Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/bio-kristi/102

Bio-Kristi edisi 102 (5-11-2012)

Sam Ratulangi

                           Buletin Elektronik
                    BIO-KRISTI (Biografi Kristiani)
_______________________Edisi 102, November 2012_______________________

DAFTAR ISI
RIWAYAT: SAM RATULANGI
TAHUKAH ANDA: PENGGERAK GEREJA KEBANGSAAN

Salam sejahtera,

Sebagai bangsa yang besar, Indonesia sangat menghargai jasa para
pahlawan yang telah gugur dalam membela dan menggerakkan semangat
kemerdekaan. Dalam meraih kemerdekaan negeri ini, tidak sedikit darah
pengorbanan yang tercurah untuk meraih mimpi tersebut. Sebagai bangsa
Indonesia, tentunya kita wajib mengenang dan melanjutkan perjuangan
para pahlawan dalam meneruskan cita-cita bangsa.

Dalam edisi kali ini, Bio-Kristi mengangkat biografi salah satu
pahlawan nasional bernama Sam Ratulangi. Dalam edisi ini juga, Anda
dapat membaca tentang sisi spiritual yang menjadi salah satu penggerak
berdirinya Kerapatan Gereja Protestan Minahasa, yang disingkat menjadi
KGPM. Selamat membaca.

Staf Redaksi Bio-Kristi,
Yonathan Sigit P.
< http://biokristi.sabda.org >

"Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah
untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah
kesejahteraanmu." (Yeremia 29:7)

                         RIWAYAT: SAM RATULANGI
              (1890 -- 1949) Pahlawan Nasional, Politikus
                     Dirangkum oleh: Sri Setyawati

Dr. Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi atau lebih dikenal dengan
nama Sam Ratulangi (lahir di Tondano, Sulawesi Utara, 5 November 1890
dan meninggal di Jakarta, 30 Juni 1949) adalah salah seorang politikus
dan pahlawan nasional Indonesia. Sam Ratulangi juga sering
disebut-sebut sebagai tokoh multidimensional. Filsafatnya yang
berbunyi, "Si tou timou tumou tou" -- manusia baru dapat disebut
sebagai manusia, jika sudah dapat memanusiakan manusia -- sangat
terkenal hingga sekarang.

Sam Ratulangi adalah anak lelaki satu-satunya dari tiga bersaudara,
yang merupakan buah cinta pasangan Jozias Ratulangi dan Agustina --
putri dari Mayoor Gerungan. Ayah Sam adalah seorang guru yang sangat
cerdas. Oleh karenanya, ia dikirim ke Belanda untuk mendapatkan
pendidikan lanjutan. Setelah memperoleh Ijazah Hoofdakte, Jozias
kembali ke tanah air dan menjadi kepala sekolah di Hoofdenschool,
sekolah untuk anak-anak bangsawan atau raja-raja.

Sam mengenyam pendidikan dasar di Sekolah Dasar Belanda (Europeesche
Lagere School) di Tondano dan melanjutkan ke Sekolah Menengah
(Hoofdenschool) di sana. Setelah menamatkan pendidikannya di Hoofden
School, Sam kemudian meninggalkan tanah kelahirannya untuk belajar di
Indische Artsenschool (Sekolah Dokter Hindia) di Jakarta. Namun,
setibanya di Jakarta, ia mengurungkan niatnya untuk masuk ke sekolah
dokter dan lebih memilih untuk belajar di Koningin Wilhelmina School
(Sekolah Teknik) dan tinggal di asrama "Beck Volten". Empat tahun
kemudian ia berhasil menamatkan pendidikannya dengan nilai gemilang.
Latar belakang pendidikannya itu membuka kesempatan baginya untuk
bekerja sebagai ahli teknik mesin di daerah Priangan Selatan, dan
terlibat dalam proyek pembuatan jalan kereta api dari Garut ke
selatan, melalui Rawah Lakbok ke Maos hingga ke Cilacap.

Saat itu, Sam merasakan diskriminasi ras yang dilakukan oleh Belanda.
Meskipun orang-orang Indonesia bekerja lebih baik dan lebih pintar,
gajinya lebih rendah dibandingkan orang-orang yang memiliki nama
kebelanda-belandaan. Bahkan, mereka juga mendapatkan fasilitas
penginapan yang lebih baik daripada orang-orang Indonesia. Hal ini
membuat Sam terpacu untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi.

