AKU BEBAS!!
Kevin Mills (bukan nama asli) kehilangan ujung jempol tangan
kirinya. Jempolnya terpukul palu dengan keras ketika dia mencoba
membuka kotak brankas, saat itu dia baru berusia 15 tahun. Namun
Kevin sudah menjadi anggota sebuah geng dan mereka telah melakukan
berbagai perampokan besar. Kevin juga pecandu narkoba dan uang hasil
curiannya itu dia gunakan untuk membeli obat-obatan terlarang.
Suatu hari, Kevin terlibat dalam perkelahian. Polisi menemukannya
tergeletak di jalan. Polisi juga mengetahui bahwa Kevin telah
melakukan banyak kejahatan. Lalu dia dikirim ke Dartmoor, sebuah
penjara terkenal di Inggris. Di penjara itu, Kevin dikurung dalam
sebuah ruangan yang sangat sempit selama 23 jam setiap hari.
Enam tahun kemudian Kevin dibebaskan dari penjara, namun dia belum
terbebas dari kecanduan narkoba atau keinginan untuk melukai orang
lain. Hal pertama yang dilakukan sesudah keluar dari penjara adalah
mencari sebuah senapan karena dia ingin membunuh orang-orang yang
dulu melukainya dalam perkelahian sebelum dia dipenjara. Kevin
meminta teman-temannya untuk menemuinya di stasiun kereta api dan
membawakan sepucuk senapan untuknya. Teman-temannya datang tetapi
tidak membawakan apa yang ia minta. Sebaliknya mereka malah mengajak
ibu Kevin untuk menemuinya. Satu kalimat yang diucapkan ibunya,
"Kevin, kamu harus berubah!" Perkataan ini ternyata berhasil membuat
Kevin berpikir.
Suatu hari, saat Kevin hendak menyuntikkan obat terlarang ke
lengannya, ia berkata pada dirinya sendiri, "Aku tidak dapat
melakukannya lagi." Temannya yang saat itu ada di sampingnya melihat
ke seberang jalan dan berkata, "Ayo kita pergi ke sana". Di seberang
jalan itu ada sebuah bangunan gereja tempat dimana banyak orang
beribadah. Di gereja itu, Kevin mendapat informasi tentang "Betel",
sebuah kelompok Kristen yang melayani dan menolong orang-orang yang
hidupnya berantakan, terutama mereka yang kecanduan narkoba.
September 1998, Kevin pergi ke Windmill House, "Betel Centre" di
Birmingham, Inggris. Teman-temannya berkata, "Paling-paling kamu cuma
dapat bertahan 2 minggu di tempat itu. Tapi Kevin ingin sekali
mewujudkan apa yang diucapkan ibunya, dan dia berhasil.
"Aku ingat ketika melewati pintu-pintu itu. Aku masih dapat
merasakannya. Saat itu aku tahu ada sesuatu yang kuinginkan dari
tempat itu ... Setiap orang sangat bersuka cita ... Anda dapat
merasakan kasih yang melingkupi tempat itu."
Kevin menyadari bahwa para penghuni "Betel Centre" yang hidup dengan
penuh sukacita itu dulu sama seperti dirinya -- orang-orang yang
pernah melakukan kesalahan dalam hidupnya.
Kevin berkata, "Aku tidak ingin lagi menjadi Kevin yang dulu lagi
... Aku ingin hidup ... dan merasakan kebahagiaan yang sejati." Di
suatu pagi, jam 03.00 dini hari, Kevin tidak dapat tidur dan saat itu
pula dia memutuskan untuk menyerahkan hidupnya dalam pimpinan Yesus.
Di situlah awal mula Kevin mulai belajar sesuatu, bahwa ia dapat
meminta Yesus untuk menolong dan menyelesaikan masalah yang
dihadapinya. Semenjak itu, Kevin melihat Allah memberikan damai
sejahtera dalam hidupnya. "Dimanakah aku dapat menemukan kebebasan
hidup selain dalam Yesus? Sangatlah menakjubkan karya Allah dalam
hidupku. Aku mengucap syukur dan semakin mengasihi-Nya."
Saat ini Kevin melayani di India, menolong orang-orang yang
kecanduan narkoba, agar mereka juga menemukan kebebasan hidup
seperti yang telah ditemukannya.
Sumber: S O O N, Issue no. 169