You are hereArtikel Misi / Pelatihan untuk Para Pekerja (1)

Pelatihan untuk Para Pekerja (1)


Metode pengajaran yang dipakai Yesus saat melatih para murid sama dengan metode yang digunakan oleh Roh Kudus untuk mempersiapkan para pengabar Injil gereja mula-mula. Yesus mengajar teori melalui penerapannya. Dia mengajak para murid melayani, lalu dia memakai pengalaman mereka untuk mengajarkan prinsip-prinsip rohani yang harus menjadi patokan prosedur mereka. Dia memakai pangalaman mereka sebagai landasan pengajaran-Nya. Di samping itu, Dia mendorong mereka meninggalkan semua harta benda mereka dan mengikuti-Nya dalam perjalanan iman. Mereka hidup, bekerja, dan belajar untuk bergantung pada Tuhan yang melengkapi setiap kebutuhan mereka.

Saat menyiapkan orang-orang yang terlibat dalam pekerjaan Injil, kita harus mencari prinsip-prinsip utama berdasarkan firman Allah dengan pikiran yang jernih. Kita perlu menyatakan metode pengajaran dan tujuan yang ingin kita capai dengan jelas. Ada dua faktor mendasar yang perlu menjadi pertimbangan:

  1. Perlengkapan dasar bagi semua jenis pelayanan rohani ada dua, yaitu panggilan Allah dan kemampuan menggunakan karunia Roh. Perlengkapan tersebut tersedia bagi semua anggota gereja.

  2. Setiap anggota gereja dipanggil Allah untuk menjadi saksi nyata dalam bidang pelayanan. Tidak ada pemisahan jemaat yang melayani dan jemaat yang tidak melayani. Sistem gereja modern menciptakan sistem pembagian seperti pelayan dan jemaat biasa, namun gereja Perjanjian Baru tidaklah demikian. Semua anggota gereja adalah imamat bagi Allah.

Kedua hal inilah yang merupakan landasan gereja. Jika orang-orang terpilih tidak memunyai perlengkapan dasar, maka pelatihan yang diberikan kepada mereka akan sia-sia. Jika mereka gagal memahami arti penting bersandar pada perlengkapan dasar tersebut, maka pekerjaan mereka akan rapuh.

Walaupun demikian, panggilan Allah dan karunia Roh saja tidak cukup untuk menjadikan seseorang pekerja yang efisien. Ada empat hal yang Anda butuhkan saat melatih karunia Roh Anda:

  1. Pemahaman yang mendalam tentang firman Allah,

  2. Pengalaman rohani pribadi,

  3. Pengalaman mempergunakan karunia Roh, dan yang terpenting

  4. Perjalanan yang setia bersama Roh, karena jika roh kering dan haus tidak ada pengetahuan maupun pengalaman apa pun yang akan memberikan kekuatan spiritual.

Paulus menulis kepada Timotius, "Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu. Sementara itu, sampai aku datang bertekunlah dalam membaca Kitab-kitab Suci, dalam membangun dan dalam mengajar. Jangan lalai dalam mempergunakan karunia yang ada padamu, yang telah diberikan kepadamu oleh nubuat dan dengan penumpangan tangan sidang penatua. Perhatikanlah semuanya itu, hiduplah di dalamnya supaya kemajuanmu nyata kepada semua orang." (1 Timotius 4:12-15).

Pengetahuan dan pengalaman kita pun semakin bertambah lewat kesetiaan kita melatih karunia-karunia Roh. Alhasil, keahlian dalam pelayanan akan berkembang dengan pesat.

Dalam gereja Perjanjian Baru terdapat banyak bentuk pelayanan. Gereja-gereja memunyai pendeta dan guru; ada beberapa yang melayani orang percaya, yang lain melayani orang yang tidak percaya; ada yang melayani anak dan pemuda, yang lain melayani yang dewasa; ada juga yang memiliki karunia melayani secara pribadi dan berkunjung ke rumah-rumah; ada yang menjadi penatua gereja dan diakon, yang lain disebut penginjil yang merintis gereja baru. Semua ini membutuhkan pengetahuan dan pengalaman yang dapat diperoleh dari pelayanan nyata. Jemaat Perjanjian Baru menyediakan pelayanan yang memadai.

