You are hereArtikel Misi / Enam Kunci Bagi Pertumbuhan Gereja Sesudah Dirintis

Enam Kunci Bagi Pertumbuhan Gereja Sesudah Dirintis


Begitu sebuah gereja dirintis, bagaimana mengembangkannya? Ada banyak buku yang sudah ditulis tentang tema ini dan banyak pengamatan sudah dilakukan. Bagaimanapun juga, ada enam unsur dasar yang diperlukan bagi pertumbuhan gereja, yaitu:

  1. Pelayanan Doa

    Sebuah gereja perlu mempunyai dasar doa. Para pendeta dan pemimpin tidak hanya perlu memberitahu orang-orangnya bahwa mereka perlu berdoa, tetapi juga perlu mengajar mereka mengenai bagaimana berdoa. Masalah yang dihadapi sebagian besar orang Kristen ialah mereka tidak tahu bagaimana meluangkan waktu bersama Tuhan (saat teduh). Berikut ini tercantum beberapa saran:

    1. Belajarlah bagaimana "mendengar suara Tuhan", dan bagaimana membuat daftar doa syafaat setiap hari sepanjang minggu. Penting juga membuat daftar hal-hal yang hendak disyukuri, dan sebagainya.

    2. Mulailah mengajar orang-orang berdoa dan menerapkan doa ke dalam kehidupannya. Sebab utama mengapa orang-orang Kristen meluangkan waktu sedikit sekali untuk berdoa walau mereka selalu mendengarkan khotbah tentang perlunya berdoa ialah karena mereka tidak tahu bagaimana berada bersama Tuhan dalam saat teduh.

    3. Bentuklah kelompok-kelompok di rumah-rumah. Kegiatan doa tidak harus terbatas dalam lingkup kebaktian.

    4. Kadang-kadang, akhirilah kebaktian dengan meminta setiap orang dalam kelompok-kelompok kecil bersimpuh berdoa. Ini penting sekali untuk mengembangkan gereja yang berdoa.

  2. Pelayanan Puji-pujian

  3. Howard Snyder mengatakan dalam bukunya yang berjudul Guidelines for Urban Church Planting (Petunjuk untuk Perintis Gereja Kota) bahwa untuk mengembangkan sebuah gereja, perlu diadakan kebaktian/ibadah yang penuh sukacita dimana orang-orang akan merasa bersukacita. Ini prinsip universal.

    Tidak ada orang yang ingin berada dalam kebaktian yang suasananya mengingatkan dia akan upacara penguburan. Iman yang tidak memancarkan sukacita dan kegembiraan bukanlah iman sejati. Kebaktian yang penuh sukacita, yang diiringi musik yang baik, menular sifatnya. Ini tidak berarti bahwa kebaktian yang diadakan itu tanpa peraturan atau tidak tertib. Pengamatan dari berbagai tempat di seluruh dunia menunjukkan bahwa gereja-gereja yang sedang berkembang di tiap-tiap negara adalah gereja yang kebaktiannya dilingkupi suasana sukacita.

    Ingatlah bahwa musik adalah sarana puji-pujian. Musik itu sendiri bukan puji-pujian. Kita memuji Tuhan, bukan memuji musik kita. Musik adalah sarana kebudayaan untuk menaikkan puji-pujian. Untuk menyampaikan Injil, tidak perlu kita melenyapkan kebudayaan.

    Puji-pujian yang sejati merupakan penyembahan atas siapa Allah. Puji-pujian adalah sesuatu yang terjadi di dalam hati seseorang dan diungkapkan melalui bermacam-macam cara. Ada gereja yang suka melantunkan lagu-lagu rohani tradisional. Ada juga yang suka melambungkan refrein lagu-lagu. Kami berpendapat bahwa kita harus menghargai kebudayaan dan sub kebudayaan masyarakat setempat, dan kita juga harus menghargai otonomi setiap gereja. Namun, musik model apa pun yang dipilih oleh sebuah gereja, yang penting adalah kebaktiannya harus penuh dengan sukacita dan hidup. Kebaktian adalah perayaan yang diadakan bagi Allah.

