Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/16

e-BinaAnak edisi 16 (11-10-2000)

Metode Mengajar

     ><>  Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak  <><

Daftar Isi:                                     Edisi 016/Oktober/2000
-----------
 o/ SALAM DARI REDAKSI
 o/ ARTIKEL             : Prinsip Dasar Dalam Metode Mengajar
 o/ TIPS MENGAJAR       : Mengajar Dengan Alat Peraga
 o/ SERBA SERBI         : Membuat Sendiri Alat Peraga
 o/ DARI ANDA UNTUK ANDA

***********************************************************************
Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi di:
Meilania <staf-BinaAnak@sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak@xc.org>
***********************************************************************
 o/ SALAM DARI REDAKSI

  Salam Dalam Kasih Kristus,
  Pembahasan terakhir dari 4 edisi berturut-turut untuk seri
  "Unsur/Faktor Utama Pendidikan", adalah unsur "Metode Pengajaran".
  [1=Guru, 2=Murid, 3=Bahan Pengajaran, 4=Metode Pengajaran]
  Seorang guru tidak hanya dituntut menguasai Firman Tuhan saja,
  namun dia juga perlu menguasai metode atau cara menyampaikannya
  supaya anak dapat mengerti dan memahaminya dengan baik. Untuk
  itu artikel kami pada edisi ini adalah: "Prinsip Dasar Dalam
  Metode Mengajar". Kami berharap sajian kami ini dapat dipakai
  untuk meningkatkan kualitas mengajaran guru-guru SM.

  Tak terasa, Natal sudah hampir mendekat. Banyak guru sudah mulai
  mempersiapkan program-program Natal bagi gerejanya masing-masing.
  Oleh karena itu kalau ada diantara pembaca yang ingin membagikan
  program Natal kepada e-BinaAnak agar bisa dimuat/disebarkan kepada
  teman-teman yang lain. Silakan menghubungi Redaksi di:
           < staf-BinaAnak@sabda.org >        atau
           < owner-i-kan-BinaAnak@xc.org >

  Selamat melayani!
  Tim Redaksi

  "Peganglah segala sesuatu yang telah engkau dengar dari padaku
  sebagai contoh ajaran yang sehat dan lakukanlah dalam iman dan
  kasih dalam Kristus Yesus"                   (II Timotius 1:13)
      < http://www.bit.net.id/SABDA-Web/2Ti/T_2Ti1.htm 1:13 >

***********************************************************************
 o/ ARTIKEL

                 PRINSIP DASAR DALAM METODE MENGAJAR
                 ===================================
                   (Oleh : Dr. Mary Go Setiawani)

  Mengajar adalah suatu seni. Guru yang cakap mengajar dapat
  merasakan bahwa mengajar Sekolah Minggu adalah suatu hal yang
  menggembirakan, yang membuatnya melupakan kelelahan. Selain itu
  guru juga dapat mempengaruhi muridnya melalui kepribadiannya.
  Guru yang ingin murid-muridnya mengalami kemajuan, perlu mengadakan
  pengamatan dan penelitian terhadap teori dan praktek mengajar
  sehingga ia dapat terus-menerus meningkatkan cara mengajar. Sepuluh
  jenis prinsip dasar dalam cara mengajar yang disajikan di bawah ini,
  dapat dipakai sebagai petunjuk oleh para guru Sekolah Minggu guna
  meningkatkan cara mengajar mereka.

  1. Menguasai Isi Pengajaran
     ------------------------
     Hukum yang pertama dalam teori "Tujuh Hukum Mengajar" dari
     John Milton Gregory berbunyi: "Guru harus mengetahui apa yang
     diajarkan." Jika guru sendiri mengetahui dengan jelas inti
     pelajaran yang akan disampaikan, ia dapat meyakinkan murid
     dengan wibawanya, sehingga murid percaya apa yang dikatakan
     guru, bahkan merasa tertarik terhadap pelajaran.

