Home
       

Resources
Artikel
Artikel-artikel MISI
Bahan PA
Misi Allah Bagi Dunia &
Para Pengubah Dunia
Cerita Misi
Alkitab di Seluruh Dunia :
48 Kisah Nyata
Buku
Buku-buku Misi
Doa
Doa bagi Negara
Doa bagi Kota
Doa bagi Suku
PD Timotius
40 Hari Doa
e-KJDN
Info
Sejarah
Ulasan Tokoh MISI
Lembaga
Lebih dekat dengan lembaga MISI
Media
Berbagai program pengabaran Injil
Lintas
Lintas Religi
Profil Suku di Indonesia
 
 Renungan
 Kesaksian
 
 
| suku 37
dari 61 suku
SUKU LEMATANG
Sumatera Selatan

Letak : Sumatera Selatan
Populasi : 150.000
Bahasa : Lematang
Anggota Gereja : 0 (0%)
Alkitab dalam bahasa Lematang : Tidak Ada
Film Yesus dalam bahasa Lematang : Tidak Ada
Siaran radio pelayanan dalam bahasa Lematang : Tidak Ada

Suku Lematang tinggal di daerah Lematang yang terletak di antara Kabupaten Muara Enim dan Kabupaten Lahat. Daerah ini berbatasan dengan daerah Kikim dan Enim. Suku ini menempati wilayah di sepanjang sungai Lematang (yang termasuk sungai yang dalam dan merupakan salah satu dari aliran Batanghari Sembilan), di sekitar kota Muaraenim dan kota Prabumulih, dekat dengan kota Gelumbang. Juga di sepanjang wilayah dekat aliran sungai Rawas dekat kota Bingintelok dan Terusan. Sungai Lematang disebut juga sebagai `sungai orang kaya' karena penghasil koral terbesar di Sumatera Selatan. Daerah Lematang memiliki 4 kecamatan, salah satunya Kecamatan Merapi yang terdiri dari 37 buah desa di antaranya Desa Muara Lawai, Gedung Agung, Banjarsari, Kota Agung, Tanjung baru, Arahan, dll. Asal usul orang Lematang dari kerajaan Majapahit, keturunan orang Banten dan Wali Sembilan.

SOSIAL BUDAYA

Pada umumnya orang Lematang bekerja di bidang pertanian dan perkebunan. Hasil utamanya antara lain : kopi, karet, kelapa sawit, dan tanaman keras lainnya. Mereka memiliki lahan pertanian yang luas sehingga tidak kesulitan mencari lapangan pekerjaan. Tetapi di satu sisi hal itu menyebabkan kecenderungan tidak biasa bekerja keras. Dari hasil pertanian dan perkebunan serta hasil sungai (koral) menjadikan mereka berkecukupan.

Orang Lematang sangat terbuka dan memiliki sifat ramah tamah dalam menyambut setiap pendatang yang ingin mengetahui seluk beluk dan keadaan daerah dan budayanya. Mereka juga memiliki rasa kebersamaan yang tinggi. Hal itu terbukti dari sikap gotong royong dan tolong menolong bukan hanya kepada masyarakat Lematang sendiri tetapi juga kepada masyarakat luar.

Rumah orang Lematang berbentuk rumah panggung dengan model limas. Model ini dilatarbelakangi oleh 2 faktor : pertama, karena dikelilingi oleh hutan lebat maka sering diganggu binatang buas; kedua, daerahnya berawa-rawa karena terletak di sekitar sungai. Rumah-rumah ini memiliki tempat duduk yang menghadap ke jalan raya di bagian depan rumah yang disebut pance. Pance adalah tempat untuk bersantai baik dengan sesama anggota keluarga maupun dengan orang yang berkunjung.

Ada dua sistem adat pernikahan orang Lematang: 1) calon mempelai laki-laki akan menjadi anggota keluarga penuh dari calon mempelai perempuan, dimana hal ini berarti semua biaya pernikahan ditanggung oleh pihak perempuan; 2) mempelai laki-laki bersama mempelai perempuan diperbolehkan meninggalkan mertuanya untuk mencari pekerjaan di daerah lain, namun jaminan masa tua mertua tetap menjadi tanggung jawab mereka.

Bila orang luar menikah dengan salah satu orang Lematang harus menikah secara Islam. Setelah acara pernikahan tersebut, mereka diberikan kebebasan untuk memeluk agama lain. Namun, setelah berpindah agama ia masih diterima sebagai anggota keluarganya, tetapi tidak diterima lagi sebagai masyarakat Lematang.

Harta warisan diserahkan kepada anak perempuan. Akibatnya banyak anak laki-laki yang merantau untuk mencari nafkah.

AGAMA/KEPERCAYAAN

Masyarakat Lematang saat ini beragama Islam namun mereka masih tetap terlibat dalam ilmu-ilmu gaib. Mereka memiliki dua pandangan hidup : pertama, dalam hal kepercayaan, mereka memilki pandangan bahwa semua agama itu sama bagusnya; kedua, dalam hal adat istiadat, mereka menganggap bahwa adat istiadat mereka dapat dikatakan sebagai adat istiadat Lahat dan juga Muara Enim.

KEBUTUHAN

KEBUTUHAN orang Lematang saat ini adalah pembinaan sumber daya manusia baik dalam bidang pendidikan maupun dalam pembinaan mental agar bisa menghadapi kemajuan jaman yang penuh dengan persaingan yang ketat. Di bidang pendidikan, banyak anak Lematang yang kurang pendidikan sehingga sistem anak asuh perlu diprogram.

POKOK DOA

Kemudian daripada itu aku melihat : sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhintung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka. Dan dengan suara nyaring mereka berseru : "Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba !" (\\/TB #Wahyu 7:9-10*\\)

  1. Berdoa agar Tuhan mencurahkan Roh Kudus, berkat dan kasihNya di tengah-tengah suku Lematang, agar terang dan kemuliaan Tuhan bercahaya di atasnya. Berdoa agar hati mereka disentuh oleh kasih Tuhan melalui berbagai cara dan mereka yang berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan.
  2. Berdoa agar Tuhan yang empunya tuaian membangkitkan gerejaNya untuk bersatu dan bekerjasama, menyediakan pekerja : pendoa syafaat, penerjemah Alkitab, kaum profesional, penabur dan penuai untuk memberkati dan meningkatkan kesejahteraan hidup suku Lematang
  3. Berdoa bagi adanya lembaga & gereja yang digerakkan oleh Tuhan untuk mengadopsi suku Lematang yang juga berbeban dalam meningkatkan kesejahteraan hidup mereka.

Jika saudara ingin mengetahui informasi lebih lanjut, silahkan menghubungi :
PJRN
Kotak Pos 6739/JKUKP - Jakarta 14607
Telp/Fax. (021) 45843235-42

Untuk kalangan sendiri
|



 Ke atas 
© 2003 YLSA