PERSIAPAN UNTUK PERINTISAN GEREJA

Ada satu pelayanan yang membutuhkan pengalaman pelayanan yang lebih luas, yaitu pelayanan seorang penginjil atau misionaris atau perintis gereja. Seorang yang melayani di bidang itu harus memunyai pengalaman dalam merintis gereja-gereja baru.

Kita telah mempelajari bagaimana para perintis gereja Perjanjian Baru dipanggil dan dipersiapkan. Kita mempelajari persiapan dasar Paulus, Barnabas, Timotius, Titus, Silas, dan yang lainnya dalam pelayanan jemaat lokal. Pada awalnya, mereka melewati beberapa tahun pelayanan aktif dalam jemaat lokal. Di sana mereka belajar melayani dengan karunia Roh, berdoa, dan juga mencari bimbingan Roh Kudus.

Saat melayani dalam gereja yang aktif, tokoh-tokoh tersebut belajar tentang struktur, kesulitan, masalah, dan bahaya dalam gereja. Kemudian mereka belajar cara mengatasinya. Karena mereka mengabarkan Injil kepada orang-orang yang sudah maupun yang belum diselamatkan. Mereka semakin mahir mendekati dan akrab dengan berbagai macam orang. Saat mereka menjalani semua ini, mereka tidak hanya mempelajari doktrin agama, tetapi mereka juga belajar tentang kebenaran rohani dalam pelayanan. Setelah masa persiapan mereka selesai dan panggilan pelayanan mereka sudah jelas, mereka bergabung dengan para penginjil yang berpengalaman dan mereka dapat memperoleh kecakapan yang mereka perlukan.

Perlengkapan yang dibutuhkan pelayan dapat dirangkum sebagai berikut:

  1. Pemahaman yang menyeluruh akan firman Tuhan.

  2. Pengalaman melayani Injil kepada orang percaya dan yang tidak percaya. Pelayanan seperti ini membutuhkan kecakapan melebihi pelayanan dasar karena dia perlu tahu bagaimana cara memerhatikan dan mengajar orang percaya baru.

  3. Pemahaman mendalam tentang organisasi, perlengkapan rohani, prosedur, pelayanan, dan masalah jemaat. Dia harus memiliki pengetahuan tersebut, agar dia dapat merintis gereja secara aktif serta dapat mengatur dan menasihati penatua dan diaken gereja tersebut.

  4. Pengalaman pribadi berdoa dalam roh.

  5. Pengalaman pribadi dibimbing oleh Roh kudus.

  6. Iman untuk terus melangkah maju ke depan dan memercayai Allah yang memenuhi setiap kebutuhan dunia dan spiritual.

  7. Pengalaman pribadi berjalan bersama Roh, kemenangan melawan daging, konflik dengan kekuatan Iblis, dan kemenangan yang di raih oleh iman, sehingga kehidupannya akan menjadi teladan tentang kebenaran rohani yang diajarkannya kepada orang yang baru percaya serta gereja-gereja.

KELEMAHAN DARI METODE MODERN

Setelah memahami prinsip dan tujuan dari tugas kita, kita dapat memahami masalah yang kita hadapi saat ini. Kita menghadapi satu kesulitan besar yang tidak ditemukan dalam Perjanjian Baru. Kesulitan tersebut muncul dari pola gereja masa kini yang sangat berbeda dengan pola gereja Perjanjian Baru. Pola gereja tersebut tidak cukup untuk mempersiapkan para pelayan. Demikian juga dengan sekolah teologi ataupun sekolah alkitab modern.

Sejarah sekolah teologi muncul pada pertengahan abad kedua. Para filsuf sekaligus teolog gereja mula-mula, seperti Klemens dan Origenes percaya bahwa, mereka berhasil menyatukan kekristenan dan filsafat. Mereka mendirikan sekolah-sekolah -- pada awalnya di Aleksandria, kemudian bertumbuh di Kaisarea dan tempat-tempat lain. Di sekolah-sekolah tersebut mereka mengajarkan sistem mereka kepada generasi muda. Kemudian, murid-murid sekolah itu menyebarkan pengajaran mereka ke gereja. Pengajaran ini memberi gereja celah untuk keluar dari fondasi struktur dan doktrin yang dibangun oleh para rasul.