    Gereja-gereja di Afrika ada yang memakai alat musik canang (gembrengan) dan mereka bahkan menari-nari sampai di bagian depan gereja pada waktu puji-pujian. Kita salah bila kita berkata, "Kalian tidak boleh melakukan hal itu karena itu bukan cara kami mengadakan kebaktian di Indonesia, Amerika, Brasil, India, atau di mana pun juga."

    Sebagai bagian dari kebaktian, sebuah gereja harus secara tetap mengadakan baptisan dan Perjamuan Tuhan. Dalam buku Dr. Charles Brock yang berjudul Indigenous Church Planting (Perintisan Gereja Pribumi), ia mengemukakan pengamatan berikut ini yang menyangkut kedua upacara penting itu:

    Untuk membaptis, Anda harus mempunyai:

    1. Calon yang tepat -- seseorang yang sudah bertobat dari dosa- dosanya dan yang sudah beriman kepada Yesus Kristus sebagai satu- satunya Tuhan, Juruselamat, dan Perantaranya.

    2. Otoritas yang tepat -- gereja setempat yang mandiri dapat memutuskan siapa yang akan mereka baptis dan siapa yang tidak.

    3. Pengurus yang tepat -- setiap gereja mempunyai wewenang sendiri dan dapat memilih siapa yang akan melaksanakan baptisan.

    4. Metode yang tepat -- membaptis dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus.

    5. Tujuan yang tepat -- melambangkan bahwa Kristus sudah mati menebus dosa-dosa kita, dikuburkan, dan dibangkitkan dari antara orang mati. Baptisan juga merupakan lambang bahwa kita sudah mati terhadap dosa-dosa kita dan sudah menerima kehidupan yang baru di dalam Yesus Kristus.

    Untuk mengadakan Perjamuan Tuhan, harus ada:

    1. Peserta yang tepat -- murid-murid Kristus.

    2. Otoritas yang tepat -- Yesus Kristus. Ia memerintahkan orang- orang percaya untuk mengadakan Perjamuan Tuhan guna mengingat kematian-Nya.

    3. Pengurus yang tepat -- gereja mempunyai wewenang sendiri dan dapat memilih siapa yang akan melaksanakan Perjamuan Tuhan. Orangnya haruslah si perintis, atau pemimpin setempat, atau gereja dapat memilih para anggotanya sendiri untuk memimpin bagian ini dalam sebuah kebaktian.

    4. Tujuan yang tepat -- untuk mengingat dan memberitakan kematian Kristus sampai Ia datang kembali.

    Di atas segalanya, khotbah tentang Firman Allah dalam kebaktian harus berpedoman pada Firman Allah. Kalau si perintis tidak mempunyai pengalaman berkhotbah, ia harus memilih satu bagian ayat dalam Alkitab dan melakukan keenam hal berikut ini:

    1. Bacalah ayat-ayatnya.
    2. Jelaskan kebenaran rohani dari ayat-ayat itu.
    3. Jelaskan bagaimana setiap kebenaran dapat diterapkan ke dalam kehidupan para pendengar.
    4. Berilah ilustrasi tentang setiap kebenaran.
    5. Lakukanlah hal itu dengan setiap ayat atau paragraf.
    6. Akhiri pemberitaan dengan himbauan.

    Kalau si perintis tidak mempunyai banyak pengalaman dan bukan seorang pengkhotbah yang mahir, ia bisa membatasi waktu khotbah menjadi 20 menit saja sebagai tahap permulaan.

    PERINGATAN: Lebih baik berkhotbah selama 20 menit setiap minggu kepada kelompok orang yang sedang bertumbuh daripada berkhotbah selama 30 atau 50 menit kepada orang-orang yang tidak ingin datang lagi dan yang tidak akan menganjurkan orang lain untuk datang ke gereja itu.

    Si perintis juga dapat memakai bahan Pemahaman Alkitab dan Penyampaian Cerita Alkitab. Pelajari tentang bagaimana Memimpin Kelompok PA di rumah-rumah dan juga tentang Penyampaian Cerita Alkitab, untuk belajar bagaimana mengkhotbahkan kabar baik dan bagaimana memimpin kelompok PA.

