WORLD HARVEST
Jalan Menuju Kebenaran (A Road To Hope)
Seperti yang kita semua ketahui, tahun 2005 lalu diawali dengan luka
yang mendalam bagi jutaan manusia di seluruh dunia akibat tragedi
tsunami. Kenyataannya, sampai saat ini masih banyak sekali warga
Aceh yang hidup dalam trauma dan depresi.
"Bu ... mandi ya?" bujuk seorang perawat kepada wanita setengah baya
itu. Namun yang ditanya tetap berdiam diri, pandangan matanya
menatap kosong ke depan, matanya selalu berkaca-kaca, dia tidak
punya apa-apa lagi, semua keluarganya hilang. Perlahan dia
menggeleng, "Tidak mau ... dilap saja ...." Gulungan air bah yang
dalam sekejap menyapu habis seluruh keluarganya, membuat sang wanita
setengah baya ini trauma terhadap air. Sudah beberapa bulan berlalu,
namun dia selalu menggigil dan trauma setiap kali merasakan siraman
air pada tubuhnya.
Bencana yang telah merenggut lebih dari 166.000 nyawa dan
menghilangkan 133.000 lainnya itu telah menyentuh hati banyak orang
untuk membantu mereka dalam segala hal. Banyak organisasi
kemanusiaan yang dengan cekatan menyumbang banyak bala bantuan
setelah bencana terjadi. Tetapi, beberapa bulan setelah tsunami,
banyak dari organisasi-organisasi tersebut juga sudah berkemas dan
meninggalkan Aceh karena kondisi di sana sudah sedikit membaik.
Hanya beberapa yang masih tinggal untuk terus membantu, salah
satunya adalah sebuah organisasi kemanusiaan internasional bernama
WORLD HARVEST.
Sejak hari pertama musibah tsunami terjadi dan sesuai dengan
permintaan pemerintah Indonesia, World Harvest telah menyumbangkan
pertolongan darurat mendasar kepada orang-orang yang terkena
musibah di Aceh dan bagian Sulawesi Utara seperti:
- Bantuan obat-obatan: Mengirimkan 10 buah kontainer obat-obatan
dan peralatan medis sesuai dengan keperluan rumah sakit di Aceh.
- Pengiriman paramedis: Mengirimkan dokter-dokter dan perawat-
perawat dari Indonesia, Amerika, dan Australia, yang telah
menjadi sukarelawan untuk membantu di Aceh.
- Pembangunan POSKO: Tempat dimana para korban bisa mendapatkan
bantuan medis dengan segera.
- Menggerakkan para sukarelawan dan pelayan masyarakat:
mengirimkan para sukarelawan ke Aceh untuk memberikan bantuan
konseling kepada para korban yang masih hidup dalam trauma.
- Bantuan bahan pangan: Mendistribusikan bahan-bahan makanan
darurat kepada yang membutuhkan dan juga makanan bergizi bagi
anak-anak.
- Konseling Krisis: Memfokuskan pada kesembuhan emosional para
korban.
- Rehabilitasi Rumah Sakit: World Harvest dengan aktif ikut serta
dalam merehabilitasi rumah-rumah sakit dan klinik-klinik yang
telah hancur akibat tsunami.
- Bahan kebutuhan sekolah: Memberikan berbagai kebutuhan sekolah
kepada anak-anak.
Rob Fuller seorang dokter dari Amerika Serikat juga bergabung dengan
World Harvest dalam tim bantuan Aceh. Ketika ditanyai apa yang
memotivasi dia meninggalkan kehidupan dan pekerjaannya yang nyaman
dan memilih untuk pergi ke belahan dunia lain untuk mengulurkan
tangan, membersihkan luka-luka, merangkul dan ikut menangis dengan
orang yang sama sekali tidak dia kenal di daerah yang bahkan mungkin
sebelumnya tidak pernah ia dengar namanya, serta merta menjawab
dengan senyumannya yang khas. Dia mengatakan dua patah kata yang
bermakna sangat dalam: "Kasih Tuhan". Banyak orang yang telah
merespon panggilan ini dan sebanyak 123 sukarelawan telah bergabung
dengan tim pertolongan World Harvest untuk memberikan konseling,
perawatan medis dan pendidikan kepada para pengungsi secara cuma-
cuma.
Setelah tsunami, dari 9 rumah sakit di Aceh, hanya 2 yang masih
berfungsi dan salah satunya adalah Rumah Sakit Zainal Abidin.