  2. Mengetahui dengan Jelas Sasaran Pengajaran
     ------------------------------------------
     Pengajaran yang jelas sasarannya membuat murid melihat dengan
     jelas inti dari pokok pelajaran itu. Mereka dapat menangkap
     seluruh liputan pelajaran, bahkan mengalami kemajuan dalam
     proses belajar. Empat macam ciri khas yang harus diperhatikan
     pada saat memilih dan menuliskan sasaran pengajaran:
     a. Inti dari sasaran harus disebutkan dengan jelas.
     b. Ungkapan penting dari sasaran harus bertitik tolak dari
        konsep murid.
     c. Sasaran harus meliputi hasil belajar.
     d. Hasil sasaran yang dapat dicapai. Contoh:
        1) Murid mengetahui dengan jelas hal-hal yang terjadi pada
           waktu perjalanan PI Paulus yang pertama kali.
        2) Murid memahami inti sari keselamatan atau dilahirkan
           kembali.
        3) Murid sudah dapat mempelajari pelajaran mengampuni orang
           lain.
        4) Murid dapat menguasai tehnik ber-PI pribadi.
     Contoh-contoh di atas telah menjelaskan empat macam hasil belajar
     yang berbeda: pengetahuan, pengertian, sikap, dan ketrampilan.

  3. Utamakan Susunan yang Sistematis
     --------------------------------
     Pengajaran yang tidak bersistem bagaikan sebuah lukisan yang
     semrawut, tidak memberikan kesan yang jelas bagi orang lain.
     Tidak adanya inti, tidak tersusun, tidak sistematis, akan sulit
     dipahami dan sulit diingat. Oleh sebab itu inti pengajaran harus
     disusun dengan teratur dan sistematis.

  4. Banyak Gunakan Contoh Kehidupan
     -------------------------------
     Pada saat Yesus mengajar, Ia sering menggunakan contoh atau
     perumpamaan kehidupan sehari-hari, misalnya dalam khotbah di
     atas bukit, Ia telah menggunakan contoh-contoh sebagai berikut:
     a. Keadaan alam (Mat 5:45-46)
     b. Tumbuh-tumbuhan dan binatang (Mat 6:26-30)
     c. Organ tubuh manusia (Mat 5:29-30).
     d. Kehidupan sehari-hari (Mat 7:9-11)
     e. Proyek bangunan (Mat 7:24-27)
     f. Hukum pemerintah (Mat 5:23-26)
     g. Kehidupan beragama (Mat 6:5-8)
     Contoh kehidupan adalah jembatan antara kebenaran Alkitab dengan
     kehidupan yang nyata, yang membuat teori tidak terpisahkan dari
     kehidupan.

  5. Cakap Menggunakan Bentuk Cerita
     -------------------------------
     Bentuk cerita tidak hanya diutarakan dengan kata-kata, namun
     juga boleh dicoba dengan menambahkan gerakan-gerakan, yang
     memperdalam kesan murid. Bentuk yang paling lazim adalah
     menggunakan perumpamaan untuk menjelaskan kebenaran.

  6. Menggunakan Panca Indera Murid
     ------------------------------
     Penggunaan bahan pengajaran yang berbentuk audio visual berarti
     menggunakan panca indera murid. Bahan pengajaran audio visual
     bukan saja cocok untuk Sekolah Minggu anak-anak, juga untuk
     Sekolah Minggu pelbagai usia. Ensiklopedia adalah buku yang
     sering dipakai oleh para ilmuwan, namun di dalamnya terdapat
     banyak penjelasan yang menggunakan gambar-gambar. Itu berarti
     bahwa para ilmuwan pun perlu bantuan gambar untuk mengadakan
     penelitian. Para ahli pernah mengadakan catatan statistik selama
     15 bulan, sebagai hasilnya mereka mendapatkan persentase dari
     isi pelajaran yang masih dapat diingat oleh murid: bagi murid
     yang hanya tergantung pada indera pendengaran saja masih dapat
     mengingat 28%, sedangkan bagi murid yang menggunakan indera
     pendengaran ditambah dengan indra penglihatan dapat mengingat 78%.

  7. Melibatkan Murid dalam Pelajaran
     --------------------------------
     Melibatkan murid dalam pelajaran dapat menambah ingatan mereka,
     juga motivasi dan kegemaran mereka. Cara itu dapat menghilangkan
     kesalahpahaman yang mungkin terjadi ditengah pertukaran pikiran
     antara guru dan murid, selain mengurangi tingkah laku yang
     mengacau. Misalnya: biarkan murid menggunakan kata-katanya
     sendiri untuk menjelaskan argumentasi atau pendapatnya; biarlah
     murid menggali dan menemukan hubungan antar konsep yang berbeda,
     biarlah murid bergerak sebentar. Jika murid sibuk melibatkan
     diri dengan pelajaran, maka tidak ada peluang lagi untuk
     mengacau atau membuat ulah.

