Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/40hari/5

Doa 40 Hari 2018 edisi 5 (9-5-2018)

Apa itu Yesus?

40 HARI MENGASIHI BANGSA DALAM DOA -- RABU, 9 MEI 2018

APA ITU YESUS?

Masih ada tempat-tempat di bumi di mana seseorang belum pernah mendengar tentang Yesus.

Tahun lalu, saya mengunjungi sebuah tempat di mana orang-orang tidak tahu nama Yesus. Maksud saya bukan bahwa mereka tidak ?mengenal Yesus?. Saya mengatakan bahwa mereka tidak tahu bahwa Dia benar-benar ada.

Mudah untuk berasumsi bahwa semua orang pernah mendengar karena gereja melakukan pekerjaan misi selama 2.000 tahun sekarang. Logis untuk mengira, ?Pada zaman internet, radio, telepon seluler, dan televisi, pastilah semua orang setidaknya pernah menerima berita bahwa Yesus ada?. Akan tetapi, mereka belum mendengarnya. Masih ada tempat-tempat di dunia yang orang-orang belum pernah mendengar tentang Dia.

Rekan saya bekerja di suatu tempat seperti itu, memperkenalkan Yesus kepada orang-orang untuk pertama kalinya. Saat dia berkeliling dan bertemu dengan orang-orang, dia memulai percakapan, lalu bertanya, ?Hai, apakah kamu pernah mendengar tentang Yesus?? Dengan mengernyitkan alis dan ekspresi heran, mereka menjawab, ?Belum, apa itu Yesus?? ?Belum, sama sekali belum.? Teman saya menangkap peluang itu, dan menjelaskan, ?Yesus bukanlah ?apa?. Dia adalah seorang pribadi. Dia adalah Anak Allah ....? Saya pernah mendengar pengalaman-pengalaman ini, tetapi saya perlu pergi melihat sendiri pelayanan teman saya. Saya ingin mengalami sendiri daerah yang penuh dengan orang yang tidak tahu Yesus sama sekali ini.

Saya melihatnya pertama kali di sebuah restoran. Kami sedang makan dengan seorang pria yang baru saja kami jumpai, dan teman saya mengajukan pertanyaan itu: ?Pernahkah Anda mendengar tentang Yesus?? Dia belum pernah. Segera menjadi jelas bahwa dia tidak tertarik mendengar hal detail mengenai orang tidak dikenal yang bernama Yesus. Akan tetapi, dia memberi tahu kami tentang sebuah kuil yang dekat tempat kami bisa memberi persembahan supaya mendapatkan keberuntungan.

Kami mengunjungi masyarakat lain, dan menyaksikan sebuah perayaan dan persembahan yang besar. Selama lebih dari 400 tahun, orang-orang di desa ini menyembah roh yang tinggal di pohon tertentu. Tidak mengherankan, orang-orang di sini merespons pertanyaan teman saya dengan cara yang sama. Mereka belum pernah mendengar tentang Yesus. Mereka mengundang kami makan bersama mereka. Sementara kami makan, mereka berbicara dengan antusias tentang dewa lokal mereka.

Saat kami berkeliling, kami mengunjungi kota-kota yang tertata dengan rapi dan desa-desa yang sangat mirip seperti di gambar-gambar yang pernah saya lihat. Di setiap tempat yang kami datangi, kami berdoa dengan sungguh agar Allah mendatangkan firman-Nya kepada orang-orang lokal dalam bahasa yang paling mereka pahami. Kami berdoa agar Dia dikenal sedemikian rupa sehingga boleh mengubah masing-masing kehidupan secara indah. Saat saya melihat pemandangan yang begitu memesona, lagi-lagi saya sendiri dengan bersemangat menunjuk keluar jendela, dan bertanya kepada rekan saya, ?Apakah kamu melihat itu?? ?Pernahkah kamu melihat sesuatu yang begitu indah?? Ini bukanlah bangsa yang miskin. Saya tertegun oleh pertaniannya yang begitu luas -- lahan yang subur dan diairi, dengan tanaman-tanaman sayuran yang lebat yang tidak saya kenali. Orang-orang memiliki sistem teknologi mereka sendiri yang unik, yang di mata saya sebagai orang Texas adalah bentuk miniatur dari segala sesuatu: jalanan yang lebih kecil, traktor yang susut, truk mini -- semua secara efisien menghasilkan kelimpahan yang tidak pernah bisa saya bayangkan.

