Bahan Belajar Kristen Online dapatkan di:live.sabda.org

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PELITAKU

Kode Etik dan Tanggung Jawab Penulis untuk Hasil Tulisan yang Baik

Penulis atau pengarang yang ingin berekspresi melalui tulisannya, tentu tidak begitu saja menulis dengan sekehendak hatinya. Ia memunyai gagasan atau pemikiran yang ingin disampaikan kepada orang lain. Tentu ia juga harus lebih dahulu berpikir apakah orang lain dapat begitu saja memahami apa yang disampaikannya dalam tulisan itu? Sebab apabila cara penyampaiannya salah atau keliru, pembaca tidak akan memahaminya. Bisa jadi salah tafsir. Mungkin saja akan ada pembaca yang protes, bahkan membantah pendapatnya.

Kritik, bantahan, bahkan kecaman pembaca sudah menjadi risiko seorang penulis. Namun sebaiknya, segala sesuatunya telah direnungkan dan diantisipasi sebelum menulis. Kritik yang positif dan memuji akan menyenangkan. Sebaliknya, kritik yang negatif dan bersifat membantah memang dapat membuat penulis putus asa. Semua ini dapat dihindari dengan persiapan sebelumnya. Penulis harus memiliki tanggung jawab terhadap tulisannya. Jika ia bermaksud menyampaikan pendapat, gagasan, pemikiran, dan perasaan, tentunya karena ia yakin bahwa semuanya itu akan bermanfaat bagi orang lain. Tulisan tentang masalah-masalah kesehatan dalam jurnal kedokteran, misalnya, pasti memiliki dasar-dasar yang kuat untuk dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Begitu juga tulisan bertema sosial, agama, teknologi modern, ekonomi, dan sebagainya. Si penulis harus menguasai materi yang disajikannya.

Dalam menulis, seorang penulis setidaknya harus menyadari tiga hal yang merupakan kode etiknya, yaitu:

  1. unsur informasi,

  2. unsur edukasi/pendidikan, dan

  3. unsur hiburan.

Ketiganya terpadu dalam suatu karya tulis yang akan memberi manfaat yang menyenangkan pembaca. Dengan membaca suatu tulisan, apakah itu fiksi, seperti cerita pendek, puisi atau novel, maupun nonfiksi, misalnya tentang sejarah, ilmu kesehatan, flora dan fauna, pembaca memeroleh informasi sekaligus juga dapat mempelajari sesuatu. Tulisan yang enak dibaca, dengan susunan kalimat dan frase yang jelas dan lancar, apalagi bila ada selingan humor segar, dengan gaya tulisan yang menarik, tidak gersang, pasti disukai oleh siapa saja.

Jadi, dengan membaca sebuah buku atau artikel, seorang pembaca dapat memahami informasi yang disampaikan. Bacaan itu akan lebih menarik perhatiannya apabila berisi hal-hal yang ingin diketahui dan dipelajarinya. Selain itu, hal-hal yang disampaikan benar-benar memberinya manfaat. Misalnya, seseorang ingin membaca buku tentang bagaimana menanam pepaya. Ia dapat belajar menanam pepaya dan membuktikan sendiri bahwa teknik dan seni menanam pepaya yang dibacanya itu dapat dipraktikkan dan berhasil.

Memang tidak semua buku dapat dipraktikkan seperti itu. Ini hanya gambaran tentang kode etik bagi penulis berkaitan dengan tanggung jawabnya. Penulis yang tidak menyimak rambu-rambu tulisan menjadi kurang hati-hati dan menulis semaunya sendiri, yang penting asal laku. Misalnya, buku-buku porno. Buku-buku tersebut memang laris di pasaran walaupun berselera rendah. Tetapi, pornografi tidak memiliki unsur mendidik, kalaupun mengandung informasi, sifatnya vulgar, tidak bermutu. Tulisan seperti ini dapat merusak moral, terutama di kalangan generasi muda. Di mana tanggung jawab penulis yang katanya ingin berekspresi untuk menyampaikan gagasan kepada orang lain? Tulisan-tulisan demikian tentu saja melanggar kode etik dan dapat dikategorikan sebagai buku-buku terlarang dalam sebuah negara yang telah memiliki undang-undang tentang pornografi.

Kesadaran akan tanggung jawabnya itulah yang harus ada dalam jiwa setiap penulis. Keberaniannya untuk menyampaikan pendapat dan kebebasannya untuk berekspresi di arena tulis-menulis akan dihargai oleh masyarakat pembaca apabila ia memang memiliki kemampuan untuk memertanggungjawabkan manfaat maupun kebenarannya. Apalagi jika buku itu mampu menggerakkan hati nurani pembacanya dan kemudian menciptakan opini di kalangan masyarakat. Inilah keberhasilan seorang penulis atau pengarang. Bahkan, buku-buku seperti ini dapat mengubah pandangan dunia.

Beberapa novel termasyhur telah mengubah opini dunia. Misalnya, buku berjudul "Uncle Tom`s Cabin" karya Harriet Beecher Stowe yang bercerita tentang kejamnya bisnis perbudakan orang-orang kulit hitam yang tidak manusiawi. Bukan hanya Amerika yang terguncang. Seluruh dunia terperangah membaca buku yang dengan berani membuka borok-borok bisnis yang mendatangkan keuntungan besar ini. Satu lagi contoh tentang keberanian pengarang mengungkap fakta buruk yang disembunyikan, yaitu ketika pengarang Perancis, Emile Zola, membela Alfred Dreyfus, seorang anggota militer Perancis yang dijebloskan ke penjara karena fitnah. Penyimakannya atas kasus yang menghebohkan ini membuktikan bahwa Dreyfus tidak bersalah. Karena itu, ia bertekad untuk membuka skandal yang melibatkan orang-orang penting dalam dinas militer Perancis pada awal abad ke-19 itu. Ia menulis surat terbuka kepada Presiden melalui surat kabar L`Aurore di bawah judul "J`Accuse". Novelis besar ini berani menanggung risiko masuk penjara demi kebenaran yang diyakini. Hal ini tidak sia-sia karena Alfred Dreyfus kemudian dibebaskan. Bayangkan betapa hebatnya dia. Sendirian, hanya bersenjatakan pena dan tinta, Emile Zola berhasil mengungkap skandal korupsi di balik peristiwa yang menggegerkan itu.

Cuplikan kisah tentang keberanian Harriet Beecher Stowe dan Emile Zola hanyalah dua di antara beribu-ribu pengarang pemberani yang tersebar di pelbagai negara di seluruh dunia. Di mana-mana, di sepanjang zaman muncul dan akan terus muncul orang-orang yang setia kepada hati nuraninya dan menyampaikan pengalaman, gagasan, dan apa saja yang mereka rasakan melalui tulisan. Demi kebenaran dan keadilan, para pengarang bersedia menghadapi risiko apa pun. Mereka adalah para pahlawan yang tidak berharap hadiah apa-apa kecuali berekspresi kepada pembacanya untuk tujuan yang mulia. Tentu berbeda sekali dengan mereka yang hanya ingin memanfaatkan profesi menulis untuk tujuan yang menyangkut kepentingan diri sendiri.

Diambil dan disunting seperlunya dari:

Judul buku : Teknik Menulis Cerita Anak
Judul bab : Menulis
Judul asli artikel : Kode Etik/Tanggung Jawab
Penulis : Titik WS
Penerbit : Pink Books, PUSBUK, dan Taman Melati, Yogyakarta 2003
Halaman : 8 -- 14

Komentar