  4. Pelayanan Penginjilan

  5. Untuk dapat bertumbuh, sebuah gereja perlu mempunyai pelayanan penginjilan yang menjangkau keluar. Anda dapat memakai rencana yang tercantum di dalam buku pedoman ini atau rencana lainnya. Yang paling penting ialah: gereja mengambil inisiatif menjangkau orang- orang di luar sana yang perlu memahami Injil, bukannya menunggu orang-orang itu datang ke kebaktian pada hari Minggu di tempat ibadah Anda. Si perintis perlu mempunyai pelayanan kunjungan yang melatih para anggotanya menjangkau orang-orang sesat di luar tempat ibadah, menginjili orang-orang sesat dengan tujuan membimbing mereka kepada Kristus di tempat-tempat lain, bukan hanya di gereja saja.

  6. Pelayanan Pemuridan

  7. Untuk dapat bertumbuh, gereja harus mempunyai program yang akan mengintegrasi petobat-petobat baru dan yang akan melatih para pemimpin setempat, orang perseorangan atau dalam kelompok kecil. Si perintis akan melatih para pemimpin ini untuk beriman dan akan memperlengkapi mereka dalam hal praktis seperti: doa, memberi kesaksian, "memenangkan" jiwa bagi Kristus, memimpin kelompok PA di rumah, mengajarkan kebenaran Alkitab, dan sebagainya.

    Hal penting dalam melatih seseorang, yaitu orang yang diajar harus dibawa serta oleh si penginjil perintis kalau ia terjun ke lapangan. Sebagai contoh, para pemimpin yang baru harus menemani si perintis kalau si perintis sedang memimpin kelompok PA di rumah-rumah mereka yang belum menerima Kristus menjadi Tuhannya. Pemimpin setempat harus menemani si perintis dan mengamati dia ketika dia sedang bersaksi, membimbing orang-orang kepada Yesus, dan sebagainya. Tidak ada orang yang dapat memuridkan seseorang bila hanya dilakukan di dalam kelas.

    Ada dua rahasia tentang pemuridan yang baik: Pertama, latihlah orang-orang secara perseorangan atau dalam kelompok-kelompok kecil. Kedua, penting untuk membawa serta mereka terjun ke lapangan bersama Anda sementara Anda memberitakan Injil.

  8. Pelayanan Persekutuan

  9. Untuk dapat bertumbuh, sebuah gereja perlu mempunyai persekutuan bersama saudara-saudara seiman, dimana terdapat kasih sejati di antara para anggota. Bilamana ada pengunjung-pengunjung yang masuk ke gereja, mereka harus dapat merasakan kasih Allah, juga kasih di antara para anggota. Kalau ada kepahitan, kebencian, dan perpecahan, tidak mungkin sebuah gereja dapat bertumbuh. Para pengunjung perlu melihat adanya keharmonisan dan kasih di gereja. Dengan demikian, barulah mereka dapat merasakan adanya persekutuan hangat di antara para anggota dan merasa diterima.

  10. Kepengurusan yang baik

  11. Seorang pendeta sebuah gereja di Amerika yang anggotanya terdiri atas 4000 orang ditanyai, "Apa bedanya menjadi pendeta sebuah gereja yang anggotanya 40 orang dan yang anggotanya 4000 orang?" Jawabannya, "kepengurusan yang baik!"

    Penting sekali bagi seorang perintis untuk mempunyai mentalitas melatih orang-orangnya melakukan pekerjaan Tuhan, dan tidak berusaha melakukan segalanya seorang diri. Seorang pendeta dapat mengatur segalanya di dalam gereja yang anggotanya 30 sampai 80 orang. Tetapi bagaimanapun juga, suatu saat, gereja itu akan sampai pada titik dimana tidak akan terjadi perkembangan lebih lanjut kalau ia tidak melatih orang-orangnya dalam bidang metode kepengurusan. Ia harus mendelegasikan tanggung jawab kepada orang-orang yang dewasa kerohaniannya dan yang sudah terlatih. Dengan demikian, peranan utama seorang perintis ialah menjadi seorang pelatih.

Dikutip dari sumber:
Judul Buku : Perintis Penginjilan Memulai Jemaat Baru
Judul Artikel: Enam Kunci Bagi Pertumbuhan Gereja Sesudah Dirintis
Penulis : Thomas Wade Akins
Halaman : 34-41

e-JEMMi 43/2004