Biasanya seminari dan sekolah alkitab bertujuan untuk mengajarkan praktik serta doktrin yang mendalam. Akan tetapi, sekolah-sekolah teologi modern selalu memunyai kecenderungan untuk melibatkan kearifan duniawi dalam mengungkapkan kebenaran rohani. Mereka menafsirkan kebenaran rohani itu menurut standar manusia dan pemikiran pada masa itu. Mereka juga mengurangi kebenaran itu agar terdengar masuk akal dan memutarbalikkannya, agar dapat dicerna oleh sistem filsafat yang agamawi.

Fakta-fakta tersebut, seperti yang disaksikan oleh sejarah dan masa kini harus benar-benar diperhatikan dengan saksama. Kita harus menghindari hal-hal yang dapat mengurangi kerohanian kita. Walaupun hal-hal tersebut tampaknya menguntungkan untuk sementara waktu, harga yang harus dibayar nantinya terlampau mahal.

Ada beberapa faktor lain yang harus diperhatikan juga. Dari segi praktisnya, pelatihan saat ini tidak menghasilkan buah yang memuaskan. Banyak orang menganggap lulusan teologi belum dipersiapkan sungguh-sungguh dari segi kerohanian atau pengetahuan tentang misi mereka. Tentunya, ini adalah salah satu masalah besar yang dihadapi para hamba Tuhan. Pengetahuan mereka tentang manusia sangat sedikit. Bahkan, mereka nyaris tidak belajar untuk memahami diri mereka sendiri. Pengetahuan mereka tentang masalah-masalah praktis dalam penginjilan dan gereja sangat kurang. Mereka tidak cukup berpengalaman dan dewasa secara rohani.

Meskipun demikian, acapkali para lulusan menjadi sombong menganggap diri mereka lebih hebat dari yang lain. Mereka menjadi ambisius, bukan untuk mencari ladang penginjilan baru, melainkan menyiapkan posisi kependetaan yang nyaman dengan pendapatan yang tetap. Sering kali ketika mereka diutus ke luar, mereka berkecil hati dan gagal atau biasa-biasa saja dalam pelayanan mereka.

Banyak misionaris dan pendeta yang diutus sebagai pelayanan menyadari kurangnya persiapan mereka. Para lulusan sekolah modern memang dipersiapkan secara khusus untuk melaksanakan tugas mereka. Mereka mungkin telah mempelajari firman Allah, tetapi pengalaman rohani pribadi dan pengetahuan mereka masih kurang. Pandangan mereka tentang panggilan mungkin salah dan tidak alkitabiah. Mereka menganggap suatu panggilan sebagai pekerjaan, alih-alih pelayanan bercorak Perjanjian Baru. Mereka mungkin rindu menjadi pengkhotbah, guru, dan anggota organisasi yang sukses agar mendapatkan penghargaan, gereja yang baik, dan pendapatan yang baik.

Semua hal di atas menyingkapkan kelemahan yang cukup serius, yang dulunya dihindari oleh metode Perjanjian Baru. Seluruh masalah pelatihan ini perlu ditinjau ulang dengan cermat sesuai dengan praktik Perjanjian Baru, sehingga kita bisa kembali ke metode yang sesuai dengan tujuan Allah dan menghasilkan buah yang ranum seperti yang dikehendaki-Nya.

PENCAPAIAN DAN KELEMAHAN SEKOLAH ALKITAB

Kami telah menyebutkan kelemahan-kelemahan metode modern ini. Walaupun demikian, ada juga pencapaian-pencapaian yang diraih oleh beberapa Sekolah Alkitab. Berkat Allah juga menyertai pekerjaan mereka. Beberapa sekolah memiliki standar rohani yang cukup tinggi dan pengajaran yang luar biasa. Mereka mengajarkan firman Tuhan kepada ribuan kaum muda.

Pengajaran adalah salah satu pelayanan yang mendasar -- dan yang paling penting -- dalam gereja. Sudah menjadi keinginan Allah bahwa orang yang memiliki karunia Roh untuk mengajar perlu menggunakannya di dalam pelayanan. Ketika umat Allah berkumpul bersama dalam kurun waktu tertentu dan mempelajari rangkaian firman Allah, hal itu merupakan kegiatan yang baik dan bermanfaat. Semua orang yang menyampaikan firman Tuhan dengan cara apa pun memang perlu memunyai pemahaman yang menyeluruh tentang Alkitab. Oleh karena itu, ketika Sekolah Alkitab menawarkan pelayanan dalam bidang pengajaran, maka pelayanan tersebut juga merupakan pelayanan yang alkitabiah.

