SUKU LEMATANG
Sumatera Selatan
Letak | : | Sumatera Selatan |
Populasi | : | 150.000 |
Bahasa | : | Lematang |
Anggota Gereja | : | 0 (0%) |
Alkitab dalam bahasa Lematang | : | Tidak Ada |
Film Yesus dalam bahasa Lematang | : | Tidak Ada |
Siaran radio pelayanan dalam bahasa Lematang | : | Tidak Ada |
Suku Lematang tinggal di daerah Lematang yang terletak di
antara Kabupaten Muara Enim dan Kabupaten Lahat. Daerah ini
berbatasan dengan daerah Kikim dan Enim. Suku ini menempati wilayah
di sepanjang sungai Lematang (yang termasuk sungai yang dalam dan
merupakan salah satu dari aliran Batanghari Sembilan), di sekitar
kota Muaraenim dan kota Prabumulih, dekat dengan kota Gelumbang. Juga
di sepanjang wilayah dekat aliran sungai Rawas dekat kota Bingintelok
dan Terusan. Sungai Lematang disebut juga sebagai `sungai orang kaya'
karena penghasil koral terbesar di Sumatera Selatan. Daerah Lematang
memiliki 4 kecamatan, salah satunya Kecamatan Merapi yang terdiri
dari 37 buah desa di antaranya Desa Muara Lawai, Gedung Agung,
Banjarsari, Kota Agung, Tanjung baru, Arahan, dll. Asal usul orang
Lematang dari kerajaan Majapahit, keturunan orang Banten dan Wali
Sembilan.
SOSIAL BUDAYA
Pada umumnya orang Lematang bekerja di bidang pertanian dan
perkebunan. Hasil utamanya antara lain : kopi, karet, kelapa sawit,
dan tanaman keras lainnya. Mereka memiliki lahan pertanian yang luas
sehingga tidak kesulitan mencari lapangan pekerjaan. Tetapi di satu
sisi hal itu menyebabkan kecenderungan tidak biasa bekerja keras.
Dari hasil pertanian dan perkebunan serta hasil sungai (koral)
menjadikan mereka berkecukupan.
Orang Lematang sangat terbuka dan memiliki sifat ramah tamah
dalam menyambut setiap pendatang yang ingin mengetahui seluk beluk
dan keadaan daerah dan budayanya. Mereka juga memiliki rasa
kebersamaan yang tinggi. Hal itu terbukti dari sikap gotong royong
dan tolong menolong bukan hanya kepada masyarakat Lematang sendiri
tetapi juga kepada masyarakat luar.
Rumah orang Lematang berbentuk rumah panggung dengan model
limas. Model ini dilatarbelakangi oleh 2 faktor : pertama, karena
dikelilingi oleh hutan lebat maka sering diganggu binatang buas;
kedua, daerahnya berawa-rawa karena terletak di sekitar sungai.
Rumah-rumah ini memiliki tempat duduk yang menghadap ke jalan raya di
bagian depan rumah yang disebut pance. Pance adalah tempat untuk
bersantai baik dengan sesama anggota keluarga maupun dengan orang
yang berkunjung.
Ada dua sistem adat pernikahan orang Lematang: 1) calon
mempelai laki-laki akan menjadi anggota keluarga penuh dari calon
mempelai perempuan, dimana hal ini berarti semua biaya pernikahan
ditanggung oleh pihak perempuan; 2) mempelai laki-laki bersama
mempelai perempuan diperbolehkan meninggalkan mertuanya untuk mencari
pekerjaan di daerah lain, namun jaminan masa tua mertua tetap menjadi
tanggung jawab mereka.
Bila orang luar menikah dengan salah satu orang Lematang
harus menikah secara Islam. Setelah acara pernikahan tersebut, mereka
diberikan kebebasan untuk memeluk agama lain. Namun, setelah
berpindah agama ia masih diterima sebagai anggota keluarganya, tetapi
tidak diterima lagi sebagai masyarakat Lematang.
Harta warisan diserahkan kepada anak perempuan. Akibatnya
banyak anak laki-laki yang merantau untuk mencari nafkah.
AGAMA/KEPERCAYAAN
Masyarakat Lematang saat ini beragama Islam namun mereka
masih tetap terlibat dalam ilmu-ilmu gaib. Mereka memiliki dua
pandangan hidup : pertama, dalam hal kepercayaan, mereka memilki
pandangan bahwa semua agama itu sama bagusnya; kedua, dalam hal adat
istiadat, mereka menganggap bahwa adat istiadat mereka dapat
dikatakan sebagai adat istiadat Lahat dan juga Muara Enim.
KEBUTUHAN
KEBUTUHAN orang Lematang saat ini adalah pembinaan sumber daya
manusia baik dalam bidang pendidikan maupun dalam pembinaan mental
agar bisa menghadapi kemajuan jaman yang penuh dengan persaingan yang
ketat. Di bidang pendidikan, banyak anak Lematang yang kurang
pendidikan sehingga sistem anak asuh perlu diprogram.
POKOK DOA
Kemudian daripada itu aku melihat :
sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang
banyak yang tidak dapat terhintung banyaknya, dari
segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa,
berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak
Domba, memakai jubah putih dan memegang
daun-daun palem di tangan mereka. Dan dengan
suara nyaring mereka berseru : "Keselamatan
bagi Allah kami yang duduk di atas takhta dan
bagi Anak Domba !"
(\\/TB #Wahyu 7:9-10*\\)
- Berdoa agar Tuhan mencurahkan Roh Kudus, berkat dan kasihNya di
tengah-tengah suku Lematang, agar terang dan kemuliaan Tuhan
bercahaya di atasnya. Berdoa agar hati mereka disentuh oleh
kasih Tuhan melalui berbagai cara dan mereka yang berseru kepada
nama Tuhan akan diselamatkan.
- Berdoa agar Tuhan yang empunya tuaian membangkitkan gerejaNya
untuk bersatu dan bekerjasama, menyediakan pekerja : pendoa
syafaat, penerjemah Alkitab, kaum profesional, penabur dan penuai
untuk memberkati dan meningkatkan kesejahteraan hidup suku
Lematang
- Berdoa bagi adanya lembaga & gereja yang digerakkan oleh Tuhan
untuk mengadopsi suku Lematang yang juga berbeban dalam
meningkatkan kesejahteraan hidup mereka.
Jika saudara ingin mengetahui informasi lebih lanjut,
silahkan menghubungi :
PJRN
Kotak Pos 6739/JKUKP - Jakarta 14607
Telp/Fax. (021) 45843235-42
Untuk kalangan sendiri