APAKAH PENGINJILAN SAMA DENGAN PERTUMBUHAN GEREJA?
(Oleh: C. Peter Wagner)
Walaupun penginjilan dan pertumbuhan gereja mempunyai hubungan yang
sangat erat, keduanya tidak boleh saling dicampuradukkan. Dalam
lingkungan akademis di Amerika, keduanya mempunyai wadah keilmuan
yang berbeda: Academy of Evangelism in Theological Education
(Akademi Penginjilan dalam Pendidikan Teologi) dan North American
Society for Church Growth (Lembaga Amerika Utara untuk Perkembangan
Gereja). Di tempat saya mengajar, Fuller Theological Seminary,
terdapat profesor di bidang penginjilan dan juga profesor di bidang
pertumbuhan gereja, masing-masing menyajikan serangkaian mata kuliah
yang sesuai dengan bidangnya.
"Pertumbuhan gereja meliputi segala sesuatu yang ada sangkut-paut-
nya dalam usaha membawa orang-orang yang tidak mempunyai hubungan
pribadi dengan Yesus Kristus kepada persekutuan dengan-Nya dan
kepada keanggotaan gereja yang bertanggung jawab." Inilah salah satu
definisi operasional yang baku tentang pertumbuhan gereja yang telah
menjadi semakin populer. Tetapi definisi di atas tidaklah cukup
terinci untuk dapat menjelaskan perbedaan-perbedaan yang terdapat
antara pertumbuhan gereja dan penginjilan. Definisi formal tentang
pertumbuhan gereja yang paling banyak diterima adalah definisi yang
tertulis dalam anggaran dasar North American Society for Church
Growth, yang berbunyi:
"Pertumbuhan gereja adalah suatu disiplin ilmu yang menyelidiki
sifat-sifat, perluasan, perintisan, pelipatgandaan, fungsi, dan
kesejahteraan gereja-gereja Kristen dalam hubungannya dengan
penerapan yang efektif dari amanat Allah untuk "menjadikan semua
bangsa murid-Nya" (Matius 28:18-20). Para penyelidik pertumbuhan
gereja berusaha keras untuk mengintegrasikan prinsip-prinsip
teologi yang abadi dari firman Allah perihal perluasan gereja
dengan wawasan-wawasan yang mutakhir di bidang ilmu-ilmu sosial
maupun ilmu-ilmu perilaku. Hal di atas dilakukan dengan
menggunakan sebagai kerangka acuan awal, landasan-landasan
tentang pertumbuhan gereja yang telah dikembangkan oleh Donald
McGavran."
Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa hal-hal yang dibahas
dalam pertumbuhan gereja tidak secara otomatis berhubungan dengan
penginjilan. Perintisan gereja biasanya bukan merupakan bagian dari
penginjilan. Proses mendiagnose kesehatan/kesejahteraan suatu gereja
biasanya juga bukan termasuk bagian dari penginjilan. Banyak tentang
pendewasaan warga jemaat dan penerimaan anggota-anggota baru dibahas
dalam pertumbuhan gereja. Hal-hal yang berhubungan dengan karunia-
karunia rohani maupun teori-teori dinamika kelompok kecil sangatlah
penting bagi pertumbuhan gereja.
Gereja memperoleh anggota-anggota baru melalui tiga macam cara.
Pertumbuhan gereja bisa terjadi secara biologis, melalui perpindahan
anggota gereja maupun karena pertobatan jiwa-jiwa baru. Pertumbuhan
secara biologis terjadi dari anak-anak dari keluarga-keluarga
Kristen yang tumbuh menjadi dewasa, dilayani oleh gereja, dibawa
kepada Kristus dan dipersiapkan untuk menjadi anggota gereja yang
bertanggung jawab. Sebagian besar dari gereja-gereja di seluruh
dunia tumbuh dengan cara yang seperti ini. Pertumbuhan karena
perpindahan anggota gereja terjadi ketika orang-orang yang telah
menjadi percaya meninggalkan keanggotaan mereka pada suatu gereja
dan beralih ke gereja lainnya. Pertumbuhan karena pertobatan jiwa-
jiwa baru merupakan hasil pemberitaan Injil kepada "orang-orang yang
belum masuk gereja" sehingga mereka dapat dibawa kepada Kristus dan
menjadi anggota gereja.
Penginjilan terutama berhubungan dengan perkembangan gereja karena
pertobatan jiwa-jiwa baru. Tetapi, penginjilan juga berhubungan
dengan pertumbuhan gereja secara biologis karena dalam arti yang
sesungguhnya anak-anak dari orang-orang yang telah percaya itu juga
perlu diinjili. Tetapi penginjilan pada hakikatnya tidak ada
sangkut-pautnya dengan pertumbuhan gereja karena perpindahan anggota
gereja. Ketiga macam pertumbuhan gereja itu, termasuk yang
disebabkan perpindahan anggota gereja, sangat penting bagi
pertumbuhan suatu gereja. Misalnya, jika anggota-anggota suatu
gereja berpindah dalam jumlah besar, maka hal itu dibicarakan
dalam pertumbuhan gereja. Pertumbuhan gereja juga membahas hal-hal
yang menyebabkan suatu gereja banyak menerima pindahan dari gereja
lain setiap tahunnya. Dalam hal ini, ruang lingkup pertumbuhan
gereja lebih luas dibandingkan dengan penginjilan.