Sambil mengemudi menyusuri pinggiran kota dengan berdoa pada suatu hari, kami melihat ke atas dan memperhatikan ada sebuah desa tinggi di atas kami di jurang tebing memandang ke bawah bukit yang terhampar luas dan menghijau. Kami merasa Tuhan mendesak kami untuk berdoa bagi desa itu secara khusus. Karena itu, kami berbelok dari jalan besar, lalu naik ke jalan sempit yang curam dan landai, berkelok-kelok sehingga membuat pusing kepala yang penuh dengan jalan tambang berliku-liku yang berbahaya. Kami menemukan sebuah lahan parkir kecil dan sekelompok kuda yang gagah. Sekerumunan 8 orang penonton yang tua -- 4 pria dan 4 wanita ? berdiri di jurang tebing menatap pemandangan bukit yang dramatis. Teman saya dan saya berjalan-jalan tanpa tujuan dan, saat dia memulai percakapan dengan para pria, saya mendapat kesan bahwa mengawasi pinggiran kota adalah tugas utama mereka untuk hari itu. Salah seorang dari mereka mengatakan bahwa dia berusia 89 tahun.

Setelah kami berbicara dengan kelompok ini sesaat, sebuah van penuh dengan orang-orang lokal masuk ke lahan parkir. Salah seorang penumpang, jelas penasaran, berjalan ke arah kami dan berdiri di belakang saudaranya untuk mendengar apa yang sedang kami bicarakan. Pada waktu itu, teman saya mengajukan pertanyaan itu, ?Hai, apakah kalian pernah mendengar tentang Yesus?? Mereka terlihat agak terkejut, tetapi segera tenang. Mengira jika kami salah mengucapkan bahasa mereka, mereka mulai menolong menyarankan kata-kata lain yang mungkin kami maksudkan yang mirip seperti ?Yesus? atau setidaknya terdengar aneh seperti itu. ?Tidak,? dia bersikeras, ?Saya sedang membicarakan tentang seseorang yang bernama Yesus ....?

Tiba-tiba, saya berhenti mengawasi para pria tua saat wajah dari wanita yang lebih muda, yang baru saja tiba, sepertinya mengetahui sesuatu. Dia berkata, ?Ada satu orang di desa ini yang mengikuti Yesus. Saya!? Kami saling berpandangan dengan ragu-ragu ketika teman saya menerjemahkan kata-katanya kepada saya. Dia lantas bertanya kepada wanita itu tentang Yesus. Wajahnya serius berkonsentrasi saat mulai menyanyikan sebuah lagu dari ingatan yang lama. ?Yesus mati bagi dosa kita ....? Kata-kata itu keluar dengan mudah sekarang saat lagu itu diingat. Di sini, di atas bukit ini, ada seorang percaya yang kesepian. ?Saudara saya telah merampas tiga Alkitab yang berbeda dari saya,? dia mencerca dengan sengit saat dia menceritakan pencobaan yang dia hadapi sebagai satu-satunya orang Kristen di dalam masyarakatnya. Kami memberikan kata-kata yang menguatkan untuk dia, berdoa untuk dia, dan memberinya uang untuk membeli Alkitab lagi dalam bahasa nasional. Dia memeluk kami sebelum kami pergi.

Bagaimana jika itu adalah Anda? Bayangkan bagaimana jadinya hidup Anda jika Anda sendirian menjadi pengikut Yesus yang tinggal di tempat terpencil, tempat sedikit orang yang bahkan pernah mendengar nama-Nya. Akankah Anda tetap setia di sana, di bukit itu seperti wanita ini, dengan keluarga yang menyita Alkitab Anda untuk menghalangi Anda dari iman Anda yang memalukan karena beriman pada orang yang tidak dikenal? Bagaimana kita mampu meninggalkan wanita itu sendirian di sana? Tidak mungkin. Ini tidak benar. Kata-kata Yesus memberikan suatu tantangan yang menyengat, dan selalu akan begitu, sampai ada seseorang yang naik ke bukit itu lagi: ?Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum? (Markus 16:15-16).

Selengkapnya: http://misi.sabda.org/artikel/apa-itu-yesus

Pokok Doa:

  • 1. Pada zaman teknologi yang semakin maju, ternyata masih ada tempat yang belum mendengar siapa itu Yesus. Untuk itu, berdoalah supaya orang-orang yang percaya bisa memberitakan Injil di tempat-tempat yang sama sekali belum mendengar nama Yesus.
  • 2. Meskipun sudah mendengar tentang Yesus, tetapi masih ada orang yang meragukan apakah Dia benar-benar ada. Untuk itu, berdoalah supaya Roh Kudus menyingkapkan keberadaan Yesus dalam diri orang yang meragukan keberadaan-Nya.
  • 3. Berdoalah agar Tuhan membuat diri-Nya dikenal oleh orang-orang lokal dalam cara yang membangun iman.
  • 4. Berdoalah agar orang-orang percaya memiliki keberanian dan kekuatan untuk bertumbuh dalam sebuah lingkungan yang menekan dalam hal-hal rohani.
  • 5. Mari berdoa agar Tuhan mendatangkan firman-Nya kepada orang-orang dalam bahasa yang paling mereka mengerti.

Diterjemahkan dari:

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org