Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/150

e-BinaAnak edisi 150 (30-10-2003)

Masalah Anak yang Agresif


     ><>  Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak  <><


Daftar Isi:                                    Edisi 150/Oktober/2003
-----------
 o/ SALAM DARI REDAKSI
 o/ ARTIKEL (1)          : Anak Agresif
 o/ ARTIKEL (2)          : Mengatasi Tingkah Laku Agresif pada Anak
 o/ BAHAN MENGAJAR       : Dapatkah Kamu Mengasihi Orang Seperti Ini?
 o/ DARI ANDA UNTUK ANDA : Informasi Buku Mengenai Anak

**********************************************************************
 Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi:
    <submit-BinaAnak@sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak@xc.org>
**********************************************************************
o/ SALAM DARI REDAKSI

  Salam dalam kasih Yesus Kristus,

  Jika anak merasa ada dalam keadaan terancam, maka kadang anak dapat
  melakukan tindakan yang "kasar" sebagai salah satu cara ia
  mempertahankan diri. Dalam hal tertentu keadaan ini masih bisa
  dianggap cukup wajar. Namun, jika anak melakukan tindakan "kasar"
  karena sebab yang tidak beralasan, bahkan bertendensi menyakiti dan
  merugikan orang lain, maka anak tersebut dapat digolongkan sebagai
  "Anak Agresif". Indikasi dari anak agresif adalah melampiaskan rasa
  marah yang tak terkendali dengan sikap yang kasar, suka menyerang,
  memukul, memaki-maki, menendang-nendang, dll. Apa yang menyebabkan
  anak bersikap agresif seperti itu? Bagaimana menolong mengatasinya?

  Jika ada guru-guru Sekolah Minggu yang memiliki murid yang cenderung
  agresif seperti itu, silakan simak sajian kami edisi minggu ini yang
  kami beri judul "Masalah Anak yang agresif". Kami telah siapkan dua
  Artikel yang mungkin dapat membantu Anda yang sedang mencari solusi
  untuk masalah anak agresif ini. Selain itu ajarkanlah mereka dengan
  ajaran-ajaran yang bertemakan kasih, agar dalam hatinya tertanam
  rasa kasih. Sebagai contoh untuk mengajarkan kasih kepada mereka,
  simaklah juga Bahan Mengajar yang berjudul "Dapatkah Kamu Mengasihi
  Orang Seperti Ini?"

  Selamat membimbing!

  Tim Redaksi

            "Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah
      yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan,
              kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan
                    dan kesabaran." (Kolose 3:12)
           < http://www.sabda.org/sabdaweb/?p=Kolose+3:12 >


**********************************************************************
o/ ARTIKEL (1)

                             ANAK AGRESIF
                             ============

  PENGERTIAN TENTANG ANAK AGRESIF

  Sifat agresif (suka menyerang) ialah melakukan suatu tindakan
  kekerasan untuk melukai orang dalam kemarahannya. Biasa dilakukan
  dengan menendang atau memukul orang, mengatai atau memaki orang
  dengan kata-kata kasar, memfitnah, dan menggertak serta mengganggu
  orang lain. Pada umumnya, seorang anak tidak mungkin dengan sengaja
  ingin melukai orang lain, kalau bukan karena emosinya. Anak yang
  melakukan kekerasan seperti ini adalah anak yang mau menang sendiri,
  karena demi mencapai keinginannya tidak lagi memperhatikan hak orang
  lain. Kadang mereka bersikap tidak peduli dengan sekolahnya sehingga
  setiap hari ia bertengkar dan membuat masalah. Suatu penyelidikan
  membuktikan bahwa anak laki-laki lebih banyak melakukan tindakan
  agresif ketimbang anak perempuan sejak masa kecilnya. Tindakan
  agresif tidak sama dengan perasaan agresif. Tindakan agresif lebih
  bersifat mencari permusuhan, sedangkan perasaan agresif lebih
  menonjolkan pada sifat marah yang tidak dapat dikendalikan. Mungkin
  benar bahwa amarah tidak dapat dikendalikan, tetapi tetap harus
  diupayakan untuk dikendalikan.

  PENYEBAB MASALAH

  Sulit ditemukan masalahnya sebab banyak yang bisa menjadi penyebab
  anak melakukan tindakan agresif, tetapi secara umum disebabkan hal-
  hal berikut ini:

  1. Meniru orangtua.
     ----------------
     Misalkan seorang anak berusia 10 tahun melempar sebuah botol ke
     ibunya sebab ia pernah melihat ayahnya melakukan hal yang sama
     dan ia hanya mengulangi apa yang pernah dilakukan orangtuanya.

