Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/bio-kristi/91

Bio-Kristi edisi 91 (21-5-2012)

Ho Lukas Senduk

                           Buletin Elektronik
                    BIO-KRISTI (Biografi Kristiani)
__________________________Edisi 91, Mei 2012__________________________

DAFTAR ISI
KARYA: HO LUKAS SENDUK
SURAT ANDA: PAHLAWAN NASIONAL KRISTIANI DARI INDONESIA

Shalom,

Pada usia yang masih belia, tokoh Bio-Kristi kali ini telah
menyerahkan hidupnya bagi Yesus. Selama lebih dari 70 tahun
berikutnya, Pendeta Ho Lukas Senduk dipakai secara luar biasa oleh
Tuhan bagi Indonesia. Di dalam perjalanan hidupnya sejak era Belanda
hingga era Reformasi (tahun 2008), ia menggembalakan jutaan jemaat.

Di dalam kurun waktu pelayanan beliau yang panjang, tentu tidak
terlepas dari berbagai persoalan. Namun, seperti yang akan Anda simak,
Tuhan selalu memberi jalan keluar. Kiranya riwayat Pdt. H.L. Senduk
yang kami ulas kali ini, dapat membantu pembaca semakin mengenal salah
satu tokoh penting dalam sejarah gereja di Indonesia ini.

Staf Redaksi Bio-Kristi,
Kusuma Negara
< http://biokristi.sabda.org >

"Saya dulu selalu berpikir bahwa doa harus menempati urutan pertama
dan pengajaran pada urutan kedua. Sekarang saya merasa bahwa yang
lebih benar adalah menempatkan doa pada urutan pertama, kedua, dan
ketiga; sedangkan pengajaran pada urutan keempat."
James O. Fraser -- Misionaris

                        KARYA: HO LUKAS SENDUK
          (1917 -- 2008) Pengkhotbah, Pendiri Gereja, Pendeta

Pdt. Prof. Dr. Ho Lukas Senduk, yang lebih dikenal dengan sebutan H.L.
Senduk atau Oom Ho, dilahirkan di Ternate, 4 Agustus 1917 dengan nama
Ho Liong Seng. Dia adalah seorang hamba Tuhan dan pendiri Gereja
Bethel Indonesia.

Pdt. H.L. Senduk adalah anak pertama dari lima bersaudara, yaitu: Ho
Goat Go, Ho Goat Song, Ho Liong Hoat, dan Ho Liong Goan. Ia mengikuti
pendidikan Sekolah Dasar di HIS (Hollands Inlandsche School) dan
sekolah lanjutan tingkat pertama di MULO (Meer Uitgebreid Lager
Onderwijs) di Manado.

Ayah Pdt. Ho, Ho Koei Sioe (wafat tahun 1965), adalah seorang pedagang
berwarga negara Singapura, yang memulai usahanya di Ternate, kemudian
pindah ke Manado pada awal abad ke-20. Ayahnya menganut kepercayaan
Kong Hu Cu. Ia menjadi Kristen saat menjelang ajalnya. Ayahnya pernah
menjadi "kapitan", yaitu pemimpin para pedagang Tionghoa di Manado.
Ibunya, Tjan Oen Nio (Oemi, wafat tahun 1972), seorang Tionghoa yang
memiliki hubungan dengan kerajaan Ternate, juga seorang pemeluk Kong
Hu Cu. Pada masa tuanya, ia menjadi pengikut Yesus. Keadaan ekonomi
mereka cukup baik; mereka termasuk keluarga pertama yang memiliki
mobil di Manado.

Pada umur 16 tahun, Pdt. Ho merantau ke Ambon. Di sana, ia bekerja di
perusahaan minyak BPM (Batavsche Petroleum Maatschappij). Di sanalah,
ia menjadi pengikut Yesus. Ia dibaptiskan pada tanggal 19 April 1935.
Ia menjadi anggota Gereja Pantekosta (De Pinkster Gemeente in
Nederlandsche Indie).

Pada tahun 1936, ia memutuskan untuk belajar di Surabaya, di sekolah
Alkitab Netherlands Indies Bible Institute (NIBI). Di sana ia tinggal
di rumah gurunya, Pdt. Frans Gerald van Gessel. Setamat dari
pendidikan, tahun 1939, ia memutuskan untuk merintis jemaat di Banda
Neira, Maluku. Waktu itu, tahun 1937, Gereja Pantekosta berubah nama
menjadi "De Pinkster Kerk in Nederlandsch Indie". Setahun kemudian,
tahun 1940, ia kembali ke Surabaya. Sambil melayani, ia kembali
bekerja di perusahaan ekspor-impor "Borsumij". Tanggal 26 September
1940, ia menikah dengan Helen Theska (The Koan Nio, wafat tahun 1992).
Pada tahun itu juga perusahaannya memindahkan ia ke Jakarta.

