Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/bio-kristi/128

Bio-Kristi edisi 128 (12-12-2013)

Maria Magdalena

                          Buletin Elektronik
                   BIO-KRISTI (Biografi Kristiani)
_______________________Edisi 128/Desember 2013_________________________

Bio-Kristi -- Maria Magdalena
Edisi 128/Desember 2013

Salam damai dalam Kristus,

Mengenal Kristus adalah hal yang paling berharga di dalam hidup. Anda pasti 
pernah mendengar nama Maria Magdalena, bukan? Dalam kitab Injil, namanya disebut 
sebanyak empat belas kali. Yesus telah mengubah hidupnya dari masa lalu yang 
seolah tanpa harapan, menjadi berarti dan penuh dengan pengharapan. Mengenal 
sosok Maria Magdalena lebih jauh akan membuat kita semakin mengenal bahwa Tuhan 
kita, Yesus Kristus, sangat mengasihi kita dan Dialah yang membuat hidup kita 
begitu berharga. Selamat membaca!

Redaksi Tamu Bio-Kristi,
Adiana
< http://biokristi.sabda.org/ >


                         KARYA: Maria Magdalena
                             Tokoh Alkitab
                        Diringkas oleh: Berlin B.

Kota Magadan, juga dikenal dengan kota Magdala, terletak di tepi barat laut 
danau Galilea, kurang lebih 5 km dari kota yang terkenal, Kapernaum. Di situlah, 
Maria bertemu dengan Yesus untuk pertama kalinya. Di situlah, Tuhan Yesus 
melepaskannya dari kuasa Iblis. Di situ pula terjadi keajaiban dalam hidupnya, 
yang hanya bisa ia mengerti kemudian secara berangsur-angsur.

Sebelum bertemu Yesus, Maria dari Magadan adalah seorang wanita yang perlu 
dikasihi. Ia baru menyadari hal ini ketika ia melihat orang-orang lain yang 
dirasuki setan. Mereka tidak lagi pantas hidup di tengah-tengah masyarakat. 
Mereka lebih mirip binatang daripada manusia, mereka hidup di gua-gua -- orang-
orang gila yang wajahnya tidak keruan dan matanya liar. Mereka diciptakan Allah, 
tetapi dikuasai Iblis.

Setelah Yesus memerintahkan ketujuh roh jahat keluar dari Maria, semuanya 
berubah. Rohnya dilepaskan dari belenggu, kaki tangannya yang kaku menjadi lemas 
kembali. Tatapan matanya menjadi teduh. Ia tidak tahu bagaimana menceritakan 
dengan tepat apa yang telah terjadi padanya. Pengalaman itu terlalu ajaib untuk 
diurai dengan kata-kata. Hanya Yesuslah yang tahu segala sesuatunya secara 
sempurna. Sebab itu, Maria meninggalkan kota Magadan dan mengikut Yesus.

Maria Magdalena ingin selalu dekat dengan Yesus karena beberapa alasan. Pertama, 
pengalamannya membuatnya menyadari bahwa dia tidak dapat meremehkan kuasa Iblis. 
Jika ia tidak tinggal dekat Tuhan, yang unggul atas Iblis, ia sendiri tidak akan 
berdaya melawannya. Jika Iblis menguasainya lagi, keadaannya akan lebih buruk 
dari sebelumnya. Tetapi, itu bukan satu-satunya alasan Maria untuk selalu 
tinggal dekat Kristus. Kasih dan rasa syukurnya kepada Tuhan membuat dia ingin 
melakukan lebih banyak lagi. Ia tidak mau hanya duduk-duduk di rumah sambil 
menceritakan semua yang terjadi padanya kepada penduduk Magadan.

Maria Magdalena yang dulu dirasuk setan, kini telah menerima gairah yang baru 
karena ia membiarkan Yesus menguasai dirinya. Yesus telah membawanya keluar dari 
kegelapan menuju terang. Perubahan ini memengaruhi masa depannya. Sejak itu, ia 
hanya mengakui satu Tuhan dan akan mengikuti-Nya seumur hidupnya. Sebab itu, ia 
mengikuti Yesus dan murid-murid-Nya, sama seperti para perempuan lain yang juga 
telah dibebaskan dari kuasa Iblis.

Pagi itu, jalanan masih sepi. Matahari belum terbit. Kegelapan masih menutupi 
kota Yerusalem, tetapi Maria Magdalena dan beberapa wanita yang lain berjalan 
menuju ke kubur Yesus. Mereka telah menghentikan kegiatan mereka pada hari Jumat 
malam karena mereka harus menaati peraturan hari Sabat. Maria berjalan paling 
depan dalam rombongan itu. Pikirannya hanya tertuju pada satu hal dan dia tidak 
tertarik pada hal-hal yang terjadi di sekitarnya. Berkali-kali, ingatannya 
melayang kembali ke peristiwa beberapa hari yang lalu, saat mereka berjalan dari 
Galilea menuju Yerusalem. Para murid dan beberapa perempuan sedang merasa berat 
hati karena Yesus telah menceritakan kepada mereka apa yang akan dialami-Nya.

