You are hereArtikel Misi / Penerjemahan

Penerjemahan


Shin-Hee Yim, seorang penerjemah mandiri yang memiliki banyak pengalaman dalam bidang penerbitan, akan membagikan sekelumit pengalaman pribadinya sehubungan dengan tugas seorang penerjemah.

Ini seperti sebuah jebakan. Sekali lagi, hal seperti ini sepertinya berada di luar jangkauan pemikiran saya. Saya berpikir apakah saya harus mencoba lagi atau menyerah saja. Penulis buku yang sedang saya terjemahkan banyak menggunakan kata-kata yang sederhana namun dengan cara yang indah. Saya ingin memasukkan idenya itu juga, dan semua berjalan lancar sampai kalimat yang bermasalah tersebut muncul. Saya harus menemukan sebuah kalimat dalam bahasa Korea yang mempunyai arti dan bobot sama. Pasti ada! Saya menggumam dan menyalahkan diri atas terbatasnya kosakata bahasa Korea yang saya miliki. Saya tidak bisa duduk dengan tenang di kursi saya, kursor di layar monitor yang berkedip-kedip itu seakan ikut menekan sampai saya merasa hampir sesak nafas. Kursi saya dorong mundur dan saya mulai berjalan-jalan mengelilingi ruangan. Sambil memandangi wajah lonjong saya di cermin, saya lihat sehelai uban, berkilauan di atas kepala saya.

Saya dapat menyebut beberapa hal yang menjadi sumber kesulitan dalam menerjemahkan. Pertama ialah perbedaan budaya antara bahasa asal dengan bahasa mereka yang membaca versi terjemahannya. Budaya asli seseorang akan tercermin dalam bahasa mereka juga, yang juga meliputi kata-kata dan konsep-konsep yang tidak muncul dalam bahasa lain. Sebagai contoh, orang Korea pada zaman dulu tidak memerlukan kasur untuk tidur, mereka tidur di lantai. Karena itu, nenek moyang bangsa Korea mengembangkan "ondol", suatu sistem pemanasan unik yang mengatur kinerja cerobong gas api yang berada di bawah lantai mereka. Ondol seringkali secara bebas diterjemahkan sebagai "batu hangat", sebuah kalimat yang memiliki konotasi beragam, selain banyak lagi kata-kata terjemahan lainnya. Kesulitan lainnya adalah perbedaan linguistik antara bahasa-bahasa tersebut. Bahkan antara Bahasa Inggris dan Perancis, yang relatif mempunyai hubungan yang lebih dekat daripada dengan Korea, tidaklah mudah untuk menerjemahkan beberapa tulisan, khususnya puisi.

Terjemahan dapat dilakukan oleh siapa saja yang mempunyai pengetahuan bahasa asing. Tidak begitu banyak syarat yang diperlukan. Namun, tidak seperti ketrampilan lain, tugas penerjemahan tidak menjadi semakin mudah dari waktu ke waktu. Bahkan bagi para penerjemah yang paling ahli sekalipun, dalam beberapa hal tugas itu menjadi semakin sulit. Diperlukan kegigihan dan kesabaran tersendiri. Bisa jadi diperlukan waktu berhari-hari hanya untuk mencari satu patah kata terjemahan yang benar-benar tepat, meneliti latar belakang buku itu, membaca baris per baris untuk menangkap maksud si penulis yang sebenarnya. Kesetiaan adalah satu unsur terpenting dalam menerjemahkan.

Terjemahan yang baik harus mengikutsertakan pengetahuan linguistik ke dalam satu wilayah yang spesifik. Dibutuhkan lebih dari 10 tahun untuk menjadi seorang penerjemah yang kompeten dan dapat diandalkan. Dibutuhkan kerajinan dan studi bertahun-tahun untuk dapat mendalami sebuah bahasa asing.

Sebagai tambahan, seorang penerjemah juga harus memiliki pengetahuan luas tentang dunia. Menerjemahkan kadang membutuhkan beberapa pengetahuan atas banyak disiplin ilmu, bisa meliputi kesusastraan, bisnis, IPTEK, sejarah, agama dan lainnya. Seorang penerjemah pernah menerjemahkan "Pilatus (Pilate)" menjadi "Pembajak (Pirate)" dalam bahasa Korea. Penerjemah ini dibingungkan oleh kata "Pilate" dan "Pirate", karena ia kurang mengerti tentang pengetahuan Alkitab. Idealnya, buku-buku Kristen juga harus diterjemahkan oleh seorang Kristen.

