Kisah ini merupakan ringkasan dari sebuah surat yang dikirimkan oleh
sebuah keluarga Indonesia yang dikirim sebagai misionaris ke Asia
Tengah.
HARI-HARI PERTAMA DI TANAH PERJANJIAN
"Tanah Perjanjian" adalah sebutan untuk negara dimana Tuhan
panggil kami untuk melayani. Selama hampir 2 tahun kami bergumul
untuk Tanah Perjanjian kami, karena sangat sulit dan hampir mustahil
bagi kami untuk memasukinya. Tetapi Tuhan melakukan banyak mujizat
dalam hidup kami sepanjang 2 tahun penantian itu. FirmanNya
meneguhkan keyakinan kami bahwa ada waktunya Tuhan akan membawa kami
masuk ke negara yang telah ditunjukkanNya. Di tengah pergumulan dan
penantian yang cukup panjang akhirnya waktu Tuhan tiba. Hati kami
penuh dengan syukur ketika pesawat membawa kami menuju Tanah
Perjanjian yang Tuhan berikan. Dalam perjalanan menuju apartemen,
pikiran kami mengembara ke tempat sejuk di tanah air. Memang ada
perasaan rindu, namun kami sadar bahwa Tuhan telah memanggil kami
untuk melayani di negara lain.
Di Tanah Perjanjian, sebagai orang yang masih baru, segala
sesuatu terasa asing. Tetapi Tuhan telah menyediakan tim yang sangat
baik untuk kami. Puji Tuhan, tim sangat banyak membantu kami dalam
menyesuaikan diri di minggu-minggu pertama. Kami diperkenalkan kepada
gereja-gereja lokal dan teman-teman sekerja dari berbagai badan misi.
Selama bulan September, kami belajar bahasa Rusia. Bahasa Rusia
bukanlah bahasa nasional, tetapi kami harus mempelajarinya agar kami
dapat berkomunikasi dengan orang-orang kota. Bulan Oktober, kami
mulai belajar bahasa nasional yang sama dengan bahasa Rusia namun
intonasi, huruf dan strukturnya sangat berbeda dengan bahasa kita.
Ada sejumlah kata dalam bahasa nasional yang persis sama dengan
bahasa kita, antara lan: ayat, kabar, misal, adat, tema, dan basar.
Hal ini membuat perasaan kami semakin menyatu dengan bangsa ini.
Beberapa kali kami harus menerima ketokan pintu dengan geram,
atau harus menghadapi anak-anak muda yang suka mencari gara-gara di
pasar atau di halte bis, dan kami harus menghadapi orang-orang yang
sangat mahal senyumnya. Tetapi hati kami adalah untuk mereka.
Dari pengalaman-pengalaman tersebut, kami belajar arti
menaklukkan diri di bawah tangan Tuhan yang kuat ({1 Petrus 5:6-11}).
Kami semakin yakin bahwa untuk negara inilah kami dipanggil. Akhirnya
kami semakin percaya bahwa permulaan yang menantang dalam penantian
dan pelayanan adalah pertanda yang meneguhkan bagi pelayanan kami.
Terima kasih untuk segala doa yang dinaikkan dengan setia bagi
kami. Teruslah berdoa karena hari-hari kami masih sangat panjang.
Sumber: Buletin Terang Lintas Budaya Edisi 37, 2000