Meski Yesus sudah menubuatkan apa yang akan dialami-Nya, mereka memasuki 
Yerusalem dalam suasana pesta. Orang banyak menyongsong mereka dalam kemeriahan. 
Dan, sambil menyerukan kata-kata pujian, banyak dari mereka menghamparkan 
pakaian ataupun dahan-dahan palem ke jalan yang akan dilalui Yesus. Tetapi, 
kegembiraan mereka tidak berlangsung lama. Beberapa hari kemudian, penduduk 
Yerusalem itu juga meneriakkan, "Enyahkan Dia! Salibkan Dia!"

Sejak itu, penderitaan Guru Maria Magdalena memasuki berbagai macam tahap. 
Namun, Maria terus mengikutinya dengan setia sampai akhir hidupnya. Ia hadir di 
gedung pengadilan ketika orang banyak menuntut nyawa-Nya. Ia mendengar Gubernur 
Pilatus menyerahkan-Nya kepada kemarahan musuh-musuh-Nya. Perasaannya mencekam 
saat melihat orang-orang mengejek dan menganiaya Gurunya, Orang yang selama ini 
telah menunjukkan kasih-Nya yang begitu besar kepadanya. Ia mengikuti Gurunya 
ketika Ia membawa salib-Nya keluar dari tempat Pilatus menuju Golgota, tempat 
hukuman mati akan dijalankan. Ia menyaksikan bagaimana orang-orang menyiksa-Nya 
sampai Ia jatuh terjerembab karena beban salib-Nya yang terlalu berat. Ia merasa 
sangat sedih, tetapi tidak bisa melakukan apa-apa untuk Orang yang telah 
melakukan semuanya baginya.

Di dekat salib, Maria Magdalena dan para perempuan lain menyaksikan tangan dan 
kaki Yesus ditembus paku. Mereka melihat tentara menikam lambung-Nya dengan 
tombak. Saat itu, mata Maria mencari murid-murid Yesus, tetapi mereka tidak 
terlihat, kecuali Yohanes. Siang itu, langit tiba-tiba menjadi gelap selama 3 
jam dan terjadi gempa bumi yang sangat dahsyat. Banyak orang kudus yang telah 
meninggal bangkit.

Dari semua peristiwa itu, yang paling berkesan bagi Maria adalah seruan Yesus 
sesaat sebelum mati, "Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" Maria 
bertanya-tanya, "Mengapa Yesus ditinggalkan oleh Allah dan oleh manusia? Mengapa 
Ia tidak dapat menyelamatkan diri-Nya sendiri? Bukankah Dia berkuasa? Bukankah 
Dia lebih berkuasa dari Iblis dan maut? Mengapa Ia tidak menggunakan kekuasaan-
Nya untuk menyelamatkan diri-Nya sendiri? Mengapa?"

Meskipun penderitaan Tuhan Yesus sangat mengerikan untuk dilihat, Maria dari 
Magadan tetap tinggal di situ sampai semuanya selesai, dan Tuhan Yesus berkata, 
"Sudah selesai." Ia tidak dapat meninggalkan Gurunya yang sangat berarti 
baginya, lebih dari siapa pun. Ia hadir dalam pemakaman-Nya dan setelah itu, 
ketika semua orang sudah pulang, kecuali Maria ibu Yakobus dan Yusuf, ia tetap 
tinggal dekat kubur. Ia tidak meninggalkan tempat itu sampai hukum Yahudi 
mengharuskannya pulang karena hari Sabat sudah dimulai.

Setelah lewat hari Sabat, perempuan-perempuan itu pergi ke kubur. Dalam 
perjalanan ke sana, terlintas dalam benak mereka kesulitan-kesulitan yang akan 
dihadapi. "Bagaimana kita dapat menggulingkan batu yang menutupi pintu kubur 
itu?" tanya seorang kepada yang lain. Selain itu, Pilatus juga telah menempatkan 
para penjaga supaya para murid tidak mencuri mayat Yesus.

Saat mereka hampir sampai ke kubur, dari jauh mereka sudah melihat batu besar 
itu. Tiba-tiba, mereka menahan napas. Apakah penglihatan mereka benar, tidak 
salah? Tidak, kubur itu benar-benar sudah terbuka. Batu penutup kubur itu telah 
digulingkan. Maria Magdalena langsung berbalik tanpa melihat ke dalam kubur itu 
terlebih dahulu. Ia berlari secepat mungkin ke rumah Petrus dan Yohanes. "Tuhan 
telah diambil orang dari kubur-Nya dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan," 
kata Maria terengah-engah.