Di Jakarta, ia bekerja di Borsumij sampai tahun 1942, dan berhenti
bersamaan dengan masuknya penjajah Jepang. Lalu dia melanjutkan mata
pencahariannya dengan menjadi pedagang kecil, yaitu menjual kacang,
limun, dan telur. Sementara itu, ia tetap terlibat dalam pelayanan di
jemaat, dalam bidang anak dan pemuda. Pada masa pendudukan Jepang,
Gereja Pantekosta berubah nama menjadi Gereja Pantekosta di Indonesia
(GPdI). Ia menjadi sekretaris pimpinan pusat (Badan Pengurus Umum)
GPdI ketika itu. Pada tahun 1945-1946, ia ditugaskan menggembalakan
jemaat Pantekosta di Tasikmalaya, Jawa Barat. Sekembalinya ke Jakarta,
ia tetap aktif dalam pelayanan jemaat. Pada tahun 1950, ia ditugaskan
menggembalakan jemaat GPdI di Petamburan, Jakarta. Pdt. Ho dan istri
dikaruniai tiga anak: Hanna Hosiany Senduk (1944), Steve Hosea Senduk
(1947), dan Inge Hosiany Senduk (1954). Mereka juga mengangkat Hadi
Satyagraha dan Yosia Satyagraha sebagai anak mereka.

Karena merasa tidak cocok dengan rekan kerja lainnya, pada tanggal
9-10 Agustus 1952, di Surabaya, Pdt. Ho dan beberapa rekannya
mendirikan Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS). Ia menjadi ketuanya
(Ketua Badan Penghubung) sejak tahun 1955.

Pada masa kepemimpinannya, GBIS menjadi anggota Dewan Gereja-gereja di
Indonesia (DGI, sekarang PGI). Bersamaan dengan itu, pada tahun 1952
ia membentuk Yayasan Bethel, yang bertugas sebagai pendukung kegiatan
gereja dalam pelayanan penginjilan, pendidikan teologi, pendidikan
umum, kesehatan, dan pelayanan sosial lainnya.

Bentuk-bentuk pelayanan tersebut antara lain: Kursus Sekolah Penginjil
Bethel (SPB) diselenggarakan sejak tanggal 7 April 1956, Sekolah
Pendidikan Guru Agama (Kristen) Protestan dimulai pada tahun 1968,
yang sempat berubah nama menjadi Sekolah Menengah Agama Kristen (SMAK)
dan kini bernama Sekolah Menengah Theologia Bethel (SMTB), dan Akademi
Theologia Bethel (ATB) pada tahun 1968. SPB, SPGA, dan ATB dikenal
sebagai Seminari Bethel (SB).

Selain berpelayanan dalam dunia pendidikan dan pelayanan gerejawi,
Pdt. Ho juga aktif di LAI (Lembaga Alkitab Indonesia), sebagai anggota
Badan Pengurus selama tahun 1966-1980. Ia merintis dan membangun kerja
sama dengan salah satu Gereja Pantekosta terbesar di Amerika mulai
tahun 1967, yaitu COG (Church of God) yang berpusat di Cleveland,
Tennessee, Amerika Serikat. Pendidikan sekolah lanjutan atas
diteruskannya melalui pendidikan jarak jauh, dan ia berhasil tamat
dari HBS/LOI (Hogere Buger School/Leid se Onderwijs Instelling) negeri
Belanda. Ia mengikuti kursus tertulis jurnalistik dan publisistik dari
Leiden dan Rotterdam negeri Belanda untuk mendukung program penerbitan
majalah Penyuluh. Setelah itu, ia meneruskan pendidikan perguruan
tingginya melalui studi jarak jauh di sekolah teologi "Americas Bible
College" dan "American Divinity School" Chicago, Amerika, dan
dianugerahi gelar D.D. (Doctor of Divinity) pada tahun 1968. Pada
tahun 1960-anlah, ia mengubah namanya menjadi Ho Lukas Senduk.

Jemaat "Eben Haezer" di Jl. Wahid Hasyim 67 Jakarta didirikan pada
tahun 1958, dulu disebut Jemaat "Asem Lama". Beberapa jemaat yang
didirikannya antara lain: Karang Anyar, Rangkasbitung, dan Sukabumi.

Pada 6 Oktober 1970, di Wisma Oikumene, Sukabumi, Jawa Barat, ia
bersama beberapa temannya mendirikan GBI (Gereja Bethel Indonesia)
karena tidak dapat bekerja sama dengan rekan-rekan lainnya. Pada tahun
1972, ia menjadi ketua Sidang Sinode II di Jakarta. Tugas ini
diembannya sampai tahun 1994, Sidang Sinode X GBI, di Jakarta.
Selanjutnya ia melayani sebagai Ketua Badan Pembina Rohani (BPR) GBI.

