Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/56

e-BinaAnak edisi 56 (19-12-2001)

Natal

     ><>  Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak  <><


Daftar Isi:                                    Edisi 056/Desember/2001
-----------
   o/ SALAM DARI REDAKSI   : Selamat Natal.......
   o/ CERITA NATAL         : Natal -- Selalu Penuh Rahasia
   o/ ARTIKEL NATAL        : Lagu Natal dari Desa di Gunung
                              [Sejarah Lagu Malam Kudus]
   o/ DARI MEJA REDAKSI    : Selamat Hari Natal dan
                              "Merry Christmas" dari Berbagai Negara!!

***********************************************************************
Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi di:
Meilania <submit-BinaAnak@sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak@xc.org>
***********************************************************************
o/ SALAM DARI REDAKSI

  Salam sejahtera dalam Kristus,

  Selama bulan Desember ini, kita, para Guru Sekolah Minggu dan
  Pelayan Anak disibukkan dengan berbagai persiapan untuk perayaan
  Natal anak-anak Sekolah Minggu kita. Kiranya kesibukan ini tidak
  menyita perhatian anda untuk menikmati kehadiran Kristus dalam hati
  anda. Nah, Cerita Natal yang kami sajikan dalam edisi ini akan kami
  peruntukkan bagi guru-guru untuk jerih payahnya yang tak kenal
  lelah, khususnya dalam membimbing anak-anak Sekolah Minggu. Ingatlah
  ditengah kecapaian dan kesulitan, jerih payah anda tidak akan sia-
  sia, karena Tuhan hidup dan Roh-Nya bekerja di hati anak-anak yang
  anda sedang layani, bahkan di hati anak-anak yang menyulitkan anda.

  Selamat Natal.......
  Kiranya peringatan Natal tahun ini dapat meningkatkan semangat
  kasih dan perhatian kita terhadap anak-anak Sekolah Minggu, dan
  sekaligus mempererat persaudaraan dengan rekan-rekan sepelayanan.

  Tim Redaksi.

  "Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat,
             yaitu Kristus,
                           Tuhan,
                                  di kota Daud." (Lukas 2:11)
       < http://www.bit.net.id/SABDA-Web/Luk/T_Luk2.htm 2:11 >

*********************************************************************
o/ CERITA NATAL

                    NATAL -- SELALU PENUH RAHASIA
                    =============================

      Phylis bukan anak yang mudah untuk dikasihi. Saya menginginkan
  yang terbaik baginya dan saya berdoa supaya Tuhan memberkatinya,
  tetapi kadang-kadang saya memang berharap ia tidak termasuk dalam
  kelompok Sekolah Minggu yang saya ajar. Rambutnya tidak pernah
  disisir, kuku tangannya kotor, dan hidungnya beringus. Ia menjauhi
  anak-anak yang lain dan kalau berjalan ia biasa menghentak-hentakkan
  kakinya. Selain itu, ia adalah seorang anak perempuan yang tidak
  pernah bisa duduk tenang, ia benci disentuh, dan kalau berbicara ia
  selalu tak mau mengalah.

      Waktu itu saya berumur dua puluh tahun, dan tahun itu untuk
  pertamakalinya saya mempersiapkan sandiwara di gereja tua yang
  besar, Gereja Baptis Tabernakel di sebelah barat Chicago. Pada
  permulaan masa Advent, saya memegang lembaran ketikan naskah
  sandiwara Natal sambil berdiri di depan anak-anak yang berkumpul.

      "Siapa yang mau mendapat peran yang terlibat dalam percakapan,
  angkat tangan," kata saya, dan hampir semua anak mengangkat
  tangannya. Tetapi, tentu saja tidak termasuk Phylis. Dan setelah
  membagikan peran untuk setiap anak yang berminat, saya masih
  mempunyai beberapa peran.

      "Phylis," kata saya, "maukah kamu mengucapkan sedikit kata-kata
  dalam sandiwara Natal?"

       "Siapa bilang saya mau ikut sandiwara?" katanya, sambil
  menyilangkan tangannya di depan dada dan duduk miring ke belakang
  sehingga kursinya hanya bertumpu pada ke dua kaki belakangnya.
  "Pada malam yang sama mungkin saya pergi ke pesta," katanya dengan
  angkuh.