Dalam memulai proses penerimaan budaya asing ini, seorang editor seharusnya memahami unsur-unsur dalam proses penerjemahan. Apa yang menjadi topik buku tersebut? Apakah proses penerjemahan itu membutuhkan kemampuan kesusasteraan? Siapa target pembacanya? Apakah untuk anak-anak? Apakah untuk murid sekolah seminari? Di Korea, gaya penerjemahan juga harus mempertimbangkan usia pembacanya, karena orang Korea memiliki banyak istilah-istilah tersendiri untuk menghormati orang yang lebih tua.

Banyak penerbit hanya menandatangani kontrak dengan para penerjemah untuk kemudian menyerahkan semuanya pada mereka. Namun sebenarnya, para editor akan banyak dibantu seandainya mereka juga memberi penerjemah itu sebuah daftar persyaratan rinci tentang buku itu, sehingga para penerjemah akan memiliki pemahaman awal sebelum memulai proses penerjemahan. Ini dilakukan untuk menghindari kebingungan-kebingungan yang pada akhirnya akan memberikan hasil yang lebih memuaskan.

Penerjemah juga akan sangat menghargai jika ada informasi tentang penulis buku itu, mungkin termasuk juga kesempatan untuk melihat- lihat buku-buku lain hasil karangan penulis yang sama. Jika buku yang akan diterjemahkan tersebut juga memuat informasi akademis, editor dapat mengatur kesempatan bagi konsultasi serta pengawasan sebelum memulai proses kerja. Hal ini dilakukan untuk mengembangkan komunikasi antara editor, penerjemah, dan orang lain yang terlibat di dalam pekerjaan itu.

Penerjemah seringkali terlalu berkutat pada kerumitan sebuah tulisan sehingga mereka lalai untuk memperhatikan masalah ekspresi dalam hasil terjemahan mereka. Karena itu, saya menyarankan agar seorang penerjemah juga meluangkan waktu beberapa hari untuk membaca buku- buku lain yang mempergunakan bahasa target pembaca buku yang ia terjemahkan. Setelah tahap pemahaman ini, penerjemah dapat kembali memoles hasil terjemahannya. Ketika pihak penerbit akan menerbitkan edisi keduanya, penerjemah hendaknya diberi kesempatan untuk merevisi lagi. Berdasars pengalaman, seringkali saya memang akan menemukan beberapa baris yang ingin saya perbaiki.

Di Korea, jumlah buku-buku terjemahan yang baru meningkat menjadi 28,5% pada tahun 2004 dari angka 15% pada tahun 1995. Sejak 1882, ketika John Ross, seorang misionaris Amerika, menerjemahkan Injil Lukas ke dalam Bahasa Korea untuk pertama kalinya, Korea telah mulai menerima peradaban Barat bersamaan dengan Injil. Sekarang, kita telah memiliki Injil dalam Bahasa Korea, termasuk versi terjemahan langsung dari Bahasa Ibrani.

Penerbit, editor, dan penerjemah adalah para penggemar buku. Kita adalah pencipta kata-kata baru. Kita dihargai karena hidup dari buku. Kita menawarkan nilai-nilai pada para pembaca. Kita secara rutin meneruskan ekspresi-ekspresi yang lebih baik dalam memperkenalkan pengetahuan dan budaya baru kepada pembaca.

Terjemahan yang sempurna tidak akan pernah ada. Penerjemah Kristen, bagaimanapun juga diuntungkan karena memiliki penolong yang sangat berkuasa, Roh Kudus. Sehingga, ketika terjemahan yang sempurna sepertinya hanya ada di luar pikiran kita, atau ketika kita mendapati sehelai uban di cermin, kita akan dapat dengan percaya diri berkata bahwa kita "dikuatkan dengan segala kekuatan oleh kuasa kemuliaan-Nya untuk menanggung segala sesuatu dengan tekun dan sabar." (Kolose 1:11) (t/ary)

Bahan diedit dari sumber:
Judul Majalah : InterLit, June, 2005
Judul Artikel Asli: Translation and Grey Hair
Penulis : Shin-Hee Yim
Penerbit : Cook Communication Ministries International,
Colorado, USA
Halaman : 10 - 11

e-JEMMi 37/2005