Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/berita_pesta/118

Berita PESTA edisi 118 (26-4-2017)

April 2017

Berita PESTA -- Edisi 118, April 2017
 
SABDA PESTA
Berita PESTA -- Edisi 118, April 2017

DAFTAR ISI

 
EDITORIAL

Salam damai sejahtera,

Kami bersyukur kepada Allah yang telah menyertai tim pelayanan PESTA pada kuartal I 2017. Segala keberhasilan yang dicapai adalah berkat pertolongan Tuhan. Salah satu pencapaian yang penting adalah penyelesaian situs Moodle e-Learning PESTA. Informasi mengenai hal tersebut dapat Anda simak dalam kolom Berita PESTA. Selain itu, Anda juga dapat menyimak beberapa informasi kegiatan PESTA dan kesaksian peserta yang telah lulus dari kelas DIK Januari/Februari 2017.

Pada bulan yang hikmat ini, seluruh pengurus dan redaksi Berita PESTA juga mengucapkan "Selamat Paskah bagi seluruh pembaca Berita PESTA." Kiranya kita semua akan semakin memiliki hidup yang bersyukur atas anugerah keselamatan yang kita terima. Karena pengorbanan Kristus, maka kita diselamatkan dari hukuman kekal dan dapat didamaikan dengan Allah. Selamat membaca sajian kami. Solus Christus!

Pemimpin Redaksi Berita PESTA,
Amidya

Amidya
Situs PESTA

 
BERITA PESTA & POKOK DOA

1. Penyelesaian Moodle e-Learning PESTA

Moodle PESTA

Kami sungguh bersyukur kepada Tuhan! Memasuki kuartal II, salah satu proyek PESTA dapat diselesaikan dengan baik, yaitu situs Moodle e-Learning PESTA. Dengan situs ini, kami berharap setiap pendaftar kelas PESTA dapat mengunduh modul sendiri dan mengerjakan tugas di situs tersebut dengan akun pribadi, serta memperoleh nilai tugas dengan lebih cepat. Kiranya pelaksanaan technological digital learning centre dapat dikelola dengan lebih baik sesuai dengan konteks zaman ini. Doakan supaya seluruh pendaftar dan moderator dapat beradaptasi menggunakan situs ini dengan baik dalam implementasinya. Doakan juga, kiranya Tuhan menambahkan generasi digital untuk ikut bergabung belajar, bergumul, dan bertumbuh dalam pengajaran yang berdasarkan kebenaran Alkitab melalui PESTA. Segala hormat bagi Tuhan!

2. Pendaftaran Kelas Guru Sekolah Minggu Mei/Juni 2017

Kelas GSM

Pada Mei/Juni 2017, PESTA akan kembali membuka kelas Guru Sekolah Minggu (GSM). Kelas ini bertujuan untuk membekali guru-guru sekolah minggu agar mampu melayani anak-anak secara efektif sesuai kebenaran firman Tuhan. Kelas diskusi ini akan mempelajari Visi dan Misi Sekolah Minggu, Kriteria Guru Sekolah Minggu, Pengenalan Anak-Anak, Hakikat Mengajar, Teknik Memimpin Ibadah Sekolah Minggu, dan Administrasi Sekolah Minggu. Semua pokok bahasan tersebut sangat penting membekali setiap pelayan anak. Apakah Anda tertarik untuk bergabung? Silakan segera daftarkan diri Anda kepada Kusuma dengan mengirimkan email ke < kusuma@in-christ.net > dengan subjek [DAFTAR - KELAS GSM]. Jangan lupa ajak para pelayan anak yang Anda kenal untuk bergabung dalam kelas ini. Mari menikmati pembelajaran daring bersama PESTA.

3. Unduh Audio Artikel Publikasi Berita PESTA

Unduh Audio

Memasuki tahun 2017, artikel publikasi Berita PESTA telah dilengkapi dengan format Audio MP3. Anda dapat mengunduh setiap audio dalam kolom Artikel Berita PESTA dengan cara mengeklik "Download Audio". Di situs PESTA, Anda juga bisa mengunduh beberapa artikel lain yang sudah dilengkapi dengan audio. Semuanya dapat Anda unduh secara gratis. Bagikanlah informasi ini kepada rekan-rekan Anda yang lain.

 
ARTIKEL: KEMATIAN YANG BERKARYA

Kematian Kristus tidak sekadar menggantikan orang berdosa, tetapi sekaligus kematian pengganti yang mengaryakan pendamaian manusia dengan Allah. Rasul Petrus meringkasnya dengan sangat baik bahwa "Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah" (1 Petrus 3:18). Apakah yang dimaksud dengan "membawa kita kepada Allah?."