Mereka pergi ke kubur Yesus, kali ini mereka masuk ke kubur itu. Mereka 
mendapati kain kafan itu terlipat rapi. Jadi, mayat Yesus bukanlah dicuri. 
Murid-murid pulang dengan hati yang penuh tanda tanya. Namun, Maria tidak 
meninggalkan tempat itu. Ia tetap tinggal di luar kubur dengan air mata yang 
mengalir. Sambil menangis, ia melihat ke dalam kubur untuk terakhir kalinya. 
Namun, ia melihat dua malaikat berpakaian putih cemerlang duduk di tempat mayat 
Yesus pernah dibaringkan.

"Ibu, mengapa engkau menangis?" tanya mereka.

"Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan," jawab 
Maria sambil mengusap air matanya. Ia kemudian berjalan keluar kubur dan melihat 
seorang lain berdiri di luar. "Itu tukang kebun atau Yusuf dari Arimatea," 
pikirnya. Tanpa pendahuluan apa-apa, Maria berkata pada orang itu, "Tuan, jika 
tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, 
supaya aku dapat mengambilnya."

Sejak pertobatannya, Maria Magdalena setia kepada Tuhannya. Ia terus berada di 
dekat salib sampai saat-saat terakhir dan dia adalah orang pertama yang datang 
ke kubur Yesus. Di kubur itu, ia ingin melengkapi pernyataan kasihnya kepada 
Gurunya dengan satu perbuatan lagi, yaitu mengurapi mayat Tuhan Yesus dengan 
minyak rempah-rempah.

Setelah itu, ia mendengar suara Yesus, "Maria!"

Hanya Satu orang yang dapat mengucapkan namanya dengan nada demikian. Tidak ada 
orang lain yang dapat memberikan kesan mendalam seperti itu, penuh kehangatan 
yang memancar sampai ke dalam jiwa. Hati Maria dipenuhi dengan berbagai macam 
perasaan: takjub, sukacita, dan rasa syukur. Ia pun menyembah-Nya dengan kasih 
dan rasa hormat. "Rabuni," hanya itu yang dapat dikatakan Maria. Maria menjadi 
saksi pertama dari kebangkitan Yesus. Inti kebenaran yang menjadi kunci 
penyelamatan itu diungkapkan kepadanya. Sungguh, suatu hak yang istimewa!

Tuhan membuktikan bahwa Ia hidup lagi. Sejak itu, segalanya berubah. Ketika 
Maria hendak memegang kaki-Nya, Ia melarang. "Jangan engkau memegang Aku, sebab 
Aku belum pergi kepada Bapa," katanya, "Tetapi pergilah kepada saudara-saudara-
Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku 
dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu." Dengan demikian, Yesus menjadikan 
Maria sebagai orang pertama yang memberitakan kebangkitan-Nya. Kehormatan itu 
tidak Ia berikan kepada Yohanes, sahabat-Nya yang paling akrab, atau Petrus, 
murid-Nya yang paling menonjol, atau bahkan, kepada ibu-Nya sendiri.

Cerita tentang Maria Magdalena begitu menarik sehingga diceritakan oleh keempat 
penulis Injil. Namanya selalu disebutkan pertama dalam penyebutan beberapa orang 
perempuan, kecuali pada peristiwa penyaliban, yang sudah sewajarnya kalau nama 
ibu Yesus disebutkan pertama. Nama Maria Magdalena muncul empat belas kali dalam 
Injil. Setiap penulis Injil juga menuliskan bahwa setelah bangkit, Yesus pertama 
kali menampakkan diri kepada Maria Magdalena.

Sayangnya, nama Maria Magdalena sering kali dihubungkan dengan pelanggaran 
susila. Orang-orang membicarakannya seakan-akan dia seorang perempuan tidak 
bermoral, seorang pelacur. Mungkin, pemikiran itu berasal dari Talmud Yahudi 
(kumpulan tulisan dari orang-orang Yahudi di abad pertama), yang menyatakan 
bahwa Magadan mempunyai reputasi yang tidak baik dan kota itu dimusnahkan karena 
kejahatan seks.

Titik kelemahan yang dipakai Iblis untuk memasuki kehidupan Maria tidaklah 
diketahui. Alkitab hanya menceritakan bahwa Iblis pernah menguasainya, bukan 
mengenai perbuatan asusila. Sebelum bertemu Yesus, hidup Maria bagaikan mimpi 
buruk yang menjemukan. Namun, hidupnya berubah menjadi berarti setelah bertemu 
Yesus. Pada pagi hari kebangkitan Yesus itu, kehidupan baru Maria di dalam 
Kristus mendapat tambahan dimensi lagi. Hubungan manusiawi dengan Gurunya telah 
berakhir, tetapi hubungan yang baru, yang rohani telah dimulai.

