balon tersebut (dengan alat peletus balon). Setelah itu, Yesus
     mengganti tulisan "Orang Berdosa" dengan "Anak Tuhan!" Dan
     pemeran Yesus menggandeng tangan orang tersebut berjalan-jalan
     di sekeliling kelas.

  Simulasi di atas mengajak anak memahami bahwa berbuat dosa telah
  mengakibatkan hidup kita celaka, menderita, dan dihantui rasa
  bersalah. Yesus datang mengampuni dosa kita, karena Ia telah
  mengalahkan dosa, dan Ia juga menuntun anak-anak yang mau percaya
  kepada-Nya.

  Bahan ini diedit dari sumber:
  Judul Buku: Teknik Kreatif dan Terpadu dalam Mengajar Sekolah Minggu
  Pengarang : Paulus Lie
  Penerbit  : Yayasan Andi, Yogyakarta, 1999
  Halaman   : 113 - 114


**********************************************************************
o/ BAHAN MENGAJAR DENGAN ALAT PERAGA (3)

  [[Redaksi: GSM terkadang bingung bagaimana mengajar ASM mengenai
  dosa secara lebih terperinci. Alat peraga dapat membantu guru untuk
  menjelaskan lebih dalam mengenai kejatuhan dosa manusia. Anak
  biasanya akan lebih memperhatikan pengajaran guru yang menggunakan
  alat peraga daripada guru yang hanya sekedar berkata-kata saja.
  Berikut ini satu contoh cara mengajarkan mengenai dosa dengan
  menggunakan alat peraga yang sederhana.]]

                    KEJATUHAN MANUSIA KE DALAM DOSA
                    ===============================

  Objek:
  ------
  Dua telur dan dua gelas.

  Konsep:
  -------
  Kejatuhan manusia ke dalam dosa menghancurkan gambaran Allah di
  dalam manusia tersebut, tetapi meskipun demikian gambaran Allah yang
  sudah rusak itu masih tetap ada.

  Teks:
  -----
  "Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan
  manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru
  yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang
  benar menurut gambar Khaliknya;" (Kolose 3:9-10)

  Pelaksanaan:
  ------------
  Apakah ketika sarapan kalian pernah memakan sebuah telur ayam?

  (Angkat telur yang ada di tangan anda.)

  Banyak orang menggunakan telur untuk sarapan pagi mereka. Ada yang
  dibuat telur rebus, ada yang telur mata sapi, ada yang telur dadar.
  Tetapi sebelum kamu dapat memakannya kamu perlu memecahkan telur itu
  terlebih dahulu.

  (Angkat gelas di tangan yang lain dan tunjukkan keduanya yaitu telur
  dan gelas kepada pendengar.)

  Sekarang jika saya mengambil telur dan menjatuhkannya ke dalam
  gelas, itu akan kelihatan berbeda. Bukankah begitu? Selain tidak
  mudah untuk dipegang lagi, telur yang sudah pecah itu tidak akan
  mendapatkan kulit telur yang mulus seperti semula, melainkan sudah
  tercampur aduk.

  (Jatuhkan telur dari tempat yang tingginya kira-kira 1.5 meter dan
  lihat hasilnya.)

  Telur itu kadang-kadang sama seperti kita, anak-anak. Tahukah kamu
  pada waktu Allah menjadikan Adam dan Hawa, Ia membuatnya bagus,
  sempurna, dan segambar dengan Allah. Allah membuat manusia seperti
  diri-Nya -- untuk mengasihi, dan mengerjakan yang baik dan benar.

  Kemudian dosa datang. Adam, bapak dari semua manusia, jatuh dalam
  dosa karena tidak menaati Allah. Manusia sama dengan telur yang
  jatuh ke dalam gelas tadi. Dan semua anak Adam, cucu Adam serta
  semua keturunan Adam yang hidup sampai saat ini (termasuk kalian dan
  saya) adalah orang berdosa. Kehidupan manusia semuanya menjadi kacau
  balau. Gambaran Allah yang sempurna di dalam kita telah hancur, sama
  seperti telur yang pecah di dalam gelas itu.