      Tuhan, saya berdoa dalam hati, tolonglah saya untuk mengasihi
  Phylis. "Tetapi kalau mau, saya masih mempunyai beberapa peran."
  "Tidak akan," kata Phylis dan memang ia tidak mau.

      Pada waktu gladiresik sore hari, anak-anak duduk di bagian
  depan bangku gereja yang digelapkan. Mereka berbisik-bisik,
  sementara itu orang-orang dewasa merapikan penutup kepala gembala-
  gembala yang dibuat dari handuk mandi dan menyempurnakan letak
  lingkaran cahaya yang terbuat dari perada di sekeliling malaikat-
  malaikat.

      "Baiklah ambil tempat masing-masing," teriak saya dari balik
  altar. Pembawa cerita mulai: "Pada waktu itu, dikeluarkan suatu
  keputusan ..." Saya merasakan desiran getaran halus. Sekali lagi
  saya terbawa ke dalam cerita yang indah ini.

      "Maria tidak kelihatan seperti mau melahirkan bayi," tiba-tiba
  terdengar gumaman pelan yang serak di belakang saya. Phylis memang
  tidak mau ikut sandiwara, tetapi tentu ia tidak mau melewatkan
  gladiresik! "Ssst! bisik saya, sambil menepuk tangannya. Ia
  merenggut tangannya dan berkata, "Iya, iya!"

      Di akhir adegan itu lampu sorot hanya menyinari keluarga yang
  kudus itu, dan anak-anak bersenandung menyanyikan lagu "Malam
  Kudus". Bagus sekali - tetapi siapa yang bergerak di depan
  palungan? Phylis! Anda tidak tahu dimana anak itu akan muncul.
  Sekarang ia memasukkan tangannya ke dalam palungan, meremas tangan
  boneka yang ada didalamnya, dan menghilang di tengah kegelapan.

      "Phylis," kata saya, "apa yang kau lakukan di sana?
      "Saya hanya melihat-lihat." katanya. "Lagipula di dalamnya
  bukan bayi. Hanya sebuah boneka. Saya menyentuhnya."
      "Tuhan tolonglah saya untuk mengasihi Phylis."

      "Baiklah," kata saya kepada para pemain. "Setiap orang harus
  sudah ada di sini jam setengah tujuh untuk berganti pakaian dan
  bersiap-siap supaya dapat dimulai tepat jam tujuh. Sampai nanti
  malam."

      Phylis menghentakkan kakinya di sepanjang jalan di antara
  deretan tempat duduk, bersama anak-anak yang mau pulang. Mudah-
  mudahan pikir saya, ia sudah puas melihatnya sore ini dan tidak
  kembali malam nanti. Saya tahu pikiran seperti ini bukan sikap
  seorang guru Kristen, tetapi saya benar-benar mengharapkan supaya
  sandiwara itu berjalan dengan lancar.

      Sekitar jam 18.45 suasana di balik panggung ramai dan sibuk.
  Para malaikat saling membantu mengenakan jubah yang terbuat dari
  sprai. Yusuf dan orang-orang majus mengatur kawat janggut yang
  dikaitkan di belakang telinga mereka. Maria memandang ke cermin
  mencoba untuk menangkap eksprsi yang tepat sebagai ibu Juruselamat.
  Saya berjalan dari kelompok yang satu ke kelompok yang lain,
  membantu sebisa mungkin. Phylis tidak terlihat dan saya mulai
  tenang.

      Satu menit sebelum jam tujuh, Ny. Wright masuk. Ia menggendong
  bayinya yang mungil yang baru lahir. Bayinya terbungkus kain putih,
  bayi ini akan mengganti boneka yang kami pakai dalam gladi resik.
  "Bayi ini baru disusui,jadi ia akan tidur selama sandiwara."
  katanya. "Anda dapat menaruhnya di palungan sesudah lampu
  dipadamkan," bisik saya.

      Ketika suara piano mulai terdengar, saya duduk di kursi saya
  yang disediakan untuk juru bisik di barisan depan bangku gereja.
  Diiringi dengan alunan musik pembuka. Palungan disoroti cahaya lampu
  dan pembawa cerita memulainya.

