Bahan Belajar Kristen Online dapatkan di:live.sabda.org

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PELITAKU

Tertib Mengarang dengan Sistem Kartu dan Lembar Catatan

Agar dapat mengarang dengan lancar, kondisi jasmani harus sehat, kemampuan berkonsentrasi harus kuat, pikiran harus cerah, semangat kerja harus tinggi, waktu yang tersedia harus cukup, di samping bahan-bahan karangan juga harus siap di tangan. Bilamana salah satu saja dari persyaratan tersebut tidak terpenuhi, orang memunyai kecenderungan untuk menunda kegiatan mengarang, dan kecenderungan itu lama-lama dapat menjadi kebiasaan untuk menunda-nunda dengan macam-macam dalih atau alasan. Orang yang ingin menjadi penulis perlu menyadari hal-hal khas yang menyangkut dirinya pada waktu mengarang: pena yang disukai, mesin ketik atau komputer yang membuatnya produktif, pakaian yang terasa enak dikenakan sewaktu melakukan pekerjaan mengarang, dsb.. Sesudah itu, manjakanlah sepenuhnya diri sendiri dengan pilihan-pilihannya itu, sehingga tidak ada alasan untuk menunda-nunda pekerjaan. Jadi, perlu kita membangun tertib mengarang, yaitu menerapkan "kekerasan" atau pemaksaan diri secukupnya dan selayaknya.

Tertib mengarang dengan sistem kartu dan lembar catatan dalam garis besarnya berlangsung sebagai berikut.

Lembar karangan

  1. Sesudah topik, pokok soal, atau judul sementara karangan ditemukan, pustaka-pustaka yang diperlukan dibaca dan semua butir pengetahuan yang penting atau menarik dicatat pada kartu catatan atau lembar catatan.
  2. Kerangka karangan hendaknya dibuat secara cukup terinci dengan pembagiannya dalam paragraf-paragraf.
  3. Semua kartu dan lembar catatan dipelajari dengan memerhatikan kerangka karangan yang telah dibuat. Diperiksa apakah antara kartu yang satu dan kartu yang lain, antara lembar yang satu dan lembar yang lain, antara kartu catatan dan lembar catatan, dsb., ada pertalian gagasan yang akan menjadi bahan karangan.
  4. Kalau ternyata bahan-bahan itu tidak mencukupi (misalnya karena ada satu paragraf dalam kerangka karangan yang tidak didukung oleh sejumlah kartu atau lembar catatan), hendaknya dicari pustaka tambahan dan dibuat kartu catatannya atau lembar catatannya.
  5. Bahan karangan berupa kartu-kartu dan lembar-lembar catatan yang sudah mencukupi, kemudian dikelompok-kelompokkan menurut pertaliannya dalam pembagian paragraf yang akan ditulis. Mungkin kartu dan lembar catatan perlu diolah. Pengolahan ini dapat dilakukan dengan menambahkan catatan di bagian bawah kartu atau lembar catatan.
  6. Kerangka karangan juga dapat disempurnakan, misalnya dengan menggabungkan dua paragraf karena bahan-bahan kartunya menunjukkan pertalian yang erat sekali.
  7. Kelompok kartu atau lembar catatan yang sudah definitif hendaknya dimasukkan dalam amplop tersendiri yang diberi catatan paragraf berapa. Kartu-kartu dalam setiap amplop hendaknya diurutkan sesuai dengan alur ide-ide yang akan ditulis dari awal sampai akhir.
  8. Tahap berikutnya ialah proses menulis karangan (ditulis tangan, diketik dengan mesin ketik atau komputer). Tidak usah menunggu sampai terkumpul bahan selengkap-lengkapnya untuk mengarang. Mulai saja menulis karangan setelah suatu bagian topik tampak menunjukkan pertalian tertentu. Kerangka karangan ditaruh di sebelah kanan, bahan-bahan berupa kartu atau lembar catatan dikeluarkan dari amplop dan ditaruh di sebelah kiri, dan pikiran mulai diarahkan dan dikerahkan untuk mengarang, kalimat demi kalimat, paragraf demi paragraf, berdasarkan kerangka karangan dan bahan-bahan yang tersedia (kartu catatan dan lembar catatan).
  9. Jangan merasa takut untuk menuliskan ide-ide di atas kertas atau di layar komputer, meskipun kemudian ide-ide itu mungkin akan diubah-ubah seperlunya. Jangan ragu-ragu untuk menuliskan bagian-bagian karangan yang sudah masak lebih dahulu dalam pikiran. Urutan tak usah dipusingkan dahulu. Dengan mudah, bagian-bagian karangan akan dapat diurutkan kembali, apalagi kalau menggunakan komputer.
  10. Karena kalimat-kalimat permulaan merupakan bagian karangan yang sukar, berilah perhatian khusus kepada bagian awal itu. Sewaktu membaca kepustakaan, perhatikan ide, fakta, atau perkataan yang dapat dimanfaatkan untuk membangun kalimat permulaan yang baik.
  11. Membangun tertib mengarang, yaitu menerapkan "kekerasan" atau pemaksaan diri secukupnya dan selayaknya.


    Facebook
    Twitter
    WhatsApp
    Telegram

    Sekali kegiatan telah berjalan, teruslah mengarang. Lawanlah godaan untuk bangun dari tempat duduk untuk mengecek atau mencari-cari sesuatu (fakta, data, pendapat, perkataan, ungkapan, dsb.) yang kurang jelas. Kosongkan saja dahulu tempat itu; kelak diisi pada waktu membaca kembali naskah yang sudah selesai. Bila terjadi kemacetan di tengah jalan, bacalah kembali 2-3 halaman yang terakhir untuk menemukan alur pemikiran yang dapat menembus kebuntuan itu.

  12. Dalam mengarang naskah panjang yang memakan waktu berhari-hari, akhirilah kegiatan mengarang pada suatu hari di tengah-tengah uraian sebelum suatu bagian karangan selesai. Dengan demikian, pada hari berikutnya penulis tidak akan menghadapi dua front (memulai kerja mengarang pada atau medan pertempuran hari itu dan mencari kalimat awal yang memuaskan) dan langsung dapat meneruskan uraian atau menyambung kalimat yang diputus setengah jalan kemarin.
  13. Langkah terakhir proses mengarang ialah membaca ulang karangan, mencocokkan kutipan langsung dengan kartu catatan, dengan melakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan (dalam hal pemakaian kutipan, penulisan kata, pemakaian tanda baca, pemakaian kata, penyusunan kalimat, dst.).
Diambil dari:
Judul buku : Menjadi Penulis
Penulis : Dra. Vero Sudiati dan Aloys Widyamartaya, Lic.Phil
Penerbit : Pustaka Widyatama, Yogyakarta 2005
Halaman : 31 -- 37

Komentar