  Tetapi ketika kamu melihat ke dalam gelas saya (perhatikan hal itu
  kepada pendengar) kamu tetap dapat melihat bahwa saya mempunyai
  sebuah telur di sini. Tapi telur itu telah kacau balau, tetapi dia
  tetap sebutir telur. Demikian juga manusia tetap ciptaan Allah,
  meskipun dia telah jatuh di dalam dosa.

  Karena Allah mengasihi kita, maka Allah mengirimkan Anak-Nya, Tuhan
  Yesus, untuk menyelamatkan kita. Dia memberikan kepada kita hati
  yang baru sehingga kita dapat mengasihi Allah. Dibutuhkan mujizat
  untuk menyatukan kembali telur yang sudah pecah itu, bukankah
  begitu? Dibutuhkan mujizat untuk menyempurnakan kembali kehidupan
  yang sudah hancur. Mujizat itu hanya bisa didapatkan di dalam "Kasih
  Yesus". (Guru menunjukkan telur yang masih utuh dalam gelas yang
  lain.)

  Bahan ini diedit dari sumber:
  Judul Buku: Buku Pintar Sekolah Minggu, jilid 2
  Penerbit  : Yayasan Penerbit Gandum Mas, Malang, 1996
  Halaman   : 193 - 194


**********************************************************************
o/ PERMAINAN

                     MANAKAH ANAK TUHAN YANG ASLI?
                     =============================

  Persiapan:
  ----------
  1. Pilihlah satu lagu yang mengisahkan tentang "anak Tuhan"
     (misalnya lagu: Anak Tuhan Jadilah Terang), atau lagu yang
     mengisahkan tentang "salib" (misalnya lagu: Yesus Disalibkan
     Karena Cinta-Nya). Kemudian ajaklah semua anak menyanyikan lagu
     tersebut pada awal acara.

  2. Siapkan juga dua buah salib kecil.

  Pelaksanaan:
  ------------
  1. Bentuklah 2 buah kelompok (kita sebut kelompok A dan kelompok B),
     berikanlah satu salib pada masing-masing kelompok. Setiap
     kelompok harus menentukan siapakah dari anggotanya yang akan
     membawa salib tersebut, tetapi haruslah dirahasiakan dari
     kelompok lawannya. Anak yang memegang kalung salib ini berperan
     sebagai anak Tuhan yang asli. Untuk merahasiakan siapa yang
     memegang salib tersebut, tiap kelompok dapat meminta anggotanya
     meletakkan kedua tangan mereka ke belakang punggung mereka
     sehingga kelompok lawan sulit menebak siapa yang memegang salib
     tersebut.

  2. Kesempatan pertama kita berikan kepada kelompok A untuk menebak
     siapakah dari anggota kelompok B yang memegang salib itu? Setelah
     A menebak, giliran B harus menebak siapa dari anggota kelompok A
     yang memegang salib. jadi kedua kelompok harus terampil
     menyembunyikan rahasia.

  3. Ajaklah semua anak menyanyikan lagu tersebut satu kali. Lalu di
     akhir pujian, kedua kelompok harus mempersiapkan salah satu
     anggotanya untuk memegang salib, dan permainan pun mulai
     berjalan. Mintalah kedua kelompok menyatakan tebakannya, catat
     regu yang berhasil menebak, kemudian ulangi permainan dengan
     menyanyikan lagi lagu ini. Regu manakah yang menang, regu A atau
     regu B?

  4. Jelaskan kepada anak, kita wajib mempunyai Yesus dalam hati kita.
     Kalau di dalam hidup kita tidak ada Yesus, kita bukanlah anak
     Tuhan yang asli. Agar kita memiliki Yesus kita harus menjadi
     murid-Nya, taat kepada-Nya, serta senantiasa berdoa pada-Nya.