1. Pendamaian (Reconciliation)

Rekonsiliasi

J. Walvoord mendefinisikan pendamaian sebagai tindakan pendamaian, dalam keselamatan seorang yang percaya kepada Kristus, adalah penerapan kematian Kristus kepada orang itu oleh kuasa Roh, yang mengubah statusnya dari orang yang dimurkai Allah menjadi orang yang diterima sepenuhnya oleh Allah. Hal ini mendamaikan manusia kepada Allah dengan mengangkat manusia sampai pada derajat Allah secara moral. Oleh karena itu, artinya jauh lebih dalam daripada pendamaian antarmanusia yang keselarasan antara kedua pihak yang bermusuhan itu sering dicapai melalui kompromi.

Karena manusia memberontak kepada Allah, ia menjadi musuh-Nya. Alkitab jelas mengisahkan bahwa, "Tuhan Allah mengusir manusia dari taman Eden supaya ia mengusahakan tanah dari mana ia diambil. Ia menghalau manusia itu dan di sebelah timur taman Eden ditempatkan-Nyalah beberapa kerub dengan pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar, untuk menjaga jalan ke pohon kehidupan" (Kejadian 3:23-24). Manusia tidak hanya dihalau, tetapi untuk menemukan jalan kembali pun dihalangi. Sejak itu, selalu ada penghalang antara manusia dan Allah. Rasul Paulus dalam suratnya memberitahukan kepada jemaat Kolose, "Kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhi-Nya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat, sekarang diperdamaikan-Nya, di dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematian-Nya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak bercacat di hadapan-Nya" (Kolose 1:21-22); kebenaran yang sama dikemukakannya dalam surat Roma, "Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya" (Roma 5:10). Ayat-ayat ini memberitahukan kepada kita dua hal sekaligus: kita adalah seteru Allah dan Kristus menyelesaikannya bagi kita. Karena itu, pendamaian berarti penghapusan perseteruan antara dua pihak yang berselisih, dan itu dilakukan dengan kematian Kristus. Karenanya, Kristus adalah "damai sejahtera kita" (Efesus 2:14).

2. Peredam Murka Allah/Jalan Pendamaian (Propitiation)

Sarana pendamaian ini dijelaskan dengan lebih terang lagi dalam istilah lain yang erat hubungannya dengan pendamaian (reconciliation), yaitu propitiation.

Propitiations

Kata "pendamaian" atau "jalan pendamaian" muncul tiga kali: Roma 3:25; 1Yohanes 2:2, 4:10. Pendamaian berarti "appeasing an offended person by meeting his demands for the removal of the offence, and as a result enabling the offender to win back his favour." Walvoord mendefinisikannya "kepuasan dari seluruh tuntutan Allah yang adil mengenai hukuman atas orang berdosa melalui tindakan penebusan oleh kematian Kristus. Jadi, di sini dimaksudkan terhadap Allah". Memahami Allah hanya dari segi kebaikan, kasih, dan penyayang akan membawa kita kepada pengenalan yang keliru tentang Dia. Alkitab menekankan juga akan "murka dan kepanasan amarah-Nya" (Ulangan 29:23) dan "Allah yang murka setiap saat" (Mazmur 7:12). Dan, kemarahan itu disebabkan karena dosa dan ketidaktaatan (Roma 1:18; Efesus 5:6). A.W. Pink menuliskan bahwa, There are more references to the anger, fury and wrath of God than there are to his love and tenderness.

Walaupun begitu, murka dan amarah Allah bukanlah kemarahan sembrono, melainkan kemarahan dan murka yang adil, pantas, benar, dan kudus sebagai reaksi-Nya terhadap dosa. Esensi tindakan Allah dalam murka-Nya adalah memberikan kepada manusia apa yang mereka pilih sendiri, dalam segala implikasinya: tidak lebih dan tidak kurang. Apa yang Kristus lakukan dengan kematian-Nya tidak lain adalah menjadi jalan pendamaian, yaitu dengan memberi diri-Nya menerima murka Allah terhadap dosa-dosa manusia sehingga Allah dipuaskan, dan dapat kembali berkenan kepada manusia.