Setelah proyek pembuatan jalan kereta api tersebut selesai, Sam
melanjutkan studinya ke Vrije Universiteit van Amsterdam, Belanda.
Pada tahun 1914, ia dipercaya menjadi Ketua Perhimpunan Mahasiswa
Indonesia di Belanda. Di Belanda, Sam berhasil meraih gelar diploma
seperti: Hulpacte guru (1914), Middelbare Acte Wiskunde dan Middelbare
Acte Opvoedkunde (1915), gelar Doktor der Natur-Philosophie (Dr.Phil.)
di Zuerich, Schweiz (1919), dan Wis en Natuurkunde (Ilmu Pasti dan
Alam).

Setelah cukup lama tinggal di Belanda, Sam memperistri seorang wanita
Belanda, Dr. Suze Houtman. Ia seorang psikiater. Dalam pernikahan
mereka, Tuhan mengaruniakan 2 orang anak -- Oddi dan Zus. Namun
sayang, pernikahan mereka tidak bertahan lama dan berakhir dengan
perceraian, sementara hak pengasuhan anak jatuh ke tangan Sam. Untuk
mencukupi kebutuhan hidup, Sam bekerja sebagai wartawan. Dan, sebagai
seorang ayah, Sam menyadari pentingnya kasih seorang ibu untuk
anak-anaknya. Oleh karena itu, dia memutuskan untuk menikah lagi
dengan seorang wanita putri pasangan Jan Nicolaas Tambayong dan
Fransina Everdina Lefrandt, Maria Catharina Josephine `Tjen`
Tambajong. Dari pernikahannya yang kedua, Sam dianugerahi 3 orang
putri.

Perjalanan Karier

Setelah kembali ke tanah air, Sam diangkat menjadi guru Algemene
Middlebare School (AMS) di Yogyakarta oleh pemerintah Hindia Belanda.
Akan tetapi, pekerjaannya ini terpaksa ditinggalkannya karena berbagai
pertimbangan; salah satunya karena Zentgraaf, pemimpin surat kabar
Belanda "Het Niews van den Dag", tidak terima anak-anak Belanda diajar
oleh orang Indonesia. Setelah meletakkan jabatannya sebagai guru, Sam
berangkat ke Bandung dan mendirikan Maskapai Assuransi Indonesia. Pada
tahun 1927, Sam Ratulangi dipilih oleh rakyat Minahasa sebagai anggota
Volksraad (DPR) di Batavia. Kemudian, Sam kembali ke Minahasa dan
bekerja sebagai sekretaris Minahasa Raad atau Dewan Minahasa. Di sana,
ia memperjuangkan penghapusan "Herendiensten", kerja paksa tanpa upah,
yang dikenakan kepada setiap orang yang tinggal di Minahasa.
Perjuangannya tidak sia-sia, tidak lama setelah tuntutannya diserukan,
pemerintah Belanda akhirnya menghapuskan kerja paksa di Minahasa.
Selain itu, Sam juga mengurus dan mengantar para transmigran dari
daerah sekitar Danau Tondano ke Minahasa Selatan dan ke daerah
Modoinding dan Dumoga, sehingga mereka mendapat kehidupan baru. Lalu,
pada tahun 1932, Sam sekeluarga kembali ke Jakarta dan mendirikan VIA
(Vereniging van Indonesiche Academici) -- perkumpulan yang
beranggotakan kaum cendekiawan bangsa Indonesia, para dokter,
insinyur, ahli hukum, dan anggota Volksraad. Dalam sebuah pertemuan
VIA, para pengurus juga pernah mengundang Presiden Quezon beserta
istri dari Filipina. Beberapa waktu setelah peristiwa itu, Sam dituduh
melakukan penggelapan uang karena ia tidak memeriksa dengan teliti
dana anggaran dalam sebuah deklarasi. Alhasil, ia dimasukkan ke dalam
penjara selama 4 bulan dan selama 3 tahun tidak diperbolehkan menjadi
anggota Volksraad. Namun, hal itu tidak menyurutkan semangat juang Sam
di bumi Indonesia.

Setelah bebas, Sam Ratulangi kembali menjalani hidup untuk
memperjuangkan pembangunan Indonesia. Sam juga pernah menjabat sebagai
Gubernur Sulawesi yang pertama. Selain berkiprah di dunia politik, Sam
juga menghasilkan karya tulis antara lain: "Kurven-Systeme in
Volstaendigen Figuren" (1917), "De Meetkunde voor Euclides" buat
Natuurwetenschappelijk Congres (1920), "Een Methode voor het grafisch
teekenen van 2e graadscurven" (1922), "Indonesia in de Pacific"
(1937), dan "De Pacific" (1938). Selain itu, ia juga membuat banyak
tulisan lain dalam mingguan seperti "Peninjauan", 1934 dan "Nationale
Commentaren" (1938 -- 1942).