      Tetapi tidak ada rasa getaran seperti biasanya apabila saya
  mendengar awal cerita Natal, saya malahan merasakan sesuatu yang
  menghantam dan mendorong lutut saya. "Geser," terdengar suara yang
  sudah saya kenal betul. "Saya tidak jadi pergi ke pesta."

      Tanpa melepaskan pandangan dari sandiwara yang sedang
  berlangsung, saya bergeser dan menepuk lutut Phylis. Tetapi ia
  menepiskan tangan saya kembali ke pangkuan saya. "Saya berusaha,
  ya Tuhan," kata saya dalam hati.

      Para malaikat bernyanyi di depan para gembala. Para gembala
  kembali ke Betlehem dan mengambil anak domba untuk dipersembahkan
  kepada bayi Yesus. Orang-orang Majus menghadap raja Herodes, lalu
  mereka pergi ke palungan. Maria duduk di palungan "menyimpan segala
  perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya". Bagus sekali.
  Phylis duduk dengan tenang sampai saya lupa ia berada di sebelah
  saya, tetapi waktu saya menyadari ia sudah pergi, sudah terlambat.

      Ia menghentakkan kakinya menuju palungan seperti yang dilakukan
  waktu gladi resik. Tetapi kali ini ia terkejut, terpesona, lalu
  membalik, matanya terbelalak takjub, dan cepat-cepat kembali
  menemui saya.

      "Dia hidup!" bisiknya dengan suara yang cukup keras. Dari
  barisan tempat duduk di sebelah seseorang bertanya "Apa katanya?"
  "Katanya, 'Dia hidup!'" Seperti riakan air kolam, kata-kata itu
  diteruskan dari barisan demi barisan sampai kembali lagi ke depan
  altar. "Dia hidup ... hidup ... hidup..." Suasana menjadi gempar
  karena setiap orang merasakn hadirat Yesus.

      Dan itu adalah alasan sebenarnya dari apa yang kita rayakan.
  Dia hidup! Imanuel - Tuhan beserta kita. Tuhan yang sudah menjelma
  menjadi manusia. Anak perempuan yang keras dan sukar dikendalikan
  sudah membawa kembali pesan Natal yang agung. Tuhan hidup!

      Lampu dinyalakan, dan waktu kami berdiri menyanyi "Kesukaan
  bagi dunia", suara itu menggetarkan gereja kami yang besar dan tua,
  dan itu belum pernah terjadi sebelumnya.

      Saya menaruh lengan saya di sekeliling bahu Phylis yang kecil
  dan sempit. "Kamu adalah bagian yang terbaik dari sandiwara ini,"
  bisik saya, sambil menariknya ke arah saya. Phylis menjawab, "Saya
  tidak ikut sandiwara," katanya. Tetapi kali ini ia tidak mendorong
  saya.

  Sumber:
  Judul Buku: Kisah Nyata Seputar Natal
  Penerbit  : Yayasan Kalam Hidup, Bandung
  Penulis   : Doris Swehla
  Halaman   : 84 - 87


*********************************************************************
o/ ARTIKEL NATAL

                    LAGU NATAL DARI DESA DI GUNUNG
                    ==============================
                      (Sejarah Lagu MALAM KUDUS)

      Kita tentu akan merasa ada sesuatu yang kurang kalau ada
  perayaan Natal tanpa menyanyikan "Malam Kudus", bukan?

      Terjemahan-terjemahan lagu Natal kesayangan itu sedikit berbeda
  satu dari yang lainnya, namun semuanya hampir serupa. Hal itu
  berlaku juga dalam bahasa-bahasa asing. Lagu itu begitu sederhana,
  sehingga tidak perlu banyak selisih pendapat atau perbedaan kata
  dalam menterjemahkannya.

      "Malam Kudus" sungguh merupakan lagu pilihan, karena
  dinyanyikan dan dikasihi di seluruh dunia. Bahkan para musikus
  ternama rela memasukkannya pada acara konser dan piringan hitam
  mereka.

      Anehnya, nyanyian yang terkenal di seluruh dunia itu
  sesungguhnya berasal dari sebuah desa kecil di daerah pegunungan
  negeri Austria. Inilah ceritanya ...