  2. Orangtua membiarkan.
     --------------------
     Cara hidup yang tidak beraturan atau terlalu dimanja orangtua
     dapat membuat anak suka menyerang, misalnya: orangtua tidak
     menegur anak ketika memukul orang, dan hanya berkata, "Jangan,
     Sayang!" Anak segera tahu bahwa orangtuanya merasa tidak apa-apa
     dan memberi kesempatan bagi dia mengulangi perbuatannya, bahkan
     lebih menjadi-jadi. Bagi anak, bila orangtua tidak menghukum, itu
     berarti mengizinkan dia bertindak lagi.

  3. Akibat acara-acara teve.
     ------------------------
     Orangtua perlu mendampingi anak dalam memilih acara teve, bila
     anak dibiarkan setiap hari berjam-jam lamanya menonton adegan-
     adegan keras dalam film-film silat atau perang, maka
     dikhawatirkan itu akan mempengaruhi anak. Memang melalui
     penyelidikan belum dapat dibuktikan bahwa dari acara-acara di
     teve dapat menyebabkan anak melakukan tindakan agresif, tetapi
     sedikit banyak sudah mempengaruhi perilaku anak.

  4. Memendam perasaan marah.
     ------------------------
     Mencegah atau melarang anak melampiaskan amarahnya hanya akan
     mengakibatkan ia memendam perasaan marah itu. Mula-mula tidak
     diketahui, sebab kelihatannya secara lahiriah ia baik dan sopan,
     tetapi karena tidak dapat melampiaskan emosi amarahnya dan juga
     karena sudah tertimbun lama di dalam hatinya, maka pada waktunya
     perasaan itu meledak dan terlampiaskan melalui tindak
     penyerangan.

  5. Dengan kejam menghadapi kekejaman.
     ----------------------------------
     Menghukum kekasaran anak itu dapat dibenarkan, tetapi bukan
     dengan memukulnya secara kasar. Hal itu akan berakibat
     kebalikannya, yaitu anak meniru kelakuan orang dewasa. Apabila
     orangtua menghukum dengan menganiaya, maka anak akan belajar
     untuk menganiaya orang lain sebagai balasan pelampiasannya.
     Hindari hukuman yang bisa mengakibatkan anak juga terdorong untuk
     melakukan hal yang sama terhadap orang lain.

  PENYELESAIAN MASALAH

  Dari penyebab masalah anak yang suka menyerang di atas, orangtua
  harus mengupayakan cara pencegahan, dengan menghindari dan
  menyembuhkan masalah perilaku tersebut. Langkah berikut ini
  diharapkan dapat menolong mengurangi perilaku anak yang agresif dan
  suka menyerang.

  1. Membangun diri sebagai model/contoh.
     ------------------------------------
     Apabila kelakuan anak itu disebabkan karena meniru orang dewasa
     yang suka memaki, orangtua yang suka memukul atau guru yang
     agresif, maka sebaiknya dilakukan introspeksi diri. Dengan
     menjaga serta membangun diri menjadi teladan yang baik, akan
     menolong anak mengatasi perilakunya itu.

  2. Menasihati dengan benar.
     ------------------------
     Disiplin di dalam rumah tangga harus dipertegas untuk membantu
     anak mengendalikan diri agar tidak bertindak sewenang-wenang.
     Sebenarnya anak yang suka menyerang ini mempunyai rasa takut yang
     amat kuat dalam dirinya. Apalagi ketika anak melempari ibunya
     dengan sebuah botol, ia amat ketakutan dan segera mencari
     pertolongan dari gurunya untuk membantu mengatasi pergumulan
     emosinya itu. Ia akan berkata, "Ketika saya marah dan melempar
     ibu dengan botol, saya amat ketakutan, apa yang terjadi bila saya
     benar-benar marah dan mencekik ibu, saya terlalu takut
     membayangkannya. Anak memerlukan bantuan orang lain dalam
     mengatasi ketidakmampuan mengendalikan dirinya. Ia membutuhkan
     nasihat dan ajaran yang benar.