Allah memerintahkan pelayanan dalam pengajaran. Lalu, di manakah kelemahan Sekolah-sekolah Alkitab modern? Menurut kami, kelemahan tersebut terkait dengan empat prinsip dasar berikut:

  1. Pengajaran yang kita berikan belum cukup. Kita mungkin memberikan kelas-kelas doktrin dan isi Alkitab, tetapi sebenarnya kita hanya sedikit menyentuh hal-hal penting mengenai tatanan gereja Perjanjian Baru, karunia Roh, iman, doa, dan bimbingan Roh Kudus.

  2. Klaim kita terhadap pelayanan pengajaran terlalu berlebihan. Anggapan bahwa kelas pendalaman Alkitab saja cukup untuk menyiapkan murid masuk ke dalam pelayanan adalah anggapan yang salah. Pelayanan di bidang pengajaran memang menjadi bagian penting dalam mempersiapkan pekerja, tapi perlengkapan rohani dan pengalaman kita juga sama pentingnya. Prinsip ini sudah pasti diketahui oleh Tuhan kita dalam cara-Nya mempersiapkan murid-murid-Nya.

  3. Kita memisahkan siswa dari hubungannya dengan kehidupan gereja dan pelayanan dan hubungannya dengan kehidupan dunia luar. Hal ini menjauhkan siswa dari pengalaman dan pengetahuan yang penting. Alhasil, pengetahuan yang siswa dapatkan terbatas pada pengetahuan teori. Ingatlah bahwa gereja lokal adalah dasar pelatihan pelayan Perjanjian Baru.

  4. Kita gagal menekankan pentingnya pertumbuhan iman pribadi dan memastikan hal-hal yang diperlukan untuk hal itu tersedia. Karena para murid dipisahkan jauh dari kehidupan gereja dan dunia, mereka kehilangan kesempatan terbaik untuk memperoleh pengalaman rohani pribadi. Padahal, mereka perlu sekali memahami penerapan praktis iman dan doa dalam pelayanan. Mempelajari bagaimana cara mendoakan permasalahan, mencari bimbingan Roh Kudus, dan menang atas pekerjaan Iblis.

Pada kenyataannya, para murid diajarkan tentang doa, tetapi doa yang tidak memiliki kegunaan praktis. Mereka menyaksikan Sekolah Alkitab mereka tidak dijalankan berlandaskan doa.

Tuhan kita tidak hanya mengajarkan teori tentang doa, iman, serta bimbingan dan kekuatan Roh kepada para murid-Nya, namun Dia juga mengajarkan cara menerapkan kebenaran-kebenaran tersebut.

PENTINGNYA PENGALAMAN

Apakah tujuan yang sesungguhnya dari pelayanan dalam pengajaran? Kita setuju bahwa tujuan kita bukanlah semata-mata menanamkan pengetahuan. Jika kita hanya menanamkan pengetahuan saja, maka tujuan utama kita belum tercapai. Tujuan sesungguhnya adalah manifestasi penuh kehidupan Kristus dalam kehidupan seseorang yang menghasilkan buah bagi kemuliaan-Nya. Pengetahuan itu penting, tetapi tidak peduli sebesar apa pun pengetahuan kalau tidak dihidupi, pengetahuan itu sama saja dengan mati. Allah tidak pernah menganggap bahwa pengetahuan saja sudah cukup untuk mempersiapkan hamba-hamba-Nya; Dia menuntut bukti yang hidup.

Jadi, tujuan yang sesungguhnya dari pelayanan dalam pengajaran adalah menerjemahkan pengetahuan dalam tindakan dan buah roh kita. Untuk mencapainya, pendidikan dan prakteknya perlu berjalan bersamaan. Pengalamanlah yang menjadi dasar persiapan para murid dan rasul Paulus serta pengikutnya. Teori perlu diterapkan dan diambil dari penerapannya sehari-hari.

Kita perlu mengakui kelebihan persekutuan dan kedisiplinan Sekolah-sekolah Alkitab yang dikelola dengan baik. Sekolah dapat menyediakan kondisi yang nyaman untuk belajar dan bersekutu. Akan tetapi, Tuhan kita tidak hanya memberikan kita kesempatan untuk belajar Alkitab, tetapi dia juga melatih mereka untuk turut aktif dalam pelayanan.

