AMANAT AGUNG DAN ROH KUDUS (Bagian 1)
Pdt. Dr. Stephen Tong
Kapankah janji Kisah Para Rasul 1:6-8 betul-betul terwujud dalam
gereja di Indonesia sehingga orang Kristen yang memiliki kuasa Roh
Kudus dapat menjadi saksi Tuhan dengan melintasi berbagai kota,
propinsi, dan suku bangsa kita? Kapankah orang Kristen di Toraja
mengirim penginjil ke Minangkabau? Orang Kristen di Tapanuli
mengirim penginjil ke Aceh? Orang Kristen di Jawa mengirim penginjil
ke Irian? Orang Kristen di Minahasa mengirim penginjil ke pulau-pulau yang terpencil? Kapankah anak-anak Tuhan di Indonesia pergi ke
Afrika, Australia, Amerika Latin atau benua-benua lain untuk menjadi
saksi bagi Kristus? Sejak gereja berdiri di Indonesia sampai
sekarang, ayat-ayat ini sudah terus-menerus dibaca tetapi belum
berarti apa-apa bagi kita.
Salah satu ucapan yang paling agung dari Socrates ialah:
"Saya adalah warga dunia; jika saudara membunuh saya, saudara
bukan pembunuh seorang warga Athena tetapi pembunuh seorang warga
dunia."
Tetapi dalam Amanat Agung Yesus berkata:
"Pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu."
Perkataan Yesus lebih tinggi dari perkataan Socrates bahkan siapapun
yang paling agung, yang paling tajam, yang paling bermutu di dunia.
Setelah Amanat Agung diberikan, tak lama kemudian Yesus berpisah
dengan para murid dan naik ke surga. Ketika mereka mendengarkan kata-kata Yesus yang terakhir, mereka teringat satu hal:
"Sudah lama kami mengikut Engkau, tetapi apa yang kami harapkan
dari-Mu belum juga tiba."
Bukankah Petrus, Yohanes, Yakobus, Andreas dan rasul-rasul mengikut
Yesus karena mereka mengira Yesus adalah Mesias? Jika Yesus adalah
Mesias, berarti kebangunan negara Israel pasti segera akan
terlaksana, dan akhirnya Dia yang akan menjadi Raja. Meskipun
kematian Yesus pernah melenyapkan pengharapan mereka yang berapi-api, tetapi sekarang kebangkitan Yesus sudah mengembalikan
pengharapan itu. Yesus sudah bangkit dan sudah 40 hari bersama
mereka, tetapi mengapa Dia tidak membicarakan kebangunan Israel?
Mengapa Dia sama sekali tidak mengatakan bahwa Israel akan segera
dilepaskan dari penjajahan Roma? Mengapa Yesus hanya berfokus pada
Injil, dan Injil saja? Lalu mereka bertanya kepada Yesus,
"Sekarangkah Engkau mau membangun kerajaan bagi Israel?"
Yesus langsung menjawab,
"Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan
Bapa sendiri menurut kuasa-Nya. Tetapi kamu harus menunggu di
Yerusalem sampai kamu memperoleh kuasa dari atas. Roh Kudus akan
turun ke atas kamu, dan kamu akan memiliki kuasa untuk menjadi
saksiKu di Yerusalem, di Yudea, di Samaria dan sampai ke ujung
bumi."
Sebelum Amanat Agung, terjadi kematian satu orang, yaitu Anak Allah
yang tunggal; setelah Amanat Agung, terjadi kematian syahid dari
orang-orang yang mencintai Yesus Kristus. Sebelum Amanat Agung, Bapa
mengirim Anak-Nya; setelah Amanat Agung, Anak mengirim gereja.
Sebelum Amanat Agung, darah Yesus yang dialirkan; sesudah Amanat
Agung, darah orang-orang yang mencintai Tuhan dan menyerahkan diri
menjadi sukarelawan-sukarelawati Injil dialirkan. Sebelum Yesus
Kristus memberikan Amanat Agung, ada kematian dan kebangkitan-Nya;
setelah Amanat Agung, ada kuasa kematian dan kebangkitan Yesus yang
mempersiapkan, melengkapi, dan memberikan kuasa kepada gereja.