  3. Membatasi tontonan beradegan keras.
     -----------------------------------
     Bila anak memiliki kecenderungan bertindak agresif dan suka
     menyerang, orangtua perlu dengan bijaksana mendampingi anak dalam
     memilih acara tontonan di teve. Sebaiknya kepada anak hanya
     diperbolehkan menonton acara atau film yang sesuai untuk anak.
     Kecenderungan sifat manusia adalah pada hal-hal yang berdosa dan
     jahat sehingga anak sangat mudah dipengaruhi untuk meniru apa
     yang dilihatnya. Larangan untuk jangan melakukan kekerasan atau
     melukai orang lain bukanlah suatu ajaran yang baru. Dalam Alkitab
     ada banyak contoh orang-orang yang berbuat seperti itu. Demikian
     juga melalui drama dari Shakespeare, atau dongeng yang
     menceritakan binatang aneh yang memakan manusia. Oleh sebab itu,
     tanggapilah masalah ini dengan sikap yang wajar dan tenang. Yang
     kita lakukan hanyalah usaha membatasi acara tontonan anak di
     teve.

  4. Tanamkan kebenaran bahwa tidak memiliki musuh itu adalah kasih.
     ---------------------------------------------------------------
     Cara yang paling baik untuk mencegah anak melakukan kekerasan
     adalah dengan "kasih". Anak yang sejak kecil terampas kasih
     sayangnya akan merasa mempunyai banyak musuh dan ia akan
     melakukan banyak kekerasan. Seorang pembunuh atau yang suka
     melukai orang lain, jiwanya sakit dan gelisah. Mereka dapat
     melakukan kejahatan itu karena tidak menikmati kehangatan kasih.
     Menghadapi anak yang berperilaku demikian hanya ada satu cara,
     yaitu dengan mengasihi dan menyayanginya. Daripada membuang waktu
     untuk mencegah anak terpengaruh, lebih baik menyediakan waktu
     untuk meningkatkan hubungan dengannya. Dengan demikian kita
     mengalihkan perhatian mereka untuk bisa memperhatikan dan
     berbelas kasihan kepada orang lain. Anak yang dibesarkan dalam
     kasih akan memiliki jiwa yang sehat, hati yang penuh damai
     terhadap orang lain, dan tidak pernah memendam perasaan dendam
     kepada siapa pun.

  Bahan diedit dari sumber:
  Judul Buku        : Menerobos Dunia Anak
  Judul Artikel Asli: Masalah Emosi
  Penulis           : DR. Mary Go Setiawan
  Penerbit          : Kalam Hidup, Bandung, 2000
  Halaman           : 156 - 159


**********************************************************************
o/ ARTIKEL (2)

               MENGATASI TINGKAH LAKU AGRESIF PADA ANAK
               ========================================

  BAGAIMANA MENGATASINYA

  Sebenarnya agresi merupakan kekuatan hidup (life force) dan energi
  yang bisa bersifat membangun dan juga menghancurkan. Kekuatan ini
  adalah sesuatu yang membuat bayi bisa memiliki dan memegang
  kehidupan dan yang bisa membuatnya berteriak atau menangis kalau ia
  sedang merasa lapar.

  Sikap tegas keras kepala seorang anak kecil dalam usahanya
  mendapatkan apa yang diinginkannya, permainan mereka yang kasar,
  serampangan, jerit anak perempuan selagi kejar-kejaran, dan
  penggunaan sumpah-serapah dan kata-kata kasar pada anak-anak remaja,
  semua itu secara kasar dapat digolongkan dalam perilaku agresif.

  Namun siapa yang tidak akan mengakui bahwa tindakan seperti itu
  adalah normal? Memang harus diakui, bahwa ada kebutuhan anak yang
  hanya dapat dipenuhi dengan berperilaku keras, bersemangat dan penuh
  nafsu menyerang terhadap benda, situasi atau orang-orang tertentu.
  Semua itu demi perkembangan normal si anak.

  Agresi yang berlebihan banyak didapatkan pada anak yang orangtuanya
  bersikap terlalu memanjakan, terlalu melindungi, atau terlalu
  bersifat kuasa serta penolakan orangtua. Misalnya, hukuman badani
  seperti memukul dan kurang berhasilnya memberikan pengertian kepada
  anak mengenai tingkah laku yang tidak dapat dibenarkan.

  Selama pertumbuhannya anak-anak itu memiliki kecenderungan yang
  wajar untuk berusaha menekan watak agresif mereka sedikit demi
  sedikit, kecuali bila pihak orangtua mereka justru mendorongnya ke
  arah itu. Dalam hal ini jelaslah bahwa sedikit sekali hubungan
  antara alat mainan dengan pengaruhnya terhadap perkembangan watak
  yang agresif pada kepribadian seorang anak.