  1. ORGEL YANG RUSAK

      Orgel di gereja desa Oberndorf sedang rusak. Tikus-tikus sudah
  mengunyah banyak bagian dalam dari orgel itu.

      Seorang tukang orgel telah dipanggil dari tempat lain. Tetapi
  menjelang Hari Natal tahun 1818, orgel itu belum selesai
  diperbaiki. Sandiwara Natal terpaksa dipindahkan dari gedung
  gereja, karena bagian-bagian orgel yang sedang dibetulkan itu masih
  berserakan di lantai ruang kebaktian.

      Tentu tidak seorangpun yang mau kehilangan kesempatan melihat
  sandiwara  Natal. Pertunjukan itu akan dipentaskan oleh beberapa
  pemain kenamaan yang biasa mengadakan tour keliling. Drama Natal
  sudah menjadi tradisi di desa itu, sama seperti di desa-desa
  lainnya di negeri Austria.

      Untunglah, seorang pemilik kapal yang kaya raya mempunyai rumah
  besar di desa itu. Ia mengundang para anggota gereja untuk
  menyaksikan sandiwara Natal itu di rumahnya.

      Tentu saja Josef Mohr, pendeta pembantu dari gereja itu
  diundang pula. Pada malam tanggal 23 Desember, ia turut menyaksikan
  pertunjukan di rumah orang kaya itu.

      Sesudah drama Natal itu selesai, Pendeta Mohr tidak terus
  pulang. Ia mendaki sebuah bukit kecil yang berdekatan. Dari
  puncaknya ia memandang jauh ke bawah, dan melihat desa di lembah
  yang disinari cahaya bintang yang gemerlapan. Sungguh malam itu
  indah sekali ... malam yang kudus ... malam yang sunyi...

  2. HADIAH NATAL YANG ISTIMEWA

      Pendeta Mohr baru sampai ke rumah tengah malam. Tetapi ia belum
  juga siap tidur. Ia menyalakan lilin, lalu mulai menulis sebuah
  syair tentang apa yang telah dilihatnya dan dirasakannya pada malam
  itu.

      Keesokan harinya pendeta muda itu pergi ke rumah temannya Franz
  Gruber, yang juga masih muda, adalah kepala sekolah di desa
  Arnsdorf, yang terletak tiga kilometer jauhnya dari Oberndorf. Ia
  pun merangkap pemimpin musik di gereja yang dilayani oleh Josef
  Mohr.

      Pendeta Mohr lalu memberikan sehelai kertas lipatan kepada
  kawannya. "Inilah hadiah Natal untukmu," katanya, "sebuah syair
  yang baru saja saya karang tadi malam."
      "Terima kasih, pendeta!" balas Franz Gruber.

      Setelah mereka berdua diam sejenak, lalu pendeta muda itu
  bertanya: "Mungkin engkau dapat membuat lagunya, ya?"

      Franz Gruber senang atas saran itu. Segera ia mulai bekerja
  dengan syair hasil karya Josef Mohr.

      Pada sore harinya tukang orgel itu sudah cukup membersihkan
  ruang kebaktian sehingga gedung gereja dapat dipakai lagi. Tetapi
  orgel itu sendiri masih belum dapat digunakan.

      Penduduk desa berkumpul untuk merayakan Malam Natal. Dengan
  keheranan mereka menerima pengumuman, bahwa termasuk pada acara
  malam itu ada sebuah lagu Natal yang baru.

      Franz Gruber sudah membuat aransemen khusus dari lagu
  ciptaannya untuk dua suara, diiringi oleh gitar dan koor. Mulailah
  dia memetik senar pada gitar yang tergantung dipundaknya dengan
  tali hijau. Lalu ia membawakan suara bas, sedangkan Josef Mohr
  menyanyikan suara tenor.

      Paduan suara gereja bergabung dengan duet itu pada saat-saat
  yang telah ditentukan. Dan untuk pertama kalinya lagu "Malam Kudus"
  diperdengarkan.

  3. BAGAIMANA TERSEBAR?

      Tukang orgel turut hadir dalam kebaktian Malam Natal itu. Ia
  senang sekali mendengarkan lagu Natal yang baru. Mulailah dia
  bersenandung, mengingat not-not melodi itu dan mengulang-ulangi
  kata-katanya.