Sebelum Amanat Agung ada Roh Allah, Pribadi ketiga dari Allah
Tritunggal yang berada secara tidak terbatas di atas pribadi
Kristus; sesudah Amanat Agung ada Roh Allah, Roh yang sama
mendampingi, menguasai, memenuhi, mengurapi, dan mengirim mereka
menjadi utusan Injil ke mana-mana. Puji Tuhan! Sesudah Roh Kudus
bekerja, David Livingstone dan Moffat pergi ke Afrika; C.T. Studd,
Hudson Taylor, dan Richard Timothy pergi ke Tiongkok; Judson pergi
ke Birma; dan Nommensen pergi ke Tapanuli.
INJIL BUKAN UNTUK KALANGAN SENDIRI
Karena orang-orang Israel tidak setuju dengan Injil Yesus Kristus,
maka mereka berusaha menangkap para rasul. Setelah Yesus naik ke
surga, para rasul berdoa, mereka takut. Meskipun Yesus sudah
bangkit, tetapi mereka tidak tahu, apakah kebangkitan-Nya menjadi
jaminan penyertaan-Nya. Mereka tidak ada pegangan dan tidak ada
kepastian, maka mereka mengunci semua pintu dari dalam dan bukan
dari luar. Petrus, Yohanes, Yakobus, dan rasul-rasul lain yang
mengunci diri itu tidak bijaksana, penakut, kurang beriman dan
kurang percaya. Dari peristiwa yang penting ini terlihatlah bahwa
pintu Injil tidak pernah ditutup dari luar. Injil selalu ditutup
oleh orang Kristen sendiri. Pintu Injil tidak bisa ditutup oleh
komunisme, liberalisme, ataupun musuh-musuh dari luar. Pintu Injil
selalu ditutup oleh pemimpin-pemimpin gereja yang tidak berani
mengabarkan Injil. Sampai kapankah kita begitu takut? Mengapa yang
menginjil di Irian Jaya orang-orang berkulit putih, bukan orang yang
berkulit sawo matang? Apa sebabnya kita belum sadar, kita masih
berada pada tahap di mana kita melihat: sudah mempunyai gereja yang
sejarahnya cukup lama, organisasinya cukup kuat, dan segala sesuatu
cukup teratur, lalu merasa puas.
Di Taiwan seorang pendeta berkata kepada saya, "Pak Stephen Tong,
gereja saya sangat penuh." Saya tanya, "Apa sebab gerejamu penuh?"
Dia bilang sebab mereka hebat. Hati saya sedih sekali. Saya berkata,
"Maaf Pendeta, jawabanmu kurang baik." "Oh, maaf! Sebab saudara-saudara kita giat sekali." "Saya kira jawaban ini lebih baik, tetapi
masih kurang." Dia pikir, pikir, "Oh, sebab anugerah Tuhan." Saya
bilang itu sudah lebih baik, tetapi masih kurang. Setelah tiga kali
saya menjawab kurang baik, dia jadi marah. "Kalau begitu jawaban apa
yang paling baik menurutmu?" Saya berkata, "Gerejamu bisa penuh
karena ada empat dinding. Coba bongkar dindingmu, penuh tidak?"
Saudara mau gerejamu penuh, gampang sekali, bikin lebih kecil pasti
penuh, lebih kecil lagi lebih penuh. Tetapi Tuhan Yesus berkata,
"Aku masih memiliki domba di sana, bukan di sini, Aku harus
membawa mereka masuk ke dalam kandang domba ini."
Apa artinya gereja dan misi, misi dan gereja? Hanya menggembalakan
gereja dan anggota yang ada, belum berarti mengerjakan pekerjaan
Tuhan secara sempurna. Kita harus pergi mencari domba-domba yang
sesat. Billy Graham berkata bahwa karena gereja-gereja mempunyai
cukup banyak kesibukan, sehingga mereka kekurangan waktu, maka Tuhan
membangkitkan organisasi-organisasi parachurch untuk mengisi apa
yang belum dikerjakan oleh gereja-gereja. Berapa banyak gereja tidak
pernah mengirim uang ke lembaga Alkitab, ke seminari-seminari, ke
siaran radio Kristen, dan menunjang pekerjaan penginjilan yang lain?