  Jika anak itu berusia sekitar satu atau dua tahun misalnya, dan
  mereka menjadi marah kepada yang lainnya, maka mereka akan saling
  gigit menggigit tanpa ragu-ragu lagi. Namun pada usia tiga atau
  empat tahun, mereka sudah mulai belajar bahwa sikap agresif itu
  tidaklah pantas. Namun meskipun demikian bisa saja mereka itu
  bermain-main perang-perangan sebagai jagoan yang menembak seorang
  Indian gadungan.

  Mereka juga bisa bermain-main sambil membayangkan diri mereka
  menembak kedua orangtuanya, akan tetapi mereka hanya meringis saja
  kepada ayah atau ibunya sambil menyatakan sikap bahwa apa yang
  mereka lakukan itu tidaklah perlu diambil perduli secara sungguh-
  sungguh.

  PELAMPIASAN EMOSI

  Menurut Dra. Ny. Y. Singgih D. Gunarsa, psikolog, suatu bentuk lain
  dari pelampiasan emosi anak, terlihat dalam penyaluran agresi. Anak
  kelihatan agresif sekali dalam menghadapi "kekangan". Tujuan utama
  dari pada agresi yang berlebih-lebihan adalah penguasaan situasi,
  mengatasi suatu rintangan atau halangan yang dihadapinya atau
  merusak suatu benda. Agresi tersebut dapat disalurkan melalui
  perbuatan, akan tetapi bila tingkah laku tersebut dihalangi, maka
  akan tersalur melalui perbuatan, akan tersalur melalui kata-kata dan
  pikiran.

  Seorang anak memang memiliki suatu bentuk primitif agresi seperti
  memukul dan menggigit. Sulitnya, ia tidak mengerti akibat tingkah
  laku yang kasar itu terhadap orang lain. Oleh karena itu ia
  membutuhkan bantuan orangtua untuk menyalurkan agresinya itu tanpa
  merugikan orang lain. Sedangkan membunuh sifat agresif pada anak,
  membuat dia "lumpuh".

  Barangkali ia akan menjadi bulan-bulanan dalam pergaulan. Atau akan
  terjadi suatu ledakan kemarahan pada si anak. Sebaliknya penyaluran
  agresi yang sehat merupakan keseimbangan antara menahan dan
  mengungkapkan diri secara wajar. Tentu saja untuk menguasai 'teknik'
  ini, anak harus belajar sedikit demi sedikit.

  Ada dua macam sebab yang mendasari tingkah laku agresif pada anak.
  Pertama, tingkah laku agresif yang dilakukan untuk menyerang atau
  melawan orang lain. Macam tingkah laku agresif ini biasanya ditandai
  dengan kemarahan atau keinginan untuk menyakiti orang lain. Kedua,
  tingkah laku agresif yang dilakukan sebagai sikap mempertahankan
  diri terhadap serangan dari luar.

  Serangan dari luar ini tidak selalu berupa serangan dari orang lain,
  misalnya, teman bermain yang mencoba memukulnya, akan tetapi dapat
  juga berupa rintangan-rintangan yang dihadapinya dalam bermain,
  misalnya, kegagalan yang ditemuinya ketika sedang membuat tumpukan
  balok kayu, Jika menghadapi keadaan seperti ini, anak biasanya akan
  berteriak-teriak sebagai pernyataan rasa marahnya terhadap kegagalan
  yang dihadapinya.

  HUKUMAN BADAN

  Biasanya cara yang paling cepat dan tepat untuk mengatasi sikap
  agresif anak adalah dengan hukuman. Tetapi dari hasil analisa
  penelitian yang tak pernah berhenti, mereka berpendapat, bahwa
  disiplin yang diterapkan orangtua untuk mencegah sikap agresif, yang
  biasanya berupa hukuman badan, justru malah mengorbankannya. Pada
  kenyataannya anak yang terlalu sering menerima hukuman badan, sikap
  agresifnya cenderung semakin menjadi-jadi.

