Home
       

Resources
Artikel
Artikel-artikel MISI
Bahan PA
Misi Allah Bagi Dunia &
Para Pengubah Dunia
Cerita Misi
Alkitab di Seluruh Dunia :
48 Kisah Nyata
Buku
Buku-buku Misi
Doa
Doa bagi Negara
Doa bagi Kota
Doa bagi Suku
PD Timotius
40 Hari Doa
e-KJDN
Info
Sejarah
Ulasan Tokoh MISI
Lembaga
Lebih dekat dengan lembaga MISI
Media
Berbagai program pengabaran Injil
Lintas
Lintas Religi
Profil Suku di Indonesia
 
 Renungan
 Kesaksian
 
 
| suku 38
dari 61 suku
SUKU LEMBAK
Bengkulu

Letak : Bengkulu
Populasi : 160.000 jiwa
Bahasa : Buang
Anggota Gereja : 10 (0,006%)
Alkitab dalam bahasa Lembak : Tidak Ada
Film Yesus dalam bahasa Lembak : Tidak Ada
Siaran radio pelayanan dalam bahasa Lembak : Tidak Ada

Suku Lembak Kelingi bermukim di pedalaman Bengkulu, yakni di hulu sungai Musi. Tempat tinggal mereka merupakan daerah perbatasan antara Propinsi Bengkulu dan Sumatera Selatan, dengan pola perkampungan yang mengelompok padat. Di Propinsi bengkulu mereka menyebut diri mereka sebagai suku sindang Kelingi atau Lembak sindang Merdeka. Suku ini biasa disebut orang Bulang. Tempat tinggal suku ini terpencar-pencar, di antaranya sebagian ada di Kabupaten Rejang Lebong, yaitu Kecamatan Padang Ulaktanding; sebagian lagi terdapat di Kabupaten Bengkulu Utara, yaitu di Kecamatan Talangempat. Bahasa orang Lembak adalah bahasa Buang, yang masih serumpun dengan bahasa Melayu. Orang Lembak memiliki tulisan asli yang disebut Surat Ulu, seperti halnya suku Rejang dan Serawai.

SOSIAL BUDAYA

Mata pencaharian pokok orang Lembak adalah bercocok tanam di sawah dan ladang. Daerah suku Lembak juga merupakan daerah perkebunan karet dan banyak pria suku Lembak bekerja sebagai penyadap karet. Selain itu mereka mengelola pabrik pembuatan batu bata di pedesaan. Binatang ternak mereka antara lain : domba, kerbau, ayam dan itik.

Sistem kekeluargaan mereka menganut sistem patrilineal. Para wanita membantu bekerja di ladang atau mengurus rumah tangga. Anak-anak yang lebih besar juga membantu di ladang maupun di rumah. Garis keturunan ditarik secara bilateral. Pola menetap sesudah nikah mengikuti pola menetap neolokal, selain itu ada pula pasangan pengantin yang menetap di kediaman kerabat suami (karena perkawinan dengan adat bejojoh) atau di kediaman kerabat istri (karena perkawinan semendo). Usia pernikahan rata-rata 18 tahun ke atas.

Rumah-rumah orang Lembak berbentuk rumah panggung dengan ruangan-ruangan besar, dan lebih lengkap perabotnya daripada orang Lintang dan Rawas. Listrik tersedia diseluruh daerah dari Muaraklingi sampai Danau Emas. Bahan bakar untuk memasak adalah minyak tanah atau kayu. Kebanyakan rumah memiliki tangga ke arah samping rumah. Pakaian mereka cukup bersih, para pria biasanya tidak mengenakan baju bila di rumah, para wanita yang lebih tua memakai kain sarung.

Sistem kemasyarakatan Lembak pada dasarnya sama dengan yang berlaku pada orang Rejang dan Serawai. Dusun-dusun yang bergabung membentuk marga dipimpin oleh seorang pasirah. Di bawah marga terdapat kepemangkuan yang diawasi oleh mangku serta wakilnya, yaitu penggawa. Dalam menjalankan kepemimpinannya, para pemimpin adat didampingi oleh ahli-ahli di bidang keagamaan, seperti imam, khatib dan sebagainya.

Unsur budaya mereka meliputi tari `pring' dan tari `pisau'. Selain itu ada juga musik dangdut dengan syair dari ajaran Islam. Kaum mudanya dilatih untuk bernyanyi dan menari dan berlatih pencak silat.

AGAMA/KEPERCAYAAN

Orang Lembak pada masa kini adalah pemeluk Islam, walaupun sebagian besar masyarakat masih menganut kepercayaan animisme. Pengaruh agama Islam tampak dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat Lembak.

KEBUTUHAN

Saat ini orang Lembak membutuhkan usaha-usaha peningkatan taraf hidup karena mereka memiliki tingkat pendapatan yang masih rendah. Untuk itu perkebunan karet dan pabrik batu bata yang sudah ada perlu dikelola secara lebih profesional supaya lebih memberi hasil yang layak. Mereka juga memerlukan peningkatan mutu pendidikan dan pelatihan untuk kaum mudanya agar mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.

POKOK DOA
Kemudian daripada itu aku melihat : sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhintung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka. Dan dengan suara nyaring mereka berseru : "Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba !" (\\/TB #Wahyu 7:9-10*\\)
  1. Berdoa agar Tuhan mencurahkan Roh Kudus, berkat dan kasihNya di tengah-tengah suku Lembak, agar terang dan kemuliaan Tuhan bercahaya di atasnya. Berdoa agar hati mereka disentuh oleh kasih Tuhan melalui berbagai cara dan mereka yang berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan.
  2. Berdoa agar Tuhan yang empunya tuaian membangkitkan gerejaNya untuk bersatu dan bekerjasama, menyediakan pekerja : pendoa syafaat, penerjemah Alkitab, kaum profesional, penabur dan penuai untuk memberkati dan meningkatkan kesejahteraan hidup suku Lembak
  3. Berdoa bagi adanya lembaga & gereja yang digerakkan oleh Tuhan untuk mengadopsi suku Lembak yang juga berbeban dalam meningkatkan kesejahteraan hidup mereka.

Jika saudara ingin mengetahui informasi lebih lanjut, silahkan menghubungi :
PJRN
Kotak Pos 6739/JKUKP - Jakarta 14607
Telp/Fax. (021) 45843235-42

Untuk kalangan sendiri
|



 Ke atas 
© 2003 YLSA