Mereka hanya mementingkan gerejanya saja, kalau ada uang bikin lebih
besar, bikin lebih besar lagi untuk membanggakan diri, seolah-olah
mereka memonopoli pekerjaan Tuhan. Tetapi saudara, siapakah yang
memberitakan Injil melalui siaran radio ke RRC, ke Rusia, ke Jerman
Timur, ke Polandia, ke Cekoslowakia, dan ke tempat-tempat lain yang
tidak bisa dikunjungi oleh para penginjil karena mereka dilarang
masuk ke sana? Tentu harus ada orang yang membuat program, yang
menerjemahkan Alkitab, yang menyiarkan, yang memberikan daya listrik
yang cukup untuk mendukung penyiaran itu. Banyak gereja kurang
memperhatikan hal-hal demikian, maka Tuhan membangkitkan yang lain.
Marilah kita bekerja sama, baik di dalam penggembalaan maupun di
dalam organisasi parachurch, dengan tidak lagi memisahkan engkau-engkau, saya-saya, karena kerajaan Allah lebih penting dari
denominasi dan dinding-dinding yang mengelilingi domba-domba yang
diberikan Tuhan kepada kita. Dengan demikian hati kita akan menjadi
lebih lapang dan pandangan kita pun akan lebih luas. Saudara
perhatikan di semua desa-desa, bahkan yang paling kecil pun selalu
ada minuman Coca-Cola, tetapi tidak demikian dengan Injil; ada
shampoo dan kosmetik apa saja tetapi belum ada guru Injil; ada
onderdil-onderdil mobil dari Jepang tetapi tidak terdengar ada orang
memberitakan Injil di sana. Sampai kapankah kekristenan harus
tertinggal begitu jauh?
ROH KUDUS DALAM PENGINJILAN
Di mana engkau diurapi oleh kuasa Roh Kudus, di sana padang
belantara menjadi tanah yang subur. Tetapi jika engkau tidak
memiliki pengurapan Roh Kudus, Bait Allah di Yerusalem pun bisa
menjadi tanah yang tandus. Dalam Lukas 3 tertulis,
"Pada waktu Herodes menjadi raja wilayah Galilea, pada waktu
Hanas dan Kayafas menjadi imam besar, pada waktu mereka di tanah
Yudea, Roh Allah turun kepada Yohanes Pembaptis di padang
belantara."
Mengapa Yohanes Pembaptis tidak berkhotbah di Bait Allah di
Yerusalem? Bukankah di sana ada mimbar yang tinggi, ada orang-orang
yang terlatih dalam Talmud, Misnah, dan teologi orang Israel? Tetapi
Alkitab mengatakan bahwa Roh Tuhan bukan turun di sana melainkan di
padang belantara sehingga Yohanes Pembaptis menjadikan padang
belantara tempat ratusan ribu orang menerima Tuhan Yesus. Stephen
Tong, Thomas Wong, atau Chris Marantika tidak berarti apa-apa,
tetapi pada waktu Roh Kudus turun dan mengurapi mereka, barulah
penginjilan yang mereka lakukan bisa sukses. Sebab itu demi nama
Tuhan Yesus saya berkata kepada para pemuda-pemudi yang masih duduk
di SMP, SMA, ataupun universitas,
"Engkau yang tidak ada uang, yang belum memiliki gelar dan
pengalaman, jika engkau mau datang dan berkata kepada Tuhan,
'Di sini saya, saya mau menyerahkan diri, mau dipakai oleh-Mu,
Tuhan, saya mau mempelajari Injil baik-baik dan mau dipenuhi
oleh Roh-Mu yang kudus,' maka engkau akan menjadi orang yang
dipakai oleh Tuhan."
Dalam Amanat Agung Yesus memerintahkan,
"Pergilah, jadikanlah segala bangsa murid-Ku."