3. Tebusan (Ransom) dan Penebusan (Redemption)

Dosa tidak hanya membawa manusia terbuang dari hadapan Allah dan ada di bawah murka-Nya, tetapi juga membawa manusia masuk ke dalam perbudakan dosa (Yohanes 8:34; Roma 6:16, 7:23), bahkan ada di bawah perbudakan Iblis sendiri (Efesus 2:1-3; 2Timotius 2:26). Hal ini tidak memberi manusia kelonggaran untuk berdosa, sebagaimana yang diungkapkan oleh John Calvin bahwa, They do nothing by constraint but are inclined with their whole heart to that to which Satan drives them. The result is that their captivity is voluntary.

Redemption

Hanya dengan menyadari posisi sedemikian, orang berdosa dapat memahami dan menghargai kata "tebusan" dan "penebusan" yang dikaryakan Kristus melalui kematian-Nya. Tebusan adalah harga yang dibayar untuk melepaskan tawanan, sedangkan penebusan adalah membebaskan tawanan dengan membayar tebusan. Inilah yang Yesus maksudkan ketika Ia katakan bahwa maksud kedatangan-Nya adalah memberikan nyawa-Nya bagi tebusan banyak orang (Markus 10:45). Ia membayar harga tebusan kepada keadilan Allah dengan kehidupan-Nya supaya kita dapat dibebaskan.

Walvoord mendefinisikan tebusan sebagai "harga yang dibayar oleh Kristus kepada Allah dalam memberikan penyelesaian perkara sehingga Allah merasa puas. Sementara penebusan berarti pembayaran harga yang dituntut oleh Allah yang suci bagi kelepasan orang percaya dari penindasan dan beban dosa. Pembayaran ini menyebabkan orang berdosa dibebaskan dari hukuman dan perbudakan dosa". Dengan demikian, baik tebusan maupun penebusan dicapai melalui pembayaran nyawa Kristus sendiri.

Rasul Petrus menuliskan, "Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus, yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat" (1Petrus 1:18-19). Dalam benak Petrus, Ia sedang mengingat perayaan Paskah tahunan, di mana seekor domba dibunuh dan dimakan untuk mengingat cara Allah melepaskan mereka dari perbudakan di Mesir selama 400 tahun. Gambaran yang sama akan muncul dalam benak para pembaca Yahudi. Yesus yang tanpa cacat mencurahkan darah-Nya untuk melepaskan orang lain dari penawanan dan perbudakan dosa. Dalam konsep inilah, Yohanes Pembaptis berkata, "Lihatlah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia" (Yohanes 1:29). Lebih dari itu, penebusan melalui kematian Yesus juga mendatangkan kebaikan lainnya, yaitu pengampunan dosa. Manusia sebagai orang berdosa menerima pengampunan Allah sehingga ia dilepaskan dari bebannya untuk memulai suatu hidup baru.

4. Pembenaran (Justification)

Justification

Hukum Allah mempunyai tuntutan ganda terhadap manusia: pertama, sebagai ciptaan manusia harus taat sepenuhnya. Untuk itu, kita harus mengerti terlebih dahulu bahwa pembenaran merupakan istilah forensik. Istilah ini digunakan dalam pengadilan sebagai hasil akhir suatu pengadilan. Istilah tersebut merupakan suatu deklarasi hakim tentang terdakwa sebagai "tidak bersalah". Dengan demikian, dinyatakan benar oleh Allah berarti seakan-akan dalam pengadilan Allah menyatakan terdakwa tidak berbuat pelanggaran apa pun terhadap hukum-Nya yang kudus, sempurna, benar, dan baik. Dari pemahaman demikian, tidak satu manusia pun akan kedapatan benar di hadapan Allah karena setiap manusia adalah pelanggar hukum Allah, dan karenanya ada di bawah kutuk dan penghukuman Allah (Mazmur 1:5). Apa yang manusia dapat lakukan untuk melepaskan diri dari hukum dan murka Allah tersebut? Dengan memelihara hukum Allah? Paulus menjawab, "tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat" (Galatia 2:16). Menghadapi pelanggaran kita terhadap hukum-Nya, kita tidak mempunyai jalan apa pun, selain menunggu hukuman yang akan Allah timpakan kepada kita. Dalam kondisi seperti ini, Allah menganugerahkan Kristus kepada kita. Sebagai manusia, Ia dilahirkan "takluk di bawah hukum Taurat" dan dengan sempurna Ia menaati perintah Allah (Yohanes 4:34, 8:29), bahkan sampai mati-Nya (Filipi 2:8). Dalam kematian-Nya, Ia "menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita" (Galatia 3:13). Dengan demikian, dalam kematian-Nya dosa umat-Nya telah dihakimi (Roma 3:23-26) dan hukuman serta kutuk karena ketidaktaatan kita telah ditanggung-Nya di kayu salib bagi kita. Ia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah" (2Korintus 5:21).