  Menanggapi sikap agresif anak-anak, kita perlu melacak dua macam
  jalan keluarnya. Pertama, bagaimana mengurangi sikap agresifnya pada
  saat ini. Sedangkan jalan keluar yang lebih berjangka panjang adalah
  mencegah timbulnya sikap agresif dimasa yang akan datang. Apapun
  yang dipilih untuk menyalurkan dorongan agresifnya ini, tetap
  berarti bahwa dorongan agresif itu sendiri harus disalurkan dengan
  sebaik-baiknya. Perbuatan orangtua untuk setiap kali menyuruh diam
  anak-anak yang sedang bertengkar, atau menghukum anak setiap kali
  habis berkelahi dengan temannya adalah kurang bijaksana.

  Bagaimana baiknya cara penyaluran yang dilakukan melalui kegiatan
  bermain, berolah raga atau berdiskusi, namun tetap saja hal itu
  tidak dapat menghabiskan energi yang mendorong perbuatan agresif.

  Orangtua dianjurkan untuk tetap menerima dan memberi kesempatan pada
  anak untuk menyalurkan perasaan marahnya, selama penyalurannya tidak
  melampaui batas. Tentu saja orangtua tidak boleh mendiamkan anaknya
  yang memukul temannya hanya untuk melampiaskan kemarahan.

  Penyaluran rasa marah dengan cara verbal, misalnya dengan berteriak
  atau memaki-maki, tentu masih dapat diterima. Asalkan ungkapan rasa
  marah tersebut tidak ditujukan untuk sengaja menyakiti perasaan
  orang lain.

  Sebagai kesimpulan, jelaslah, bahwa agresi itu sebenarnya sangat
  perlu untuk kelangsungan hidup dan penjagaan atau penyelamatan diri
  sendiri. Dan juga mendorong seseorang untuk tumbuh dan berkembang.
  Namun juga perlu diingat, agresi ini akan bersifat destruktif jika
  digunakan untuk kebencian, merampas harta orang lain, menyerang
  orang lain atau diri sendiri (Self-Punishment).

  Bahan diedit dari sumber:
  Judul Buku: Butir-butir Mutiara Rumah Tangga
  Pengarang : Alex Sobur
  Penerbit  : Kerjasama antara BPK Gunung Mulia, Jakarta dan
              Yayasan Kanisius, Yogyakarta, 1987
  Halaman   : 130 - 133


**********************************************************************
o/ BAHAN MENGAJAR

  Salah satu cara untuk mengendalikan sifat agresif dalam diri anak-
  anak, adalah dengan menanamkan kasih dalam diri mereka. Salah satu
  bahan mengajar yang dapat digunakan guru untuk tujuan itu adalah
  materi seperti di bawah ini. Semoga bermanfaat!

              DAPATKAH KAMU MENGASIHI ORANG SEPERTI INI?
              ==========================================

  "Lihat!" kata ayah. "Polisi menangkap orang yang telah membunuh anak
  perempuan kecil ini. Anak itu seumurmu, Sarah."

  Sarah melihat gambar orang itu di koran yang sedang dibaca ayah.
  "Saya benci kepada orang ini! Saya benci kepadanya!" jerit Sarah.

  Ayah meletakkan korannya dan mendudukkan Sarah di pangkuannya. "Saya
  juga tadinya membenci orang ini," kata ayah. "Tetapi sekarang saya
  pikir kita seharusnya mengasihi dia. Maukah kamu membicarakan hal
  ini bersama Ayah?"

  Renungan Singkat tentang Kasih:
  -------------------------------

  1. Mengapa Sarah membenci orang ini?
     Apakah kamu juga mempunyai perasaan yang sama dengan Sarah?
     Mengapa?

  2. Menurut kamu, apakah yang akan dikatakan ayah kepada Sarah?

  "Orang ini telah melakukan perbuatan yang mengerikan," kata ayah.
  "Menurut kamu, apakah Allah membenci perbuatan yang dilakukan orang
  ini?"

  "Ya," jawab Sarah. "Saya tahu Allah tentu membenci perbuatan orang
  ini."

  "Allah memang membenci perbuatan orang ini, tetapi apakah Ia
  membenci orangnya?" tanya ayah. "Apakah Ia senang melihat orang ini
  masuk neraka?

  Sarah berpikir sejenak. Tiba-tiba ia merasa kasihan kepada orang
  jahat itu. "Saya tidak suka dia masuk neraka," katanya. "Saya ingin
  orang itu percaya kepada Tuhan Yesus sehingga ia tidak akan
  menyakiti orang-orang lagi."