  8. Menguasai Kejiwaan Murid
     ------------------------
     Guru yang ingin memberikan pelajaran yang sesuai dengan
     kebutuhan murid, tentu harus memahami perkembangan jiwa murid
     pada setiap usia. Ia juga harus mengetahui dengan jelas
     kebutuhan dan masalah pribadi mereka. Pengertian antara guru dan
     murid adalah syarat utama untuk komunikasi timbal balik.
     Komunikasi yang baik dapat membuat penyaluran pengetahuan
     menjadi lebih efektif.

  9. Gunakanlah Cara Mengajar yang Hidup
     -----------------------------------
     Sekalipun memiliki cara mengajar yang paling baik, namun jika
     terus digunakan dengan tidak pernah diubah, maka cara itu akan
     hilang kegunaannya dan membuat murid merasa jemu. Cara yang
     terbaik adalah menggunakan cara mengajar yang bervariasi dan
     fleksibel, untuk menambah kesegaran.

 10. Menjadikan Diri Sendiri Sebagai Teladan
     ---------------------------------------
     Masalah umum para guru adalah dapat berbicara, namun tidak dapat
     melaksanakan. Pengajarannya ketat sekali, namun kehidupannya
     sendiri banyak cacat cela. Cara mengajar yang efektif adalah
     guru sendiri menjadikan diri sebagai teladan hidup untuk
     menyampaikan kebenaran, dan itu merupakan cara yang paling
     berpengaruh. Kewibawaan seseorang terletak pada keselarasan
     antara teori dan praktek. Jikalau guru dapat menerapkan
     kebenaran yang diajarkan pada kehidupan pribadinya, maka ia pun
     memiliki wibawa untuk mengajar.

  Bahan di atas diambil dan diedit dari:
     Judul Buku: Pembaruan Mengajar
     Penulis   : Dr. Mary Go Setiawani
     Penerbit  : Yayasan Kalam Hidup, Bandung
     Halaman   : 76-79

************************************************************************
 o/ TIPS MENGAJAR

  MENGAJAR DENGAN ALAT PERAGA
  ===========================
  Media mengajar yang paling dikenal di dalam pelayanan anak sering
  disebut dengan istilah singkat, alat peraga. Alat peraga dapat
  berbentuk gambar, flashchard, wayang, boneka jari, rumah Palestina,
  boks pasir dan lain sebagainya. Bahan dari alam semesta juga bisa
  dipakai sebagai media mengajar. Bahan tersebut dikenal dengan istilah:
  peraga benda, antara lain bunga, daun dan buah-buahan. Semua yang
  menolong untuk menerangkan berita yang ingin disampaikan dan memberi
  kesan yang tepat dan dalam kepada anak, termasuk media mengajar.

  Asal-usul Media Mengajar
  ------------------------
  Media mengajar alat peraga dan peraga benda sering disebut sebagai
  alat modern, karena kesadaran mengenai pentingnya memakai media
  mengajar dalam pelayanan anak yang masih baru. Namun Allah pernah
  memakai media mengajar semacam itu pada empat ribu tahun yang lalu.
  Di Gunung Sinai bangsa Israel diajar melalui Kemah Allah. Ini
  merupakan peraga benda yang yang tidak ada bandingnya. Cara
  menghampiri Allah diajar melalui peraga benda itu. Meskipun Allah
  tidak boleh digambar dan tidak boleh dipatungkan, cara menghampiri
  Allah diajar melalui beraneka macam gambar dan peraga benda. Melalui
  pemakaian alat peraga dan peraga benda, imajinasi anak dirangsang,
  perasaan anak disentuh dan kesan yang mendalam diperoleh. Melaluinya
  anak belajar dengan semangat dan dapat mengingat dengan baik.