      "Malam Kudus" masih tetap bergema dalam ingatannya pada saat ia
  selesai memperbaiki orgel di Obendorf. lalu pulang.

      Sekarang masuklah beberapa tokoh baru dalam ceritanya, yaitu:
  Strasser bersaudara. Keempat gadis Strasser itu adalah anak-anak
  seorang pembuat sarung tangan. Mereka berbakat luar biasa di bidang
  musik.

      Sewaktu masih kecil, keempat gadis Strasser itu suka menyanyi
  di pasar, sedangkan ayah mereka menjual sarung tangan buatannya.
  Banyak orang mulai memperhatikan mereka, dan bahkan memberi mereka
  uang atas nyanyiannya.

      Demikian kecilnya permulaan karier keempat gadis Strasser itu,
  hanya sekedar menyanyi di pasar. Tetapi mereka cepat menjadi tenar.
  Mereka sempat berkeliling ke banyak kota. Yang terutama mereka
  tonjolkan ialah lagu-lagu rakyat dari tanah air mereka, yakni dari
  daerah pegunungan negeri Austria.

      Tukang orgel tadi mampir ke rumah keempat Strasser bersaudara.
  Kepada mereka ia nyanyikan lagu Natal yang baru saja dipelajarinya
  dari kedua penciptanya di gereja desa itu.

      Salah seorang penyanyi wanita itu menuliskan kata-kata dan
  not-not yang mereka dengarkan dari tukang orgel teman mereka.
  Dengan berbuat demikian mereka pun dapat menghafalkannya.

      Keempat wanita itu senang menambahkan "Malam Kudus" pada acara
  mereka. Makin lama makin banyak orang yang mendengarnya, sehingga
  lagu Natal itu mulai dibawa ke negeri-negeri lain pula.

      Pernah seorang pemimpin konser terkenal mengundang keempat
  kakak-beradik dari keluarga Strasser itu untuk menghadiri
  konsernya. Sebagai atraksi penutup yang tak diumumkan sebelumnya,
  ia pun memanggil keempat wanita itu untuk maju ke depan dan
  menyanyi. Antara lain mereka menyanyikan "Malam Kudus", yang oleh
  mereka diberi judul "Lagu dari Surga."

      Raja dan ratu daerah Saksen menghadiri konser itu. Mereka
  mengundang rombongan penyanyi Strasser itu untuk datang ke istana
  pada Malam Natal. Tentu saja di sana pun mereka membawakan lagu
  "Malam Kudus."

  4. RAHASIA ASAL USULNYA

      Lagu Natal yang indah itu umumnya dikenal hanya sebagai "lagu
  rakyat" saja. Tetapi sang raja ingin tahu siapakan pengarangnya.
  Pemimpin musik di istana, yaitu komponis besar Felix Mendelssohn,
  juga tidak tahu tentang asal-usul lagu Natal itu.

      Sang raja mengirim utusan khusus untuk menyelidiki rahasia itu.
  Utusannya hampir saja pulang dengan tangan kosong. Lalu secara
  kebetulan ia mendengar seekor burung piaraan yang sedang bersiul.
  Lagu siulannya tak lain ialah "Malam Kudus"!

      Setelah utusan raja tahu bahwa itu dulu dibawa oleh seseroang
  dalam perjalanannya dari derah pegunungan Austria, maka pergilah
  dia ke sana serta menyelidiki lebih jauh. Mula-mula ia menyangka
  bahwa barangkali ia akan menemukan lagu itu dalam naskah-naskah
  karangan Johann Michael Haydn, seorang komponis bangsa Austria yang
  terkenal. Tetapi sia-sia semua penelitiannya.

      Akan tetapi usaha utusan raja itu telah menimbulkan rasa ingin
  tahu pada penduduk setempat. Seorang pemimpin koor anak-anak merasa
  bahwa salah seorang muridnya mungkin pernah melatih burung yang
  pandai mengidungkan "Malam Kudus" itu. Maka ia menyembunyikan diri
  sambil bersiul menirukan suara burung tersebut.