Tetapi masalah-masalah yang dibahas dalam penginjilan tidak selalu
berhubungan dengan pertumbuhan gereja. Seperti yang segera kita
lihat, ada beberapa definisi yang sangat populer tentang penginjilan
yang hanya sedikit atau bahkan sama sekali tidak berhubungan dengan
pertumbuhan gereja. Banyak penginjil profesional yang hanya tertarik
untuk membawa banyak jiwa kepada Kristus, tetapi mereka tidak begitu
mempersoalkan apakah nantinya orang-orang yang telah bertobat di
bawah pelayanan mereka itu menjadi anggota gereja atau tidak.
Metode-metode penginjilan yang khusus lebih banyak dibicarakan
secara terinci dalam bidang penginjilan dibandingkan dengan
pertumbuhan gereja. Sehubungan dengan hal-hal di atas, ruang lingkup
penginjilan lebih luas daripada pertumbuhan gereja.
Perlambang yang populer tentang penginjilan dan pertumbuhan gereja
menunjukkan kesamaan-kesamaan penting yang terdapat di antara
keduanya.
PENGINJILAN dapat diklasifikasikan sebagai:
E-0 atau penginjilan nol
Proses membimbing orang-orang yang telah menjadi anggota gereja
kepada suatu penyerahan hidup kepada Yesus Kristus. Sewaktu hal ini
terjadi, jumlah keanggotaan gereja tidaklah bertambah, melainkan
kualitasnya yang meningkat.
E-1 atau penginjilan satu
Membawa orang-orang dari kelompok budaya yang sama kepada Kristus.
Untuk dapat melakukan hal ini saudara tidak perlu mempelajari suatu
bahasa asing atau membiasakan diri dengan makanan yang asing ataupun
mengadaptasi adat istiadat yang baru.
E-2 atau penginjilan dua dan E-3 atau penginjilan tiga
Keduanya menunjuk kepada penginjilan antarbudaya. Untuk melakukan
hal ini, saudara harus melayani orang-orang dalam budaya yang
berbeda dengan budaya saudara sendiri. E-2 adalah penginjilan yang
ditujukan kepada orang-orang yang budayanya serupa dengan budaya
saudara, seperti misalnya seorang Indonesia menginjili orang-orang
Malaysia. Dalam E-3, budaya orang-orang yang saudara injili berbeda
cukup jauh dengan budaya saudara. Contohnya ialah jika saudara
(seorang Indonesia) menginjili orang-orang Jepang.
PERKEMBANGAN GEREJA dapat diklasifikasikan sebagai:
Perkembangan Internal
Yang dimaksud adalah peningkatan kualitas suatu gereja. Orang
Kristen dapat bertumbuh dalam penyembahan, pemahaman Firman Allah,
kasih terhadap satu sama lain, buah Roh, kehidupan doa dan dalam
hal-hal lainnya. E-0 termasuk dalam perkembangan internal, karena
kualitas gereja akan meningkat jika anggota-anggota gereja yang
belum bertobat dilahirkan kembali.
Perkembangan Ekspansi
Gereja melakukan perkembangan ekspansi dengan memperluas jangkauan
pelayanan ke luar dan membawa orang-orang baru dari luar ke dalam
persekutuan dengan gereja, baik kedatangan mereka itu dikarenakan
pertobatan ataupun karena berpindah gereja. Karena anggota-anggota
baru dalam gereja itu berasal dari budaya yang sama, maka
perekembangan ekspansi itu termasuk dalam E-1.
Perkembangan Ekstensi
Perkembangan ekstensi mempunyai arti yang sama dengan pembukaan atau
perintisan gereja. Orang-orang yang baru bertobat itu dikumpulkan
dalam jemaat-jemaat yang baru. Perkembangan ekstensi juga termasuk
dalam E-1 karena tidak ada perbedaan budaya antara penginjil dan
orang-orang yang diinjili.
Perkembangan Antarbudaya
Perkembangan antarabudaya juga mengacu pada pembukaan gereja-gereja
baru, tetapi dalam hal ini gereja-gereja itu berada dalam budaya
yang berbeda. Baik E-2 maupun E-3 termasuk dalam kategori ini,
bergantung dari jauhnya perbedaan budaya antara si penginjil dengan
orang-orang yang diinjilinya.
Karena adanya kesamaan-kesamaan ini, penginjilan haruslah ditangani
secara sangat serius dalam merencanakan strategi perkembangan
gereja.
Artikel dikutip dan diedit dari:
Judul Buku: Strategi Perkembangan Gereja
Penulis : C. Peter Wagner
Penerbit : Yayasan Penerbit Gandum Mas, Malang, 1996
Halaman : 100 - 101