You are hereArtikel Misi / Ciri-Ciri Orang yang Dipenuhi Roh Kudus

Ciri-Ciri Orang yang Dipenuhi Roh Kudus


Bagaimanakah ciri-ciri dari seseorang yang dipenuhi oleh Roh Kudus?

1. Taat pada Roh Kudus

Orang yang dipenuhi Roh Kudus adalah orang yang taat kepada-Nya dengan sepenuh hati. Roh Kudus bukan "Coca-Cola", yang bila diisi sampai penuh akan meluap. Roh Kudus itu Tuhan, Roh Kudus itu Oknum. Hanya pada saat Oknum Allah menguasai oknum kita, kehendak-Nya menguasai kehendak kita, kebenaran-Nya menguasai pikiran kita, cinta kasih-Nya menguasai emosi kita, maka seluruh keberadaan kita akan dipenuhi oleh-Nya karena kita taat. Itulah yang disebut dipenuhi Roh Kudus.

Tatkala Roh memenuhi seseorang, dia tidak akan digoyahkan oleh penderitaan, siksaan, sengsara, kematian, dan kesulitan duniawi karena cinta kasih Allah dicurahkan merata di dalam hatinya.
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Ketika Oknum Allah sudah berada di dalam kita dan menguasai diri kita, pikiran kita tidak dibunuh. Tuhan tidak akan membuat pikiran kita tidak berfungsi, sebaliknya Dia akan memimpin kita, hingga kita menjadi begitu berpengetahuan dan bijaksana, yaitu pengetahuan dan bijaksana yang sesuai dengan firman Tuhan. Lalu, cinta kasih kita bukan lagi mencintai berdasarkan orang yang satu suku dan satu bangsa dengan kita, yang kalau bukan sesuku atau sebangsa, maka kita membencinya. Kita akan dipimpin hingga kita mempunyai cinta kasih dan kebencian yang sesuai dengan emosi Tuhan. Kita mencintai yang dicintai Tuhan dan kita membenci yang dibenci-Nya. Kita tidak lagi memedulikan apa suku atau warna kulit orang itu. Kita hanya tahu yang dicintai Tuhan, itulah yang kita cintai, dan yang dibenci Tuhan, itulah yang kita benci. Emosi kita sesuai dengan Tuhan. Kehendak, pilihan, dan kemauan kita sesuai dengan arah pimpinan-Nya. Seluruh keberadaan kita taat pada Roh Kudus yang adalah Tuhan dan Pemimpin kita. Itulah yang disebut dipenuhi Roh Kudus. Jangan mengambil jalan pintas, jangan mengambil fenomena, gejala, atau jalan lain menjadi pengganti yang tidak sesuai dengan prinsip Alkitab.

2. Hidup Kudus

Orang yang dipenuhi Roh Kudus adalah orang yang hidupnya telah diubah oleh pengaruh Roh Kudus dan firman, sehingga dia menjadi orang yang suka akan kekudusan. Karena dipenuhi Roh Kudus, dengan sendirinya orang tersebut tidak menyukai hal yang palsu, yang tidak benar, yang tidak suci, dan yang menyeleweng. Semua hal yang tidak beres akan dia singkirkan. Karena Roh Kudus memenuhi dirinya, maka tidak ada sesuatu yang tidak kudus boleh berada di dalam dirinya. Hidup suci yang dimiliki oleh orang yang dipenuhi Roh Kudus tidak dapat ditiru, diimitasikan, dipalsukan, atau dibuat-buat. Suci adalah suci. "Berbahagialah mereka yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah." (Matius 5:8)

Siapakah di antara kita yang suci? Tidak ada seorang pun yang suci di hadapan Tuhan. Akan tetapi, pada waktu Roh Kudus memenuhi hati kita, paling tidak kita mempunyai keinginan untuk menjalani hidup yang suci. Sebelum kita mencapai kualitas kesucian di dalam segala aspek, kita sudah mempunyai keinginan yang sempurna. Bila kita mau dibersihkan oleh Tuhan secara total, secara mutlak, dan mau menyerahkan diri kepada-Nya, maka Dia akan memberikan kesucian pada kita, hingga hidup kita memuliakan Dia. Komentar John Calvin mengenai keinginan yang sempurna itu: "Orang suci bukanlah orang yang tanpa dosa, tetapi seseorang yang mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap dosa sekecil apapun." Sungguh suatu kalimat yang sangat agung!

Pada tubuh kita terdapat bagian-bagian yang sangat kebal, sehingga setelah terkena goresan atau tertusuk selama berapa detik, masih belum terasa sakitnya. Ada bagian yang bila terkena api tidak langsung terasa panas. Namun, ada juga bagian yang bila tersentuh sedikit saja sudah langsung terasa karena saraf pada bagian itu sangat peka. Bila tangan kita terkena pasir, bahkan sampai seluruh tangan kita kotor pun tidak menjadi masalah. Namun, coba sedikit saja debu pasir masuk ke mata kita, tentu kita akan langsung berteriak. Kita tidak akan tahan karena mata merupakan bagian yang sangat peka. Orang suci adalah orang yang mempunyai kepekaan besar terhadap dosa yang sekecil apa pun. Seseorang yang dipenuhi Roh Kudus itu sangat peka. Sedikit ketidakberesan, ketidaksucian, atau motivasi yang sedikit kurang benar, akan langsung ditegurnya. Karena kita tidak mau dan hati nurani kita juga tidak menginginkan adanya pemalsuan, kecurangan, penyelewengan, atau ketidakjujuran sedikit pun.