Dan, sebagai seorang yang aktif berpolitik, Sam pernah menjabat
beberapa posisi penting dalam organisasi, seperti:

a. Ketua "Indische Vereeniging" di Amsterdam (1914 -- 1915). Ini
   adalah organisasi mahasiswa di Belanda, yang kemudian berubah
   menjadi "Perhimpunan Indonesia" dengan azas tujuan Kemerdekaan
   Bangsa Indonesia.
b. Ketua "Association d’Etudiants Asiatique" di Zurich (1915 -- 1916).
   Dalam organisasi ini tergabung mahasiswa-mahasiswa dari Korea,
   Jepang, Muangthai, India, Indonesia, dan negara-negara lain di
   Asia.
c. Ketua Partai Politik "Persatuan Minahasa", yang menjadi anggota
   dari federasi "GAPI" yang berhubungan erat dengan partai-partai
   politik nasional lainnya.
d. Ketua "Vereeniging van Indonesische Academici" (V.I.A), yakni
   Persatuan para Akademisi Indonesia, yang bertujuan untuk
   mempersatukan para sarjana dan kaum cendekiawan dari negara-negara
   di Asia Tenggara.
e. Sekretaris "Dewan Minahasa" (1924 -- 1928).
f. Anggota "Dewan Rakyat" (Volksraad en College van Gedelegerden),
   dengan pidato-pidatonya yang mengecam politik kolonial Belanda
   (1927 -- 1937).
g. Anggota "Nationale Fractie" dari Dewan Rakyat yang menuntut
   penghapusan segala perbedaan politik, ekonomi, dan intelektual.
h. Anggota redaksi surat kabar mingguan "Peninjauan" (1934).
i. Anggota pengurus "GAPI" (Gabungan Politik Indonesia), yang tujuan
   mempersatukan semua partai politik di Indonesia.
j. Direktur redaksi majalah politik "Nationale Commentaren"
   (1938 -- 1942).
k. Pendiri, sekaligus ketua, dari perkumpulan "Sumber Darah Rakyat"
   (SUDARA) (1944 -- 1945).
l. Pemimpin misi Sulawesi yang berangkat ke Jakarta pada bulan Agustus
   1945 untuk turut menghadiri rapat-rapat Panitia Persiapan
   Kemerdekaan Indonesia yang sedang berlangsung di Jakarta, serta
   untuk menghadiri pengesahan dan pengumuman UUD 1945, dan Pendirian
   Negara Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945.
m. Tanggal 22 Agustus 1945, Sam diangkat menjadi Gubernur Selebes oleh
   Presiden Republik Indonesia Ir. Soekarno (1945 -- 1946).
n. Pelopor pengadaan Petisi kepada PBB yang ditandatangani oleh
   ratusan pemuka rakyat Sulawesi Selatan, untuk mempertahankan daerah
   Sulawesi sebagai bagian mutlak dari negara RI.
o. Pembentuk "Partai Kemerdekaan Irian" dari belakang layar yang
   diketuai oleh Silas Papare (1947).

p. Penasihat Pemerintah RI dan anggota delegasi RI dalam perundingan
   dengan Pemerintah Belanda (1948 -- 1949).