Yesus mengutus para murid-Nya untuk mempraktekkannya; mereka hidup dan bekerja dalam kondisi pelayanan aktif. Dia tidak melatih mereka bekerja sama sebagai suatu komunitas siswa, tapi Dia ingin mereka berkumpul bersama dalam pelayanan. Dia rindu mereka pergi melayani dan rindu mereka berdiri sendiri dan hanya bergantung pada Allah dalam segala situasi. Dia mengajak mereka bergabung dengan-Nya dalam pelayanan dan dalam kehidupan iman.

Metode "pengasingan diri" hanya akan memisahkan siswa dari dunia dan kenyataan. Metode ini tidak ampuh untuk mengajarkan mereka cara bertahan melawan dosa dan serangan setan. Metode ini tidak dapat membangun karakter yang diperlukan oleh seorang rohaniwan. Mengasingkan diri dalam kurun waktu yang lama tidaklah baik. Pengasingan diri biasanya membuat seseorang tidak cocok menghadapi kehidupan yang normal. Pengasingan diri melumpuhkan separuh karakter lain manusia. Kondisi ini biasanya membuat orang tergantung, mendambakan kesenangan, dan berpandangan egois.

Tuhan kita melatih murid-murid-Nya dengan pengajaran yang keras. Mereka berjalan bersama-Nya melewati jalan berdebu seraya menyaksikan kehidupan-Nya. Kehidupan-Nya itu mengajarkan mereka tentang penyangkalan diri dan kerja keras. Paulus dan rekan-rekan penginjilnya dipersiapkan dengan cara yang sama. Pelatihan seperti ini menghasilkan karakter-karakter yang diperlukan dalam penginjilan: orang-orang yang kuat imannya, bersedia pergi tanpa punya tempat untuk meletakkan kepalanya, pergi sendirian ke ujung dunia dengan Tuhan, menahan keinginan, menghadapi bahaya, penganiayaan, kebencian, dan kematian agar jiwa-jiwa dapat diselamatkan dan gereja dapat dirintis di seluruh dunia. Mereka adalah manusia-manusia dengan pengetahuan rohani yang dalam dan pengalaman yang luas; mereka bukan orang yang lemah, takut akan kesukaran, jijik pada kemiskinan, dan menginginkan kenyamanan dan keamanan. Mereka bukan orang-orang tidak berpengalaman yang belum pernah menghadapi cobaan dan yang belum tahu cara melakukan pekerjaan. Dan kemungkinan akan gagal ketika diutus untuk melakukan pekerjaan-Nya.

Mari kita mengingat bahwa hanya pengalaman Kalvari saja yang dapat mempersiapkan kita dalam pelayanan Kalvari. Hanya orang yang bersedia merasakan Kalvari mau mengikuti pelayanan Kalvari. Orang-orang seperti inilah yang sangat dibutuhkan saat ini.

Memisahkan siswa dari kehidupan gereja dan dari lingkungan pelayanan merupakan kesalahan serius. Seseorang yang dipersiapkan untuk penginjilan dan perintisan gereja memerlukan gereja serta ladang penginjilan.

Hal itu tidak berarti bahwa pusat pembelajaran Alkitab perlu dikurangi. Tetapi kita memerlukan pelatihan murid yang memadai. Orang-orang yang mengenyam pendidikan Alkitab juga perlu memahami dengan jelas bahwa walaupun pendidikan Alkitab itu penting, hal itu belumlah cukup untuk membekali pelayanan mereka.

Perlu ditekankan bahwa kita tidak dapat menyelesaikan tujuan kita dengan menaikkan standar pendidikan saja. Walaupun hal-hal seperti gelar dan pencapaian akademis berharga dalam bidang pendidikan, namun mereka bukanlah perlengkapan pelayanan; mereka tidak dapat memberikan kekuatan rohani atau menghasilkan buah rohani. Jika Tuhan kita tidak menggunakan hal-hal semacam itu dalam menyelesaikan tujuan-Nya, maka kita pun tidak memerlukannya. (t\Uly)

Diterjemahkan dari:

Judul buku : The New Testament Order for Church and Missionary
Judul artikel : The Training of The Worker
Penulis : Alex Rattray Hay
Penerbit : The New Testament Missionary Union Canada
Halaman : 480 -- 488

e-JEMMi 45/2010