Home
       

Resources
Artikel
Artikel-artikel MISI
Bahan PA
Misi Allah Bagi Dunia &
Para Pengubah Dunia
Cerita Misi
Alkitab di Seluruh Dunia :
48 Kisah Nyata
Buku
Buku-buku Misi
Doa
Doa bagi Negara
Doa bagi Kota
Doa bagi Suku
PD Timotius
40 Hari Doa
e-KJDN
Info
Sejarah
Ulasan Tokoh MISI
Lembaga
Lebih dekat dengan lembaga MISI
Media
Berbagai program pengabaran Injil
Lintas
Lintas Religi
Profil Suku di Indonesia
 
 Renungan
 Kesaksian
 
 
| suku 9
dari 61 suku
SUKU BATAK MANDAILING
Sumatera Utara

Letak : Sumatera Utara
Populasi : 400.000 jiwa
Bahasa : Batak Mandailing
Agama Mayoritas : Islam
Anggota Gereja : 1200 (0,3%)
Alkitab dalam bahasa Batak Mandailing : Tidak Ada
Film Yesus dalam bahasa Batak Mandailing : Tidak Ada
Siaran radio penginjilan dalam bahasa Mandailing : Tidak Ada

Suku Batak Mandailing dan suku Batak Angkola merupakan dua suku yang masih berhubungan erat dengan suku Batak yang tinggal di bagian selatan Tapanuli, Sumatera Utara, Indonesia. Suku Angkola tinggal di bagian utara Padang Lawas dan Mandailing di bagian selatan Padang Lawas.

SOSIAL BUDAYA

Suku Mandailing, menganggap diri sebagai kaum Batak yang lebih sopan santun. Suku Mandailing-Angkola sebagaimana sebagian besar kelompok Batak sangatlah bangga terhadap kaum mereka. Mereka juga berpegang teguh pada ciri khas kaum Batak secara keseluruhan (keahlian memimpin, kecerdasan, kesetiaan terhadap marga/kaum). Keturunan (marga) merupakan hal yang sangat penting bagi orang Batak. Oleh karena itu, bila orang Batak tidak mempunyai anak, dianggap aib oleh masyarakat. Kemampuan untuk menelusuri garis keturunan merupakan hal yang sangat berarti bagi suku Mandailing-Angkola. Kebanyakan dari mereka mampu menelusuri garis keturunan sampai 20 generasi ke belakang bahkan bisa juga lebih.

Orang Mandailing lebih banyak bercocok tanam di sawah. Bila berada di perantauan, orang Mandailing cenderung untuk memiliki tanah dan rumah tinggal, seperti tercermin dalam pepatah "halului anak halului tano" carilah anak dan carilah tanah). Anak dan tanah dipandang sebagai bagian dari sahala hasangapon (harga diri) yang dapat membuat seseorang menempati kedudukan terhormat dalam masyarakat. Jika seseorang berhasil dalam perantauannya, ia akan dipersanggap atau dimuliakan.

Suku Angkola-Mandailing hidup dalam satu kumpulan desa yang disebut "huta". Secara tradisional, huta memegang kekuasaan atas tanah dan hanya mengijinkan anggota huta untuk bercocok tanam. Para anggota dapat memakai/menggarap tanah sebagai milik tetapi tidak diperkenankan menjualnya tanpa seijin huta. Ijin ini didapat dalam suatu kebiasaan, upacara perundingan. Sebuah kampung orang Mandailing dihuni oelh kelompok kerabat keturunan pendiri kampung, yang memerintah, kelompok kerabat pemberi wanita (mora), dan kelompok kerabat yang menerima wanita (anak boru). Ketiganya membentuk bagan struktur sosial orang Mandailing, sebagaimana orang Batak pada umumnya, yaitu Dalihan na Tolu.

AGAMA/KEPERCAYAAN

Hampir seluruh suku Batak Mandailing penganut agana Islam dan banyak kegiatan tradisional (adat) mereka yang bernafaskan Islam. Bagi mereka Islam bukan hanya sekedar agama tetapi juga gaya hidup berpolitik.

Suku Batak memiliki tiga konsep sehubungan dengan jiwa dan tubuh: tondi, sahala dan begu. Tondi merupakan jiwa atau roh diri seseorang dan secara bersamaan merupakan kekuatan dari dirinya. Tondi dapat diambil dari tubuh untuk semntara waktu ketika ada kuasa lain yang lebih besar (sombaon) menawannya. Mengalap tondi (memanggil roh) adalah upacara khusus yang diadakan sehubungan dengan mengembalikan tondi (roh) kepada pemiliknya (tubuhnya).

KEBUTUHAN

Suku Batak Mandailing saat ini membutuhkan pengembangan teknologi pertanian. Selain itu pekerjaan dan kesadaran akan tujuan hidup (untuk meraih kesuksesan) merupakan salah satu di antara KEBUTUHAN yang paling pokok. Banyak yang telah menemukan tujuan hidup ini meninggalkan daerahnya untuk kelanjutan pendidikan atau ekonomi yang lebih baik. Di daerah suku Batak Mandailing banyak ditemukan bahan tambang (seng, batu kapur, granit, emas, tembaga, timbel, minyak bumi, kaolin) yang sangat potensial, namun saat ini belum dikelola secara profesional. Oleh karenanya dibutuhkan kehadiran investor untuk menggarapnya. Hubungan perdagangan yang lebih baik, pengembangan hubungan dagang dan pengairan merupakan KEBUTUHAN-KEBUTUHAN yang lain.

POKOK DOA
Kemudian daripada itu aku melihat : sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhintung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka. Dan dengan suara nyaring mereka berseru : "Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba !" (\\/TB #Wahyu 7:9-10*\\)
  1. Berdoa agar Tuhan mencurahkan Roh Kudus, berkat dan kasihNya di tengah-tengah suku Batak Mandailing, agar terang dan kemuliaan Tuhan bercahaya di atasnya. Berdoa agar hati mereka disentuh oleh kasih Tuhan melalui berbagai cara dan mereka yang berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan.
  2. Berdoa agar Tuhan yang empunya tuaian membangkitkan gerejaNya untuk bersatu dan bekerjasama, menyediakan pekerja : pendoa syafaat, penerjemah Alkitab, kaum profesional, penabur dan penuai untuk memberkati dan meningkatkan kesejahteraan hidup suku Batak Mandailing
  3. Berdoa bagi adanya lembaga & gereja yang digerakkan oleh Tuhan untuk mengadopsi suku Batak Mandailing yang juga berbeban dalam meningkatkan kesejahteraan hidup mereka.

Jika saudara ingin mengetahui informasi lebih lanjut, silahkan menghubungi :
PJRN
Kotak Pos 6739/JKUKP - Jakarta 14607
Telp/Fax. (021) 45843235-42

Untuk kalangan sendiri
|



 Ke atas 
© 2003 YLSA