      Segera muncullah seorang anak laki-laki, mencari burung
  piaraannya yang sudah lama lolos. Ternyata anak itu bernama Felix
  Gruber. Dan lagu yang sudah termashur itu, yang dulu diajarkan
  kepada burung piaraanya, ditulis asli oleh ayahnya sendiri.
      Demikianlah seorang bocah dan seekor burung turut mengambil
  peranan dalam menyatakan kepada dunia luar, siapakah sebenarnya
  yang mengarang "Lagu Natal dari Desa di Gunung" itu.

  5. TANDA PENGENAL ORANG KRISTEN

      Setelah satu abad lebih, "Malam Kudus" sesungguhnya menjadi
  milik bersama seluruh umat manusia. Bahkan lagu Natal itu pernah
  dipakai secara luarbiasa, untuk menciptakan hubungan persahabatan
  antara orang-orang Kristen dari dua bangsa yang sangat berbeda
  bahasa dan latar belakangnya.

      Pada waktu Natal tahun 1943, seluruh daerah Lautan Pasifik
  diliputi Perang Dunia Kedua. Beberapa Minggu setelah Hari Natal
  itu, sebuah pesawat terbang Amerika Serikat mengalami kerusakan
  yang hebat dalam peperangan, sehingga jatuh ke dalam samudera di
  dekat salah satu pulau Indonesia.

      Kelima orang awak kapal itu, yang luka-luka semua, terapung-
  apung pada pecahan-pecahan kapalnya yang sudah tenggelam. Lalu
  nampak pada mereka beberapa perahu yang makin mendekat. Orang-orang
  yang asing bagi mereka mendayung dengan cepatnya dan menolong
  mereka masuk ke dalam perahu-perahu itu.

      Penerbang-penerbang bangsa Amerika itu ragu-ragu dan curiga:
  Apakah orang-orang ini masih dibawah kuasa Jepang, musuh mereka?
  Apakah orang-orang ini belum beradab, dan hanya menarik mereka
  dari laut untuk memperlakukan mereka secara kejam?

      Segala macam kekuatiran terkilas pada pikiran mereka, karena
  mereka sama sekali tidak dapat berbicara dalam bahasa pendayung
  berkulit coklat itu. Sebaliknya, orang-orang tersebut sama sekali
  tak dapat berbicara dalam bahasa Inggris. Rupa-rupanya tiada jalan
  untuk mengetahui dengan pasti, apakah tentara angkatan udara itu
  telah jatuh ke dalam tangan kawan atau lawan.

      Akhirnya, sesudah semua perahu itu mendarat di pantai, salah
  seorang penduduk pulau itu mulai menyanyikan "Malam Kudus".
  Kata-kata dalam bahasa Indonesia itu masih asing bagi para
  penerbang yang capai dan curiga. Tetapi lagunya segera mereka
  kenali. dengan tersenyum tanda perasaan lega, turutlah mereka
  menyanyi dalam bahasa mereka sendiri. Insaflah mereka sekarang
  bahwa mereka sudah jatuh ke dalam tangan orang-orang Kristen
  sesamanya, yang akan merawat mereka.

  6. LAGU DUNIAWI DAN SURGAWI

      Bagaimana dengan sisa hidup kedua orang yang mula-mula
  menciptakan lagu "Malam Kudus"?

      Josef Mohr hidup dari tahun 1792 sampai tahun 1848. Franz
  Gruber hidup dari tahun 1787 sampai tahun 1863. Kedua orang itu
  terus melayani Tuhan bertahun-tahun lamanya dengan berbagai-bagai
  cara. Namun sejauh pengetahuan orang, mereka tidak pernah menulis
  apa-apa lagi yang luar biasa. Nama-nama mereka pasti sudah
  dilupakan oleh dunia sekarang ... kecuali satu kejadian, yaitu:
  Pada masa muda mereka pernah bekerja sama untuk menghasilkan sebuah
  lagu pilihan.

      Gereja kecil di desa Oberndorf itu dilanda banjir pegunungan
  pada tahun 1899, sehingga hancur luluh. Sebuah gedung gereja yang
  baru sudah dibangun di sana. Di sebelah dalamnya ada pahatan dari
  marmer dan perunggu sebagai peringatan lagu "Malam Kudus".