Sam juga banyak berkecimpung dalam organisasi sosial/ekonomi, misalnya
guru STM di Yogyakarta (1919 -- 1922), direktur Maskapai Asuransi
"Indonesia" di Bandung (1922 -- 1924), ketua penasihat perkumpulan
buruh "Vereeniging van Onder - Officieren B bij de K. P. M. (VOOB) --
suatu organisasi calon nakhoda Indonesia yang bekerja pada Koninklijke
Paketvaart Maatschappij (KPM), ketua Studiebeurs "Minahasa", pengurus
"Persatuan Perkumpulan Radio Ketimuran", ikut mendirikan "Serikat
Penanaman Kelapa Indonesia" (1939), dan organisasi "Ibunda Irian" di
belakang layar. Selain itu, dalam upaya mempersatukan seluruh
Indonesia, Sam bersama Mr. I Gusti Ketut Puja, Ir. Pangeran Muhammad
Noor, Dr. T.S.T. Diapari, W.S.T. Pondang, dan Sukardjo Wirjopranoto,
mengeluarkan pernyataan yang dikenal dengan "Manifes Ratulangi" yang
berisi seruan kepada para pemimpin Indonesia bagian Timur, untuk
menentang setiap usaha yang bertujuan memisahkan Indonesia bagian
Timur dari NKRI. Karena sikapnya yang sangat tegas dan vokal, Sam
sering ditangkap oleh pemerintah Belanda dan diasingkan dari
keluarganya. Namun, hal itu tidak menyurutkan semangat patriotik dalam
dirinya. Sayangnya, perjuangannya harus berakhir karena adanya
penyakit yang menyerang tubuhnya. Pada tanggal 30 Juni 1949, Sam
meninggal dunia karena penyakitnya saat ia masih menjadi tawanan
musuh. Ia dimakamkan di Tondano. Untuk menghargai jiwa nasionalismenya
yang tinggi, namanya diabadikan sebagai nama bandar udara di Manado,
Bandara Sam Ratulangi, dan Universitas Negeri di Sulawesi Utara,
Universitas Sam Ratulangi.

Selain itu, Sam juga memperoleh beberapa penghargaan sebagai berikut.
- Bintang Maha Putera Tingkat I
- Tanda Penghormatan Satya Lencana Perintis Pergerakan Kemerdekaan
- Tanda Jasa Pahlawan
- Piagam Tanda Kehormatan Dewan Pers
- Piagam Untuk Para Keluarga Pahlawan
- Pahlawan Nasional

Dirangkum dari:
1. ________. "Sam Ratulangi". Dalam
   http://id.wikipedia.org/wiki/Sam_Ratulangi
2. Triyudha. "Her Story - Ibu M.C.J. Ratulangie -Tambayong". Dalam
   http://gssjratulangie.multiply.com/journal
3. ________. "Riwayat Hidup Dr. G.S.S.J. Ratu-Langie". Dalam
   http://laniratulangi.wordpress.com/2009/08/24/23/
4. ________. "Pahlawan Termasyur dari Minahasa". Dalam
   http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/295-pahlawan/
   685-pahlawan-termasyur-dari-minahasa

               TAHUKAH ANDA: PENGGERAK GEREJA KEBANGSAAN

Sam Ratulangi adalah orang Kristen yang memiliki rasa kebangsaan yang
cukup tinggi. Bahkan, rasa nasionalismenya tersebut dibawanya ke
lingkup gereja. Sam Ratulangi menjadi salah satu motor penggerak
terbentuknya gereja baru, yang disebut Kerapatan Gereja Protestan
Minahasa, yang disingkat menjadi KGPM. Sam memberi sumbangsih pada
tercetusnya semboyan gereja ini yang berbunyi, "Yesus Kristus dalam
kebangsaan, kebangsaan dalam Yesus Kristus." KGPM juga mengubah
beberapa istilah yang terkait dengan istilah gerejawi, misalnya tidak
menggunakan istilah "pendeta" yang diambil dari bahasa Sansekerta yang
berarti "orang terpelajar" atau "orang yang mempelajari kitab-kitab
suci", tetapi menggunakan istilah "gembala", sebagai terjemahan
langsung dari kata "pastor" (dari bahasa Latin dan Inggris). KGPM juga
menata dirinya sebagai gereja yang kongregasional. Artinya, setiap
jemaat berdiri secara mandiri, mendanai dirinya sendiri, mengembangkan
dirinya dengan seluruh dayanya sendiri. Bahkan, kata "kerapatan"
sendiri diambil sebagai terjemahan untuk kata "congregation" atau
"fellowship" atau "kumpulan". Dengan demikian, kata "kerapatan" terasa
lebih mendekatkan jemaat satu sama lain, sehingga lebih mencerminkan
semangat yang dikandung dalam kata "fellowship", yang biasanya
diterjemahkan menjadi "persekutuan".

Sumber:
http://www.gkigi.com/index.php?option=com_content&view=article&id=54%3
Acatatan-perjalanan-di-sulawesi-4&catid=1%3Aartikel-
kristiani&Itemid=59&cal_offset=8p

Kontak: < biokristi(at)sabda.org >
Redaksi: Sri Setyawati, Kusuma Negara, dan Yonathan Sigit P.
Tim Editor: Davida Welni Dana, Berlian Sri Marmadi, dan
         Santi Titik Lestari
(c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/biokristi >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org