APAKAH PELIPATGANDAAN ROHANI SUNGGUH-SUNGGUH BERJALAN?
Saya yakin bahwa pelipatgandaan rohani sangat efektif dalam memenuhi
Amanat Agung. Pada tahun 1962, keluarga saya pindah ke Singapura
untuk membuka pelayanan Navigator -- kota yang menjadi pusat jutaan
manusia di Asia. Dalam radius tiga ribu kilometer dari Singapura
terdapat setengah penduduk dunia.
Beberapa minggu setelah kedatangan saya, saya memutuskan untuk
meluangkan waktu sehari dengan Allah, memohon janji-janji-Nya dan
mencari strategi untuk pelayanan baru ini. Allah menarik perhatian
saya melalui Kitab Kejadian 13:17, "Bersiaplah, jalanilah negeri
itu menurut panjang dan lebarnya, sebab kepadamulah akan Kuberikan
negeri itu." Latar belakang ayat ini adalah janji Allah kepada
Abraham bahwa keturunannya akan berlipat ganda dan memberkati
seluruh dunia.
Pada suatu hari Minggu pagi, saya memutuskan untuk menghabiskan
waktu dengan berdoa dan merenungkan firman sambil berjalan
mengelilingi pulau Singapura. Jarak antara pelabuhan pusat Singapura
ke ujung pulau yang menghubungkan dengan Malaysia hanya tiga puluh
kilometer. Saya duduk di bangku sambil melihat pelabuhan paling
sibuk nomor tiga di dunia. Saya mengamati ratusan kapal keluar dari
pelabuhan ke pelabuhan-pelabuhan di seluruh dunia. Saya meminta
Allah memberi saya hak istimewa untuk mengutus orang-orang yang sama
seperti saya untuk menjangkau seluruh sudut muka bumi. Sepanjang
hari, ketika saya berjalan dari satu ujung ke ujung yang lain pulau
itu, saya mohon kepada Allah supaya membangkitkan generasi-generasi
kelompok hamba-Nya yang bersedia menjangkau seluruh Asia dan lebih
jauh lagi.
Menjelang sore hari saya berhenti di Kranji Memorial, sebuah makam
khusus bagi mereka yang telah memberikan hidup untuk mempertahankan
Singapura dari serbuan Jepang pada tahun 1942. Nama dari 22.000
prajurit terukir di batu peringatan di bawah tulisan yang
mengekspresikan bahwa para prajurit itu mati dan yang lain mungkin
masih hidup. Terlintas dalam benak saya bahwa jika ribuan prajurit
bersedia mati untuk takhta Inggris yang nun jauh di sana dan yang
tak kekal, tentu harus ada orang-orang yang bersedia memberikan
hidupnya untuk Yesus Kristus, Raja yang Kerajaan-Nya kekal selama-
lamanya. Sore hari itu saya mohon Allah memberikan kesempatan bagi
saya untuk meletakkan fondasi bagi generasi-generasi rohani.
Kini saya telah mempunyai seorang cucu rohani di Singapura. Selama
masa tugas di dinas Angkatan Laut, saya telah banyak waktu untuk
memuridkan seorang rekan sejawat. Setelah perang selesai, ia bekerja
sebagai guru di Singapura. Apa yang pernah saya ajarkan kepadanya
diteruskannya kepada seorang pemuda Singapura yang bernama Tom Lee.
Tom menjadi salah satu fondasi untuk menjangkau generasi berikutnya.
Orang kunci yang lain adalah Jim Chew yang mendapat lima bulan
pelatihan dari seorang staf Navigator, Warren Myers di Vietnam. Jim
menemui kami ketika kami tiba di Singapura. Ia telah memulai melatih
murid-murid untuk Kristus.
Selama delapan tahun, istri saya dan saya membuka pintu lebar-lebar
dengan menyediakan diri untuk pelayanan pribadi lepas pribadi.
Beberapa orang Asia datang dan tinggal di rumah kami agar pelayanan
kontak lebih intensif.
Selama tahun terakhir, saya memimpin pelayanan Navigator di
Singapura, saya juga ditugaskan membuka pelayanan baru di Indonesia.
Waktu saya sangat terbatas karena saya menggunakan sepertiganya
untuk pelayanan keliling di luar Singapura. Selama tahun terakhir
ini, kami tidak banyak mempunyai program dan kegiatan kelompok-
kelompok sebagaimana biasanya. Saya menghabiskan waktu untuk
mendorong dan membina rekan-rekan dalam pelayanan pribadi lepas
pribadi. Kami menetapkan sasaran untuk mendapatkan tiga puluh orang
pahlawan (1Tawarikh 11:10) dan tiga puluh wanita saleh (Amsal 31)
dalam tahun itu. Kualifikasi utama untuk menjadi seorang pahlawan
atau seorang wanita yang saleh adalah untuk berlipat ganda sampai
generasi ketiga atas dasar pelayanan pribadi lepas pribadi. Dengan
kata lain, tantangannya adalah menjadi kakek atau nenek rohani. Di
samping itu, mereka harus tetap bertemu dengan murid lain setiap
minggu. Setiap murid diperiksa ketekunannya bersaat teduh, menghafal
ayat, dan memahami Alkitab secara pribadi. Akhirnya, setiap murid
harus mempunyai paling sedikit satu pelayanan di gereja setempat.