  Ayah tersenyum. "Ayah senang kamu berkata begitu," katanya kepada
  Sarah. "Allah juga mengasihi orang ini. Ia ingin melihat orang ini
  percaya kepada Tuhan Yesus. Kemudian orang ini menyesali perbuatan-
  perbuatan jahat yang telah dilakukannya. Setelah itu ia akan
  melakukan hal-hal yang baik bagi Tuhan Yesus."

  "Mengapa kita tidak mendoakan orang itu sekarang juga?" tanya Sarah.
  "Marilah kita minta Allah mengirimkan seseorang untuk menceritakan
  Tuhan Yesus kepadanya."

  Sarah dan ayah pun berdoa bersama. Mereka memohon kepada Allah agar
  ada seseorang yang akan menceritakan kepada orang itu tentang Tuhan
  Yesus.

  Renungan Singkat tentang Tuhan Yesus dan Kamu:
  ----------------------------------------------

  1. Bolehkah kita membenci suatu perbuatan jahat yang telah dilakukan
     oleh seseorang?
     Bolehkah kita membenci orang yang melakukannya? Mengapa tidak?

  2. Mengapa Sarah merasa kasihan kepada orang itu?
     Apakah yang diminta Sarah agar dilakukan Tuhan Yesus? Mengapa?

  3. Apakah kamu sedang marah kepada seseorang?
     Apakah kamu ingin agar orang itu menderita dalam hal tertentu?
     Apakah yang diinginkan Tuhan Yesus?
     Apakah yang seharusnya kamu minta supaya dilakukan Tuhan Yesus?

  Bacaan Alkitab:
  ---------------
  Kolose 3:12-14

  Kebenaran Alkitab:
  ------------------
  Tanggalkanlah dan buanglah jauh-jauh segala kemarahan dan kebencian.
  (Kolose 3:8)

  Doa:
  ----
  Tuhan Yesus, saya merasa senang karena Engkau mengampuni orang-orang
  jahat bila mereka meminta ampun kepada-Mu. Saya menyesal karena saya
  ingin melihat orang lain menderita. Ampunilah saya, dan ampunilah
  orang itu atas apa yang telah dilakukannya. Amin!

  Bahan diedit dari sumber:
  Judul Buku: 100 Renungan Singkat untuk Anak-anak
  Pengarang : V. Gilbert Beers
  Penerbit  : Kalam Hidup, Bandung, 1986
  Halaman   : 40 - 41


**********************************************************************
o/ DARI ANDA UNTUK ANDA

  Dari: "Arnol" <arnols@>
  >Mat pagi,
  >Saya sangat membutuhkan informasi ttg buku2x anak.
  >Soalnya saya memiliki 3 anak: Yg pertama 5Th, 1.8th, dan 2bln
  >Informasi ttg pergaulan dan pertumbuhan anak saya sangat butuhkan
  >Terimakasih Tuhan memberkati.

  Redaksi:
  Wah, memiliki tiga anak balita sekaligus pasti cukup merepotkan, ya.
  Mempersiapkan mereka untuk menjadi anak-anak yang sehat jasmani dan
  rohani memang perlu banyak kerja keras. Untuk itu orangtua harus
  pandai-pandai membagi waktu sehingga memiliki kesempatan menambah
  ilmu agar dapat menjadi orangtua yang bijaksana. Membaca buku-buku
  yang baik adalah salah satu cara yang tepat. Informasi tentang
  sumber (buku) pendidikan Kristen anak dapat Anda jumpai dengan
  berkunjung ke situs PEPAK (Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen)
  di alamat:
  ==>   http://www.sabda.org/pepak/

  Di antara sumber-sumber yang tercantum di sana adalah:
  1. Judul Buku: 40 Cara Mengarahkan Anak
     Pengarang : Paul Lewis
     Penerbit  : Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 1993

  2. Judul Buku: Menerobos Dunia Anak
     Pengarang : Dr. Mary Go Setiawani
     Penerbit  : Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 2000

  3. Judul Buku: Tujuh Kebutuhan Anak
     Pengarang : John M. Drescher
     Penerbit  : PT. BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1992


**********************************************************************
Untuk berlangganan kirim e-mail ke: <subscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org>
Untuk berhenti kirim e-mail ke:   <unsubscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org>
Untuk Arsip e-BinaAnak:    http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen:  http://www.sabda.org/pepak/
**********************************************************************
               Staf Redaksi: Davida, Oeni, Ratri, dan Poer
       Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
              Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
                   Copyright(c) e-BinaAnak 2003 YLSA

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org