  Mengapa Mengajar dengan Alat Peraga?
  ------------------------------------
  Dalam mengajar, panca indera dan seluruh kesanggupan seorang anak
  perlu dirangsang, digunakan dan dilibatkan, sehingga tak hanya
  mengetahui, melainkan dapat memakai dan melakukan apa yang
  dipelajari. Panca indera yang paling umum dipakai dalam mengajar
  adalah "mendengar". Melalui mendengar, anak mengikuti peristiwa demi
  peristiwa dan ikut merasakan apa yang disampaikan. Seolah-olah
  telinga mendapatkan mata. Anak melihat sesuatu dari apa yang
  diceritakan. Namun ilmu pendidikan berpendapat, bahwa hanya 20%
  dari apa yang didengar dapat diingat kemudian hari. Kesan yang lebih
  dalam dapat dihasilkan jikalau apa yang diceritakan "dilihat"
  melalui sebuah gambar. Dengan demikian melalui "mendengar" dan
  "melihat" akan diperoleh kesan yang jauh lebih dalam. Media Mengajar
  (alat peraga dan peraga benda) seperti: gambar, gambar berkembang,
  flashcard, slides menolong anak untuk mengingat dengan lebih baik,
  yaitu mampu mengingat 50% dari apa yang didengar dan dilihatnya.

  Keseimbangan dalam Memakai Alat Peraga
  --------------------------------------
  Pemakaian alat peraga merangsang imajinasi anak dan memberikan kesan
  yang dalam! Meskipun begitu, alat peraga dan peraga benda perlu
  dipakai secara seimbang. Umpamanya, pada satu pelajaran ayat hafalan
  diajar dengan menggunakan alat peraga. Pada kesempatan lain,
  permulaan cerita mendapat perhatian yang khusus, dan pada pelajaran
  lainnya lagi, seluruh cerita diperagakan. Melalui cara ini setiap
  hari Minggu, anak memperoleh "sesuatu yang khusus". Hal ini membangun
  rasa ingin tahu anak dari minggu ke minggu. Dalam memilih alat peraga
  atau peraga benda, guru perlu waspada, sehingga tidak memakai:
    - media mengajar yang terlalu kecil sehingga anak sulit melihat,
      dan menjadi ribut.
    - Gambar yang terlalu asing pada perasaan anak, umpamanya gambar
      tertentu dari luar negeri yang kurang cocok di Indonesia.
      Perasaan aneh atau lucu tidak menguntungkan dalam proses
      belajar mengajar ini.
  Karena itu sebaiknya guru hanya memakai alat peraga yang tepat dan
  bermutu sebagai alat bantu mengajar.

  Bahan di atas diambil dan diedit dari:
     Judul Buku: Pedoman Pelayanan Anak
     Penulis   : Ruth Laufer
     Penerbit  : YPII, Batu, Malang
     Halaman   : 134-135 dan 150

************************************************************************
 o/ SERBA-SERBI

  Membuat Alat Peraga Sendiri
  ===========================
  Anda dapat berkreasi dan membuat sendiri alat peraga dengan bahan-
  bahan yang ada di sekitar anda atau dari benda-benda yang sudah
  tidak terpakai. Berikut ini e-BinaAnak menyajikan beberapa tips/
  kreasi mengenai alat peraga yang dapat dipakai dalam mengajar.

  1. Gambar-gambar
     -------------
     Anda bisa mengumpulkan gambar-gambar mengenai kehidupan sehari-
     hari dari koran dan majalah yang sudah tidak dibaca atau kalender
     yang sudah tidak dipakai, misalnya gambar orang sedang naik bis,
     gambar ibu membuat kue, gambar anak-anak pergi ke sekolah sambil
     bergandengan tangan, gambar petani mencari rumput di sawah,
     gambar orang berdoa, gambar orang memegang Alkitab, gambar
     pengemis di pinggir jalan, atau juga juga gambar buah-buahan,
     gambar binatang, pohon-pohon dan sebagainya.

     Tempelkan gambar-gambar tersebut satu per satu pada kertas
     karton yang berukuran sama agar rapi. Susunlah gambar-gambar
     sesuai dengan urutan agar dapat membentuk cerita. Gambar-gambar
     ini dapat anda gunakan sebagai alat peraga saat ingin menjelaskan
     kisah tertentu pada anak-anak, misalnya menunjukkan contoh
     penerapan, kejadian tertentu atau hal lain sesuai dengan tema
     dan tujuan pelajaran yang akan anda sampaikan.