Saya menjadualkan bertemu secara pribadi dengan enam orang bila saya
tidak keliling ke luar negeri. Setiap orang bertemu pula dengan
orang lain. Istri saya bertemu dengan beberapa wanita dan para
wanita itu pun bertemu dengan para wanita lain, demikian seterusnya.
Semua murid pria dan wanita melipat ganda hingga generasi ketiga;
bahkan dua di antara mereka melipat ganda sampai generasi keempat.
Kemudian, satu orang, ia memiliki generasi kelima. Dengan anugerah
Allah pada akhir tahun kami meluluskan tiga puluh tujuh wanita saleh
dan tiga puluh empat pahlawan pria.
Sukacita yang digerakkan oleh kesaksian orang-orang ini memberikan
semangat kepada orang lain untuk melakukan suatu jenis pekerjaan
yang sama. Dengan demikian, formula pemuridan individu berkembang ke
seluruh penjuru kota. Kami tidak mengelola semua ini, tetapi hanya
mengambil bagian dalam memberikan dorongan di dalamnya.
Lima belas tahun kemudian, dalam perjalanan saya mengunjungi
Singapura, saya membaca di surat kabar bahwa setengah dari kaum
intelektual Singapura yang berbahasa Inggris adalah orang Kristen.
Dulu, hanya kurang dari sepuluh persen. Sesuatu telah terjadi dalam
kurun waktu dua dekade. Dengan pelayanan banyak kelompok dalam
pemuridan seperti Youth for Christ, Campus Crusade for Christ,
Scripture Union InterVarsity dan gereja-gereja -- seperti Methodist,
Brethren, Baptis, Presbiterian, Sidang Jemaat Allah, dan lain
sebagainya -- sehingga kota Singapura yang kompleks berubah karena
orang-orang yang bersaksi dengan iman tentang pengalamannya kepada
orang lain.
Kami memulai beberapa mata rantai pelipatgandaan itu, tetapi kami
tidak mampu menguasai lagi hasilnya. Pelayanan pribadi lepas pribadi
meledak ke segala penjuru. Kelompok-kelompok Kristen dan denominasi
yang lain menangkap ide pelayanan ini dan menerapkannya dengan
modifikasi dan standar mereka. Singapura tetap cocok untuk pelayanan
pelipatgandaan rohani karena negara ini kecil dan erat sekali
hubungannya sehingga sangat mudah dijangkau. Tak ada alasan untuk
tidak saling berhubungan. Setiap bayi rohani melipat ganda atau mati
di depan mata kita.
Kini Singapura sangat berpengaruh di seluruh Asia dan telah
mengirimkan para pemurid ke India, Thailand, Jepang, Hong Kong,
daratan Cina dan negara-negara lainnya. Murid yang setia akan
menjangkau orang lain yang nantinya juga akan menjangkau orang lain.
Pelipatgandaan rohani adalah mata rantai vital dalam memenuhi Amanat
Agung.
Bagaimana Anda menerapkan pelajaran-pelajaran dari buku ini? Ingat,
tuaian bukan saja di ladang nun jauh di sana; ladang pelayanan
adalah di depan pintu Anda sendiri. Itulah sedikitnya langkah
pertama. Pertama, di tempat Anda berada, kemudian di daerah sekitar
Anda; selanjutnya kita diutus "sampai ke ujung bumi" (Kisah Para
Rasul 1:8).
Akan tetapi, waktu yang tepat untuk mulai adalah hari ini! Benih
Injil ada di dalam Anda. Menangkan seorang bagi Kristus. Tolonglah
bayi baru itu untuk bertumbuh. Mulailah melipatgandakan diri Anda di
dalam hidupnya. Bagikan kepadanya prinsip-prinsip hidup yang
berpusat pada Kristus. Tanamkan pandangan dunia di dalamnya. Anda
mengajar agar ia melipatgandakan dirinya, selanjutnya rantai
pelipatgandaan rohani terus berjalan di seluruh dunia.
Diedit dari sumber:
Judul Buku | : | Pemuridan dengan Prinsip Timotius |
Judul Artikel | : | Apakah Pelipatgandaan Rohani |
| | Sungguh-sungguh Berjalan? |
Penulis | : | Roy Robertson |
Penerbit | : | Yayasan Andi, Yogyakarta, 2001 |
Halaman | : | 130 - 134 |
e-JEMMi 24/2004