STE (Sekolah Theologia Extension) didirikannya pada tahun 1972, dan
dia menyediakan buku-buku pelajaran yang ditulisnya sendiri. Ia sempat
merintis jemaat baru di Vlaardingen, Belanda pada tahun 1975-1977.
Sekarang jemaat gereja itu dilayani oleh Dr. S.K. The, Rev. Adrian
Koppens dan Ir. Steve H. Senduk. Tahun 1981, Akademi Theologia Bethel
(ATB) mulai menyelenggarakan program Strata Satu, dan mengubah nama
menjadi Institut Theologia dan Keguruan Indonesia (ITKI) pada tahun
1983. Program Strata Dua dimulai pada tahun 1991. Seminari Bethel (SB)
pada tahun 1983 berubah nama menjadi Lembaga Pendidikan Theologia
Bethel Jakarta (LPTBJ). Ia turut membangun perumahan sederhana di
Tangerang pada tahun 1988 melalui YPK (Yayasan Pemukiman Kemanusiaan)
yang bekerja sama dengan HFHI (Habitat for Humanity International) di
Americus, Georgia, Amerika. Ia dipilih menjadi anggota Badan Pengurus
COG selama 1989-1992; untuk itu, ia harus berada di Cleveland selama
sebulan setiap tahun. Pada tahun 1990, ia mendapat gelar Profesor
Emeritus dari Sekolah Teologi COG. Tahun 1998, ia membuka pelayanan
pendidikan teologi jarak jauh melalui Sekolah Tinggi Teologi Terbuka
Nusantara.

Pada masa kepemimpinannya, GBI menjadi anggota Dewan Pantekosta
Indonesia (DPI), mendirikan Persekutuan Injili Indonesia (PII), dan
masuk anggota Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI).

Pdt. Ho berpulang ke Rumah Bapa pada tanggal 26 Februari 2008 dan
meninggalkan visi 10.000 gereja GBI bagi generasi berikutnya.

Diambil dari:
Nama situs: Gereja Bethel Indonesia Danau Bogor Raya
Alamat URL: http://dbr.gbi-bogor.org/wiki/Ho_Lukas_Senduk
Penulis: Tidak dicantumkan
Tanggal akses: 13 Maret 2012

        SURAT ANDA: PAHLAWAN NASIONAL KRISTIANI DARI INDONESIA

Beberapa surat yang masuk ke Redaksi Bio-Kristi berisi apresiasi dan
ucapan terima kasih atas artikel-artikel yang disajikan. Namun, di
antaranya juga ada yang memberikan usulan. Salah satunya adalah surat
berikut ini.

Dari: Gerrit < gerritxxx(at)xxx.com >

Saya sambut baik karya tulisan Sri Setyawati yang telah membuat suatu
biografi tentang Yos Sudarso. Jika saya boleh usulkan, buatlah suatu
kategori baru tentang "Pahlawan Nasional Kristiani dari Indonesia",
dan di dalamnya, perlihatkan bagaimana tokoh-tokoh Kristiani nasional
lainnya telah memberi sumbangan dalam perjuangan nasional RI. Saya
paling tertarik pada biografi yang bukan hanya mendaftarkan
kejadian-kejadian hidupnya, tetapi yang memberi inspirasi -- hal-hal
dari kehidupan mereka yang dapat menjadi sumber inspirasi bagi
generasi-generasi kaum Kristiani berikut. Terima kasih.

Redaksi: Terima kasih atas apresiasi dan masukan yang Pembaca berikan.
Tulisan tersebut adalah hasil rangkuman yang dilakukan oleh Sri
Setyawati. Kami akan berusaha untuk mencari informasi tentang
karya-karya para tokoh Kristiani di Indonesia dan membagikannya bagi
para pembaca Bio-Kristi. Namun, perlu saya sampaikan juga bahwa
beberapa pahlawan Kristen yang berjasa pun terkadang tidak diekspos
bagi publik, dengan demikian redaksi kami cukup lama dalam menyusun
tulisan yang lengkap tentang seorang tokoh Kristiani, khususnya di
Indonesia. Namun demikian, kami akan terus berupaya.

Sekali lagi, kami mengucapkan terima kasih untuk saran Pembaca. Tidak
lupa, kami juga mengundang Anda untuk bergabung dengan komunitas kami
di Facebook Bio-Kristi untuk membahas tentang biografi tokoh bersama
para Sahabat Bio-Kristi yang lainnya. Alamatnya:
http://www.facebook.com/sabdabiokristi. Atas partisipasi Pembaca, kami
mengucapkan terima kasih.

Kontak: < biokristi(at)sabda.org >
Redaksi: Sri Setyawati, Kusuma Negara, dan Yonathan Sigit P.
(c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/biokristi >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org