SUKU BATAK MANDAILING
Sumatera Utara
Letak | : | Sumatera Utara |
Populasi | : | 400.000 jiwa |
Bahasa | : | Batak Mandailing |
Agama Mayoritas | : | Islam |
Anggota Gereja | : | 1200 (0,3%) |
Alkitab dalam bahasa Batak Mandailing | : | Tidak Ada |
Film Yesus dalam bahasa Batak Mandailing | : | Tidak Ada |
Siaran radio penginjilan dalam bahasa Mandailing | : | Tidak Ada |
Suku Batak Mandailing dan suku Batak Angkola merupakan dua
suku yang masih berhubungan erat dengan suku Batak yang tinggal di
bagian selatan Tapanuli, Sumatera Utara, Indonesia. Suku Angkola
tinggal di bagian utara Padang Lawas dan Mandailing di bagian selatan
Padang Lawas.
SOSIAL BUDAYA
Suku Mandailing, menganggap diri sebagai kaum Batak yang
lebih sopan santun. Suku Mandailing-Angkola sebagaimana sebagian
besar kelompok Batak sangatlah bangga terhadap kaum mereka. Mereka
juga berpegang teguh pada ciri khas kaum Batak secara keseluruhan
(keahlian memimpin, kecerdasan, kesetiaan terhadap marga/kaum).
Keturunan (marga) merupakan hal yang sangat penting bagi orang Batak.
Oleh karena itu, bila orang Batak tidak mempunyai anak, dianggap aib
oleh masyarakat. Kemampuan untuk menelusuri garis keturunan merupakan
hal yang sangat berarti bagi suku Mandailing-Angkola. Kebanyakan dari
mereka mampu menelusuri garis keturunan sampai 20 generasi ke
belakang bahkan bisa juga lebih.
Orang Mandailing lebih banyak bercocok tanam di sawah. Bila
berada di perantauan, orang Mandailing cenderung untuk memiliki tanah
dan rumah tinggal, seperti tercermin dalam pepatah "halului anak
halului tano" carilah anak dan carilah tanah). Anak dan tanah
dipandang sebagai bagian dari sahala hasangapon (harga diri) yang
dapat membuat seseorang menempati kedudukan terhormat dalam
masyarakat. Jika seseorang berhasil dalam perantauannya, ia akan
dipersanggap atau dimuliakan.
Suku Angkola-Mandailing hidup dalam satu kumpulan desa yang
disebut "huta". Secara tradisional, huta memegang kekuasaan atas
tanah dan hanya mengijinkan anggota huta untuk bercocok tanam. Para
anggota dapat memakai/menggarap tanah sebagai milik tetapi tidak
diperkenankan menjualnya tanpa seijin huta. Ijin ini didapat dalam
suatu kebiasaan, upacara perundingan. Sebuah kampung orang Mandailing
dihuni oelh kelompok kerabat keturunan pendiri kampung, yang
memerintah, kelompok kerabat pemberi wanita (mora), dan kelompok
kerabat yang menerima wanita (anak boru). Ketiganya membentuk bagan
struktur sosial orang Mandailing, sebagaimana orang Batak pada
umumnya, yaitu Dalihan na Tolu.
AGAMA/KEPERCAYAAN
Hampir seluruh suku Batak Mandailing penganut agana Islam dan
banyak kegiatan tradisional (adat) mereka yang bernafaskan Islam.
Bagi mereka Islam bukan hanya sekedar agama tetapi juga gaya hidup
berpolitik.
Suku Batak memiliki tiga konsep sehubungan dengan jiwa dan
tubuh: tondi, sahala dan begu. Tondi merupakan jiwa atau roh diri
seseorang dan secara bersamaan merupakan kekuatan dari dirinya. Tondi
dapat diambil dari tubuh untuk semntara waktu ketika ada kuasa lain
yang lebih besar (sombaon) menawannya. Mengalap tondi (memanggil roh)
adalah upacara khusus yang diadakan sehubungan dengan mengembalikan
tondi (roh) kepada pemiliknya (tubuhnya).
KEBUTUHAN
Suku Batak Mandailing saat ini membutuhkan pengembangan
teknologi pertanian. Selain itu pekerjaan dan kesadaran akan tujuan
hidup (untuk meraih kesuksesan) merupakan salah satu di antara KEBUTUHAN
yang paling pokok. Banyak yang telah menemukan tujuan hidup ini
meninggalkan daerahnya untuk kelanjutan pendidikan atau ekonomi yang
lebih baik. Di daerah suku Batak Mandailing banyak ditemukan bahan
tambang (seng, batu kapur, granit, emas, tembaga, timbel, minyak
bumi, kaolin) yang sangat potensial, namun saat ini belum dikelola
secara profesional. Oleh karenanya dibutuhkan kehadiran investor
untuk menggarapnya. Hubungan perdagangan yang lebih baik,
pengembangan hubungan dagang dan pengairan merupakan
KEBUTUHAN-KEBUTUHAN yang lain.
POKOK DOA
Kemudian daripada itu aku melihat :
sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang
banyak yang tidak dapat terhintung banyaknya, dari
segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa,
berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak
Domba, memakai jubah putih dan memegang
daun-daun palem di tangan mereka. Dan dengan
suara nyaring mereka berseru : "Keselamatan
bagi Allah kami yang duduk di atas takhta dan
bagi Anak Domba !"
(\\/TB #Wahyu 7:9-10*\\)
- Berdoa agar Tuhan mencurahkan Roh Kudus, berkat dan kasihNya di
tengah-tengah suku Batak Mandailing, agar terang dan kemuliaan
Tuhan bercahaya di atasnya. Berdoa agar hati mereka disentuh oleh
kasih Tuhan melalui berbagai cara dan mereka yang berseru kepada
nama Tuhan akan diselamatkan.
- Berdoa agar Tuhan yang empunya tuaian membangkitkan gerejaNya
untuk bersatu dan bekerjasama, menyediakan pekerja : pendoa
syafaat, penerjemah Alkitab, kaum profesional, penabur dan penuai
untuk memberkati dan meningkatkan kesejahteraan hidup suku
Batak Mandailing
- Berdoa bagi adanya lembaga & gereja yang digerakkan oleh Tuhan
untuk mengadopsi suku Batak Mandailing yang juga berbeban dalam
meningkatkan kesejahteraan hidup mereka.
Jika saudara ingin mengetahui informasi lebih lanjut,
silahkan menghubungi :
PJRN
Kotak Pos 6739/JKUKP - Jakarta 14607
Telp/Fax. (021) 45843235-42
Untuk kalangan sendiri