Pada hari Pentakosta, Maria mendapatkan jawaban untuk pertanyaannya mengapa 
Yesus tidak menyelamatkan diri-Nya dari kematian. Yesus bukan saja Tuhan, Ia 
juga Kristus, Juru Selamat, menurut khotbah Petrus yang penuh kuasa. Petrus 
kemudian menjelaskan kematian Kristus secara lebih luas. "Sebab juga Kristus 
telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang 
tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam 
keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh."

Allah meninggalkan Anak-Nya di kayu salib karena Ia mengasihi manusia. Ia ingin 
setiap orang yang percaya kepada Kristus memperoleh hidup yang kekal. Kristus 
naik ke surga, tetapi Roh Kudus-Nya diturunkan untuk menginsafkan dunia akan 
dosa, kebenaran, dan penghakiman, serta untuk menuntun orang kepada kebenaran 
Allah.

Roh Kudus yang sama juga telah menolong Maria untuk terus hidup dekat dengan 
Kristus. Ia memberikan kuasa kepada Maria untuk dapat bersaksi tentang Kristus. 
Maria juga mengalami apa yang ditulis Paulus kemudian, "Dan Kristus telah mati 
untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya 
sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka."

Sejak zaman Maria Magdalena itu, telah hidup jutaan perempuan lainnya, tetapi 
kebanyakan nama mereka telah dilupakan. Namun, nama Maria terus diingat. Ketika 
para ahli menemukan kota Magadan dua ribu tahun kemudian, kota itu mengingatkan 
mereka pada Maria Magdalena, dan berita itu sampai kepada pers internasional. 
Selama berabad-abad, para pujangga dan pelukis telah diilhami olehnya. Sebagai 
contoh adalah pelukis dari Flanders, Peter Paul Rubens, dalam lukisannya yang 
terkenal berjudul "Descent of The Cross".

Pertama-tama, cerita tentang Maria itu dipusatkan pada Yesus Kristus. Cerita itu 
menunjukkan kasih Tuhan kepada seseorang dan kuasa-Nya atas Iblis. Namun, cerita 
itu juga jelas menunjukkan perhatian-Nya kepada seorang perempuan. Cerita 
tentang Maria menggambarkan kenyataan bahwa Allah benar-benar menyediakan hak-
hak istimewa bagi kaum perempuan yang menyerahkan diri sepenuhnya kepada-Nya 
karena kasih dan rasa syukurnya.

Diringkas dari:
Judul asli buku: Her Name Is Women (Book 2)
Judul buku terjemahan: Ia Dinamai Perempuan
Judul bab: Maria Magdalena, Seorang Perempuan yang Berjalan di Garis Depan dalam Mengikut Tuhan Yesus
Penyunting: Ny. Pauline Tiendas dan Yosep Kurnia, S.S.
Penerbit: Yayasan Kalam Hidup, Bandung 2010.
Halaman: 272 -- 283


                     TAHUKAH ANDA: ARTI NAMA MARIA MAGDALENA
                          Dirangkum oleh: Berlin B.

Nama Maria berarti "masalah dan kesedihan". Kata "maria" muncul sebanyak 51 kali 
dalam Perjanjian Baru, dan itu diambil dari nama dalam Perjanjian Lama, yaitu 
Miriam atau Mara, yang berarti "pahit". Akar kata "maria" berasal dari gagasan 
tentang kesulitan atau kesedihan. Pada zaman Perjanjian Baru, nama Maria begitu 
umum karena itu adalah nama istri Herodes Agung. Karena itu, untuk membedakan 
Maria ini dari Maria-Maria yang lain, maka ditambahkan "Magdalena", yang 
menunjukkan bahwa ia dilahirkan di Magdala, sebuah kota yang terkenal dengan 
industri tekstilnya. Kata "Magdala" sendiri tampaknya berasal dari kata Ibrani 
"migdal," yang berarti "Menara" atau "benteng". Maria Magdalena kemungkinan 
memiliki hubungan tertentu dengan kota industri tersebut, yang memungkinkannya 
untuk mendukung pelayanan Yesus.

Dirangkum dari:

1. Chadwick, Patricia. "Mary Magdalene, Faithful Friend". Dalam 
   http://powertochange.com/experience/spiritual-growth/magdalene/
2. Burger, Gary C. MDiv. "What the Bible says about Mary Magdalene". Dalam 
   http://www.newmediaministries.org/DaVinciCode/MaryBible_S.html


Kontak: biografi(at)sabda.org
Redaksi: Berlin B., Sigit, dan S. Setyawati.
Berlangganan: subscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/Bio-Kristi/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org