Biarpun rumah sakit ini adalah yang terbesar di Aceh, 95% dari
fasilitasnya telah hancur oleh tsunami yang terjadi akhir tahun
lalu. Serpihan besi-besi tua dan kawat-kawat bekas bangunan
bercampur dengan air kotor yang tercemar mayat-mayat manusia yang
membusuk, merupakan surga bagi kuman tetanus. Goresan luka kecil pun
bisa berkembang menjadi infeksi yang berkepanjangan.
Tim pertama terdiri dari 50 dokter asal Amerika, para konselor, dan
penerjemah, yang dipimpin langsung oleh Pdt. Daniel Hanafi selaku VP
International, di sana mereka menjumpai suatu keadaan yang
mengenaskan. Puluhan orang bergeletakan dengan tubuh mengejang dan
mulut berbusa, semuanya terkena tetanus. Para dokter tidak bisa
berbuat apa-apa karena antibiotik tidak tersedia sama sekali.
Beruntung saat itu separuh dari tim rombongan masih tertahan di
Jakarta karena penuhnya pesawat. Mereka bisa dihubungi dan kesokan
harinya tambahan antibiotik pun tiba.
Kerja sama yang telah digalang oleh World Harvest dengan TNI selama
hampir 8 tahun dalam program-program kemanusiaan di pulau Jawa
memungkinkan mereka menggunakan fasilitas Angkatan Laut untuk
mengirimkan peralatan-peratatan medis yang sangat dibutuhkan oleh
Rumah Sakit Zainal Abidin. Tidak mengherankan sampai saat ini, World
Harvest bersama Fokus Pada Keluarga (Focus On The Family) diberi
kantor tersendiri di Rumah Sakit Zainal Abidin. Beruntung juga
organisasi Fokus Pada Keluarga bukan merupakan barang baru lagi di
Aceh. Selama hampir 5 tahun saran-saran pembinaan keluarga dari
organisasi ini sangat akrab di telinga mereka lewat siaran Radio
yang disiarkan secara rutin setiap minggunya.
World Harvest kemudian bekerjasama dengan Fokus Pada Keluarga untuk
membuka tenda di lokasi pemukiman para pengungsi. Selain memberikan
pelayanan konseling diberikan juga fasilitas pengobatan gratis,
pendidikan keterampilan, manajemen dan bahasa Inggris. Setelah
musibah terjadi, diperlukan jangka waktu yang lama untuk mengurangi
penderitaan para korban. World Harvest sadar bahwa usaha penyembuhan
sendiri hanya akan membawa solusi jangka pendek kecuali ditemani
oleh pembangunan transformasi jangka panjang.
World Harvest telah memperkenalkan kepada masyarakat Aceh suatu
komunitas baru, Community Transformational Center (CTC) -- Pusat
Transformasi Komunitas untuk membantu para korban tsunami di
propinsi Aceh. World Harvest telah berhasil meluncurkan program ini
di wilayah Neuhuen tempat di mana penduduk setempat bisa mendapatkan
pertolongan medis, pendidikan, latihan untuk bekerja dan konseling
penanganan krisis.
KETIKA SATU MENANGIS DAN SERIBU MENYAHUT, HIDUPLAH HARAPAN
World Harvest tidak pernah berhenti untuk membantu masyarakat Aceh
dalam membangun kembali kehidupan dan masa depan mereka. Masih
banyak bantuan yang dibutuhkan. Oleh karena itulah World Harvest
mengadakan Benefit Concert, "Harapan Untuk Aceh" yang
diselenggarakan di Ford Amphitheatre, Hollywood, Amerika pada
tanggal 2 Oktober 2005. Konser ini menampilkan artis-artis Kristen
Indonesia, seperti Sidney Mohede dan grup band HPM (Harvest Praise
Ministry), Frontline Generation dari Seattle, dan Four Walls dari
Los Angeles. Untuk mentransformasikan kehidupan para korban, usaha
yang keras sangatlah diperlukan. Saudara-saudara kita di Aceh
memerlukan pertolongan kita untuk membangun kembali kehidupan
mereka. Kami percaya ketika satu menangis dan seribu orang menyahut
dan bergerak, maka muncullah harapan.
World Harvest sampai saat ini masih terus mencari sukarelawan, tidak
hanya di Indonesia tetapi juga di Amerika Serikat untuk dapat
bergabung dalam tim "Harapan untuk Aceh". Apabila Anda ingin ikut
serta dalam tim kami atau membantu World Harvest dalam melayani
korban bencana, silakan mengunjungi Situs World Harvest di alamat:
==> http://www.worldharvest.cc//
Sumber diedit dari:
Nama majalah : SPIRIT Indonesian Magazine, Edisi 28/Oktober 2005
Halaman : 47 - 48
e-JEMMi 01/2006
|