      Pahatan itu menggambarkan Pendeta Mohr, seakan-akan ia sedang
  bersandar di jendela, melihat keluar dari rumah Tuhan di Surga.
  Tangannya di taruh di telinga. Ia tersenyum sambil mendengar suara
  anak-anak di bumi yang sedang menyanyikan lagu Natal karangannya.
  Di belakangnya berdiri Franz Gruber, yang juga tersenyum sambil
  memetik gitarnya.

      Sungguh tepat sekali kiasan dalam pahatan itu! Seolah-olah
  seisi dunia, juga seisi surga, turut menyanyikan "Lagu Natal dari
  Desa di Gunung."

  Sumber: e-Reformed Edisi 02/1999
          Subscribe: <subscribe-i-kan-untuk-reformed@XC.Org>
          http://www.sabda.org/publikasi/e-reformed/


**********************************************************************
o/ DARI MEJA REDAKSI

    Segenap staf Redaksi e-BinaAnak mengucapkan kepada seluruh
    pembaca e-BinaAnak:

                                 X
                                XXX
                               XXXXX
                              XXXXXXX
                             XXXXXXXXX
                           "BOAS FESTAS"
                           "JOYEUX  NOEL"
                          "VESELE VANOCE"
                         "MELE KALIKIMAKA"
                        "NODLAG SONA DHUIT"
                       "BLWYDDYN NEWYDD DDA"
                             "GOD JUL"
                            "BUON ANNO"
                           "FELIZ NATAL"
                          "FELIZ NAVIDAD"
                         "MERRY CHRISTMAS"
                        "KALA CHRISTOUGENA"
                       "VROLIJK  KERSTFEEST"
                      "FROHLICHE WEIHNACHTEN"
                     "BUON  NATALE-GODT NYTAR"
                    "HUAN YING SHENG TAN CHIEH"
                   "WESOLYCH SWIAT-SRETAN BOZIC"
                  "MOADIM LESIMHA-LINKSMU KALEDU"
                 "HAUSKAA JOULUA-AID SAID MOUBARK"
                      "'N  PRETTIG  KERSTMIS"
                     "ONNZLLISTA UUTTA VUOTTA"
                    "Z ROZHDESTYOM  KHRYSTOVYM"
                   "NADOLIG LLAWEN-GOTT NYTTSAR"
                  "FELIC NADAL-GOJAN KRISTNASKON"
                 "S NOVYM  GODOM-FELIZ  ANO NUEVO"
                "GLEDILEG JOL-NOELINIZ KUTLU OLSUM"
               "EEN GELUKKIG NIEUWJAAR-SRETAN BOSIC"
              "KRIHSTLINDJA GEZUAR-KALA CHRISTOUGENA"
 Ind.==>     "SELAMAT HARI NATAL -  AHNINGU NAJU METU"
                  "SARBATORI FERICITE-BUON  ANNO"
                 "ZORIONEKO GABON-HRISTOS SE RODI"
                "BOLDOG KARACSONNY-VESELE  VIANOCE"
               "MERRY CHRISTMAS  - - HAPPY NEW YEAR"
              "ROOMSAID JOULU PUHI -KUNG HO SHENG TEN"
             "FELICES  PASUAS-EIN  GLUCKICHES  NEWJAHR"
            "PRIECIGUS ZIEMAN SVETKUS  SARBATORI VESLLE"
           "BONNE  ANNEBLWYDDYN  NEWYDD DDADRFELIZ  NATAL"
                               XXXXX
                               XXXXX
                               XXXXX
                           XXXXXXXXXXXXX
         __________________________________________________


  Sumber: ICW Vol.2/2000 Edisi 090 "Yesus dan Natal"
          Subscribe: < subscribe-i-kan-ICW@xc.org >
          http://www.sabda.org/publikasi/icw/090/


*********************************************************************
Untuk berlangganan kirim e-mail ke: <subscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org>
Untuk berhenti kirim e-mail ke:   <unsubscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org>
Untuk Lyris:  http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-BinaAnak
Untuk Arsip e-BinaAnak:    http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
*********************************************************************
       Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
             Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
                  Copyright(c) e-BinaAnak 2001 YLSA

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org