Kedua, karena pembenaran kita oleh Allah bukanlah sekadar Allah mengabaikan kesalahan kita, maka kebutuhan kita akan pembenaran hanya mungkin diberikan kepada kita jika kita memiliki kebenaran (righteousness) dan kekudusan karakter yang sempurna. Dalam hal inilah, anugerah yang besar telah kita terima. Ketaatan penuh, kesempurnaan dalam memelihara Taurat, dan kebenaran Kristus di mata hukum Allah dijadikan milik kita melalui iman kita kepada-Nya (1Korintus 1:30; Filipi 3:9).

Dalam membenarkan orang berdosa dalam Kristus, Allah bertindak dengan adil karena Ia tidak mengabaikan sama sekali dosa yang ada (Roma 3:25). Ia menghakimi dosa tersebut dan menghukumnya, dan itulah yang Kristus pikul dalam kematian-Nya di atas kayu salib. Allah hanya menerima orang berdosa atas dasar kebenaran sempurna yang ada pada Kristus, yang diberikan kepada orang berdosa dalam kesatuannya dengan Kristus karena imannya kepada Kristus.

Download Audio

Sumber asli:
Nama buku : Jurnal Pelita Zaman Volume 7 No. 1 Tahun 1992
Judul artikel : Kematian yang Berkarya
Penulis artikel : Yohan Candawasa
Diambil dari:
Nama situs : Alkitab SABDA
Alamat situs : http://alkitab.sabda.org/resource.php?topic=291&res=jpz
Judul asli artikel : Kematian yang Berkarya
Penulis artikel : Yohan Candawasa
Tanggal akses : 5 Maret 2017
 
KESAKSIAN PESTA: KESAKSIAN PESERTA KELAS DIK JANUARI/FEBRUARI 2017

1. Bapak Semion T. Agung (Sendawar -- Kalimantan Timur)

Semion "Jauh sebelum mengikuti kelas DIK, saya sudah terlebih dahulu membaca Modul DIK. Setelah mengikuti diskusinya, saya jadi semakin bersemangat untuk belajar. Pendapat dan jawaban dari para peserta lain juga sangat melengkapi topik diskusi yang diberikan oleh moderator. Terima kasih PESTA. Semoga semakin banyak orang Kristen yang mengikuti kelas ini."

2. Sdr. Japri Novendi (Batam -- Kepulauan Riau)

Japri Novendi "Mengikuti kelas DIK menjadi anugerah tersendiri bagi saya. Saya lahir dari keluarga non-Kristen. Di sela-sela kesibukan yang saya alami, saya sering mencari teman untuk berdiskusi dan mencari lebih banyak tentang kekristenan. Dengan mengikuti kelas ini, saya semakin diteguhkan dan saya merasa nyaman untuk belajar firman Tuhan. Program pelayanan PESTA sangat bermanfaat, saya harap semakin banyak orang yang mengikuti kelas ini."

3. Sdr. Yosia Reza (Merauke -- Papua)

Yosia Reza "Saya sesungguhnya lahir dari keluarga non-Kristen. Akan tetapi, saya sungguh bersyukur karena pada akhirnya saya dan mama saya menjadi percaya kepada Yesus. Setelah percaya, saya merasa lapar dan haus akan firman Tuhan dan ingin lebih mengenal Tuhan. Saya sungguh bersyukur mengikuti kelas PESTA DIK. Saya sungguh merasakan bahwa saya sedang belajar untuk mengenal Tuhan, dan di akhir kelas saya merasa bahwa saya sedang bertumbuh dan ingin selalu bertumbuh di dalam Yesus. Terima kasih SABDA yang sudah menyediakan kelas PESTA, saya sungguh terberkati dan membuat saya ingin selalu mengenal Tuhan."

4. Sdr. Sony Siswato (Probolinggo -- Jawa Timur)

Sony Siswanto "Mengikuti kelas DIK membuat saya lebih bersemangat untuk menggali firman Tuhan. Ada topik-topik baru yang baru saya ketahui setelah mengikuti kelas DIK. Terima kasih PESTA!"
 

Anda terdaftar dengan alamat: $subst('Recip.EmailAddr')
Anda menerima publikasi ini karena Anda berlangganan Berita PESTA.

Redaksi: Amidya, Ayub, dan Yulia
Kontak | Berlangganan | Berhenti | Arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
©,2017 -- Yayasan Lembaga SABDA

 

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org