Semangat Injil adalah pergi, pergi! Tetapi dalam Kisah Para Rasul
Yesus memerintahkan mereka untuk menunggu di Yerusalem, jangan pergi
dulu, sampai Roh Kudus turun ke atasmu. Inilah yang disebut paradoks
(seolah-olah bertentangan tetapi tidak). Mereka menunggu dan
menunggu, lalu Roh Kudus turun dan memenuhi mereka pada hari
Pentakosta yang hanya terjadi satu kali dalam sejarah dan tidak akan
pernah terulang lagi. Hari Pentakosta adalah hari jadi gereja. Pada
hari itu umat Tuhan berkumpul bersama menjadi tubuh Kristus, dan Roh
Kudus yang dikirim pada hari itu tidak ditarik kembali untuk selama-lamanya sampai kita berjumpa dengan Yesus Kristus. Sebagaimana janji
Yesus,
"Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi kepada Bapa."
Sebab jika Aku tidak pergi, Roh Kudus tidak akan datang
kepadamu, tetapi jika Aku pergi, Aku akan mengutus Dia
kepadamu dan Ia beserta denganmu sampai selama-lamanya."
Roh Kudus sudah turun satu kali dan tidak turun lagi; lalu bagaimana
dengan orang-orang Kristen dalam setiap jaman? Kita menerima Roh
Yang sudah diberikan kepada gereja untuk memenuhi kita. Kelahiran
baru yang sejati mencakup juga baptisan Roh Kudus secara otomatis.
Pada waktu engkau lahir baru, statusmu sebagai orang berdosa berubah
menjadi orang suci, maka Roh Kudus pun akan berdiam dalam hatimu dan
menjadi Tuan dalam hidupmu. Dia akan menguasai seluruh pikiran,
emosi dan kemauanmu. Setelah Roh Kudus memenuhi engkau, engkau
diberi kuasa, diberi urapan, diberi kekuatan, diberi perlengkapan
dan dipersiapkan untuk menjadi saksi Kristus.
Mengapa penginjilan tidak dapat lepas dari kuasa Roh Kudus?
Perhatikan dengan teliti perkataan Petrus: "Kami (rasul-rasul)
adalah saksi dari segala sesuatu itu (yaitu kematian dan kebangkitan
Kristus, dua hal yang paling penting, yang merupakan inti dan
fondasi dari Injil Yesus Kristus, yang menjadi pengharapan satu-satunya bagi manusia yang berdosa untuk kembali kepada Tuhan), kami
dan Roh Kudus, yang dikaruniakan Allah kepada semua orang yang
menaati Dia" (Kisah 5:32). Puji Tuhan! Barangsiapa betul-betul setia
dan taat kepada Injil serta meninggikan Kristus dengan motivasi yang
murni, tidak mungkin tidak didampingi oleh Roh Kudus.
Penginjilan bukan pidato, bukan pertambahan anggota gereja, bukan
kemegahan supaya orang lain melihat denominasi saya berkembang.
Penginjilan adalah peperangan rohani untuk merebut manusia yang
diciptakan menurut peta dan teladan Allah, yang berada di dalam
tangan setan, agar ia keluar dari situ dan masuk ke dalam kerajaan
Anak Allah yang kekal. Maka tidak boleh ada seorang pun yang
mengabarkan Injil tanpa disertai kuasa Roh Kudus, karena setan tidak
takut pada gereja yang besar, tidak takut pada mereka yang memiliki
pengetahuan teologi yang hebat dan pengetahuan yang kuat, tetapi
setan paling takut kepada mereka yang memiliki kuasa Roh Kudus.
Sejak bulan Maret 1957 sampai sekarang sudah 20.000 kali saya
berkhotbah, tetapi tidak satu kali pun saya berani naik ke atas
mimbar tanpa Roh Kudus memimpin saya. Setiap kali sebelum naik saya
berkata kepada Tuhan dengan gemetar, "Tuhan jika Engkau tidak naik,
saya juga tidak mau naik."
[Bersambung di edisi e-JEMMi 06-23#2003]
Sumber:
Judul Buletin | : | Momentum, Edisi 5, Desember 1988 |
Judul Artikel | : | Amanat Agung dan Roh Kudus |
Penulis | : | Pdt. Dr. Stephen Tong |
Penerbit | : | Lembaga Reformed Injili Indonesia |
Halaman | : | 21 - 25 |
e-JEMMi 22/2003