  2. Surat Kabar/Koran bekas
     -----------------------
     Koran bekas dapat dilipat dan dibentuk menjadi beraneka ragam
     "topi," seperti topi bajak laut, topi koki, topi perawat, topi
     minang, mahkota raja dan sebagainya. Selain itu, koran bekas
     juga dapat dibuat baju, jubah, sarung dan sebagainya. Topi dan
     baju dari koran bekas ini dapat dikombinasikan dan digunakan
     saat anda ingin memerankan tokoh tertentu dalam cerita yang akan
     anda sampaikan, misalnya: Raja Herodes, Penggembala, Petani, Nabi,
     dan sebagainya menurut jalannya cerita.

  3. Boks Pasir
     ----------
     Buat kotak dari papan kayu dengan ukuran panjang dan lebar 50 cm
     dengan ketinggian 30 cm atau menurut ukuran yang anda inginkan.
     Ayaklah pasir dan cucilah bersih serta masukkan dalam kotak.
     Anda dapat membuat gunung, lembah, jalan dan tempat kejadian

     dengan boks pasir ini. Anda juga dapat melengkapinya dengan
     orang-orangan, pohon-pohonan atau rumah-rumahan dari kertas.

  4. Lain-lain
     ---------
     Demikian pula sepatu bekas, botol bekas, ranting pohon, maupun
     benda-benda yang ada di sekitar anda dapat digunakan sebagai alat
     bantu mengajar, tentunya sesuaikan dengan tema dan tujuan cerita
     yang akan anda sampaikan.

  Selamat mencoba!

  Staf Redaksi.

************************************************************************
 o/ DARI ANDA UNTUK ANDA

  Dari: "Natalis, Michael (kem)" <Michael.Natalis@>
  >Dengan kehadiran "bina Anak " saya sangat bersyukur dan memenuhi
  >kerinduan Akan Firman Tuhan utk keluarga dan anak2 serta saudara2
  >kita,smoga menjadikan kita utk lebih giat mewartakan kabar gembira,
  >tak lupa trima kasih dgn terbentuknya timpengasuh yg baru..

  Redaksi:
  Terima kasih banyak ucapannya. Kiranya dorongan dan ajakan anda
  memberi semangat kepada kita semua.

  Dari: "Samuel Christiono" <sam-eny@>
  >Pengurus yth, bolehkah saya meminta artikel tentang pokemon ?
  >Terima kasih.

  Redaksi:
  Wah... kebetulan sekali. Kami mendapatkan informasi bahwa Milis
  e-BinaGuru saat ini sedang mendiskusikan tentang Pokemon. Jika anda
  belum bergabung, silakah mengirim e-mail kosong ke:
          < subscribe-i-kan-BinaGuru@xc.org >
  Pembahasan tentang Pokemon bisa anda dapatkan dengan mengunjungi
  alamat-alamat berikut ini:
        http://www.in-christ.net/yba   (Makalah Sahabat Awam nomor 57)
        http://www.glorianet.org/tamanbacaan/herlianto/herlpoke.html
        http://www.terangdunia.com/pokemon.html

  PENGUMUMAN
  ==========
  Seperti yang telah kami beritakan sebelumnya bahwa Milis Publikasi
  ICW edisi minggu ini (no. 82) membahas tentang PELAYANAN ANAK dan
  SEKOLAH MINGGU. Dalam sajiannya anda akan mendapat banyak sumber
  informasi yang menolong anda mendapatkan masukan-masukan yang dapat
  meningkatkan pelayanan anda. Untuk berlangganan ICW, silakan kirim
  surat ke:
            < subscribe-i-kan-icw@xc.org >
  Bagi anda yang ingin mendapatkan Edisi ini (82) silakan menghubungi
  redaksi:
            < staf-BinaAnak@sabda.org >

************************************************************************
 Untuk berlangganan kirim e-mail ke: <subscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org>
 Untuk berhenti kirim e-mail ke:   <unsubscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org>
 Untuk arsip:  http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-BinaAnak
************************************************************************
      Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
             Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
                  Copyright(c) e-BinaAnak 2000 YLSA

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org