  Sumber:
  Judul Buku: Teknik Kreatif dan Terpadu dalam Mengajar Sekolah Minggu
  Pengarang : Paulus Lie
  Penerbit  : Yayasan Andi, Yogyakarta, 1999
  Halaman   : 26 - 27

**********************************************************************
o/ STOP PRESS

  ARSIP e-BINAANAK DAPAT DIAKSES KEMBALI
  ======================================

  Sekarang anda dapat mengakses daftar arsip e-BinaAnak yang telah
  terbit di Sistem Arsip dan Publikasi Elektronik SABDA.org melalui
  alamat URL berikut ini:
==>  http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/arsip/

  atau anda dapat langsung melihat/membaca edisi-edisi e-BinaAnak yang
  diinginkan melalui alamat URL seperti ini:
==>  http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/     /
     [    = nomor edisi e-BinaAnak yang anda inginkan; mis. /001/ ]]

  Beberapa waktu yang lalu terjadi kesalahan teknis sehingga semua
  link dalam arsip tersebut tidak dapat diakses langsung dengan benar.
  Maaf. Baru saat ini kesalahan teknis tersebut telah diperbaiki!


**********************************************************************
o/ DARI ANDA UNTUK ANDA

  Dari: stone obet <berthutabarat@>
  >Salam dalam kasih Kristus.
  >Terima kasih atas artikel-artikelnya dalam pengembangan sekolah
  >minggu kita. Saya mengajar SM di GKI Bajem Ujungberung Bandung.
  >Tapi untuk edisi-edisi berikut ini ( 61, 53, 52, 38 sampai 49 )
  >saya tidak bisa mendapatkannya karena kesalahan teknis. Apakah
  >saya bisa mendapatkan kembali edisi-edisi tersebut di atas? Saya
  >mengharapkan agar tim redaktur dapat memenuhi kebutuhan kami ini.
  >Tuhan memberkati pelayanan kita bersama.
  >Robertson.

  Redaksi:
  Surat dari Saudara Robertson di atas merupakan salah satu contoh
  dari beberapa surat senada yang menanyakan tentang bagaimana
  mendapatkan arsip publikasi e-BinaAnak yang telah terbit. Terima
  kasih untuk semua surat yang telah kami terima tersebut. Kami mohon
  maaf kalau baru mengetahui/memperbaiki masalah teknis di SABDA.org
  [lihat Kolom Stop Pres di atas]. Jawaban kami ini adalah jawaban
  untuk semua surat yang menanyakan tentang arsip e-BinaAnak.

  Kami tidak selalu bisa memenuhi permintaan setiap surat yang meminta
  kami untuk mengirimkan edisi-edisi e-BinaAnak yang telah terbit via
  e-mail, apalagi jika yang diinginkan lebih dari satu edisi (karena
  batasan bandwith). Namun anda bisa mengambil sendiri arsip yang anda
  kehendaki dengan berkunjung ke Situs arsip e-BinaAnak, di alamat:
==>  http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/arsip/

  Dan jika anda ingin langsung menuju ke edisi yang anda inginkan
  silakan kunjungi (misalnya untuk edisi e-BinaAnak 61):
==>  http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/061/
  (Anda tinggal mengganti nomor 061 tersebut sesuai dengan nomor edisi
   e-BinaAnak yang anda inginkan.)

  PENGUMUMAN: Tidak lama lagi akan hadir situs PEPAK (Pusat Elektronik
  Pelayanan Anak Kristen). Nah, Arsip e-BinaAnak juga menjadi salah
  satu bagian dalam situs PEPAK ini. Nantinya, dalam situs PEPAK
  tersedia fasilitas baru yang dapat mengirimkan secara otomatis
  edisi-edisi e-BinaAnak yang diinginkan dari web ke =mailbox= anda.
  Tolong doakan agar situs PEPAK ini dapat segera diluncurkan.


**********************************************************************
Untuk berlangganan kirim e-mail ke: <subscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org>
Untuk berhenti kirim e-mail ke:   <unsubscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org>
Untuk Arsip e-BinaAnak:    http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
**********************************************************************
           Staf Redaksi: Oeni, Ratnasari, Davida, Meilania
       Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
              Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
                   Copyright(c) e-BinaAnak 2002 YLSA

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org