Kesucian yang disertai penyerahan total membuktikan orang itu sudah dipenuhi Roh Kudus. Namun, tidak berarti dia sudah luput dari semua dosa. Jangan percaya pada orang yang mengatakan, "Saya sudah dipenuhi Roh Kudus, sebab itu saya mencapai satu taraf di mana saya tidak mungkin berdosa lagi." Stuck datang dari Australia ke Nongkojajar, Indonesia, untuk memberikan ajaran bahwa dirinya sudah suci, tidak bisa berdosa lagi. Sampai gurunya datang menegur dia, barulah dia bertobat dan mengaku dirinya salah. Akan tetapi, orang-orang di Indonesia sudah terlanjur banyak yang dipengaruhi olehnya. Sunsight, di California, berbicara banyak tentang Roh Kudus dan kedatangan Kristus. Ia mengatakan bahwa dia sudah mendapat satu pengertian, di mana wahyu Tuhan berkata kepadanya, "Yesus akan datang sebelum dia mati, sehingga dia tidak perlu mati. Dia akan langsung bertemu dengan-Nya pada waktu Dia datang dan mengangkat dirinya." Nyatanya, tak lama kemudian dia mati. Semua itu menunjukkan pengertian yang berlebihan. Mereka telah tertipu oleh setan, tetapi mungkin mereka tidak sadar. Meski mereka kelihatan rohani sekali, hebat sekali, atau suci sekali, tetapi sebenarnya mereka sudah keluar dari kebenaran Alkitab.

Mungkinkah manusia mencabut akar dosa sampai tidak mungkin berdosa lagi selama hidupnya? Tidak! Kita masih mungkin berbuat dosa, masih mungkin kurang suci, tetapi kita mempunyai keinginan untuk sepenuhnya dikuasai oleh Tuhan yang suci. Itulah kesempurnaan di dalam motivasi kita. Itulah kesempurnaan kualitas sebelum kita mencapai kesempurnaan kuantitas, dan itulah tanda orang dipenuhi Roh Kudus.

3. Menjunjung Tinggi Firman

Orang yang dipenuhi Roh Kudus adalah orang yang menjunjung tinggi Alkitab dan tidak akan memperdebatkannya. Ketika Alkitab sudah berbicara, dia akan berhenti. Di antara pengertian yang berbeda-beda, di antara ajaran yang simpang siur, dan doktrin yang berbeda-beda tekanannya, mari kita kembali kepada Alkitab. Biarlah Alkitab yang memberikan pengertian yang seimbang dan stabil berdasarkan seluruh firman yang sudah dicetak, yang sudah diberikan kepada kita. Dengan pengertian yang harmonis itulah kita tahu ada jawaban dalam Alkitab. Lalu, kita bungkam, berhenti, dan tidak mendebatnya karena Alkitab adalah otoritas tertinggi. Jangan menambahkan isi Alkitab dengan konsili-konsili, atau doktrin-doktrin, atau tradisi-tradisi yang ada di dalam buku manusia. Yesus berkata, "Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia." Bila pada suatu hari kita menemukan buku teologi apapun, yang mengemukakan doktrin yang memberi peluang untuk memperbaiki Alkitab, kita harus meninggalkan buku tersebut dan kembali kepada Alkitab. Bila suatu saat kita menemukan hal-hal yang belum dikatakan dengan jelas dalam khotbah yang disampaikan, bahkan oleh pengkhotbah yang kita sukai sekalipun, kembalilah kepada Alkitab, bukan kepada khotbah tersebut.

Orang yang dipenuhi Roh Kudus adalah orang yang hatinya dipenuhi dengan firman dan segala hikmat Tuhan yang tersimpan di dalam kekayaan firman-Nya. Jadi, Roh Kudus dan firman tidak bisa dipisahkan karena Roh Kudus adalah Roh kebenaran. Orang yang menyebut diri mengabarkan kebenaran, tetapi tidak menitikberatkan Roh Kudus dan pimpinan-Nya, adalah omong kosong belaka. Orang yang mengaku diri dipenuhi Roh Kudus, tetapi berita yang disampaikan tidak sesuai dengan firman, itu pun omong kosong. Orang yang dipenuhi Roh Kudus adalah orang yang menitikberatkan kehendak dan pimpinan Roh Kudus atas dirinya serta menyampaikan berita yang sesuai dengan Alkitab. Kedua hal ini menjadi satu. Ketika dia memberitakan, Roh mengurapi, karena itu berita yang dia sampaikan menjadi jelas sesuai dengan Alkitab.

4. Memberitakan Injil

Orang yang dipenuhi Roh Kudus adalah orang yang mementingkan Injil dan pengabarannya. Untuk itulah Roh Kudus diturunkan ke dunia. Roh Kudus diberikan untuk memuliakan Kristus. Bapa mengirim Roh Kudus untuk memuliakan Anak, karena Anak pernah dipermalukan, dihina, diejek, difitnah, diumpat, dijual, dihakimi secara tidak adil, bahkan akhirnya dipaku di kayu salib. Keadaan pernah dipermalukan itu perlu dinormalisasi, dipulihkan kembali, karena semua itu tidak seharusnya diterima oleh Anak. Siapa yang mengerjakan semua itu? Roh Kudus. Roh Kudus akan membawa Anak kembali pada kemuliaan asli yang ada pada-Nya; mengembalikan kemuliaan Kristus. Yesus berkata, "Dengan sesungguhnya Aku berkata kepadamu, jika Aku tidak pergi, maka Penghibur itu tidak akan datang kepadamu. Jika Roh Kudus datang, Dia akan memuliakan Aku" (Yohanes 16:13-14). Jadi, Roh Kuduslah yang akan mempermuliakan Kristus.

Bagaimana kita mengetahui Roh Kudus bekerja dengan hebat di dalam satu kebaktian? Tatkala Yesus ditinggikan, dosa dinyatakan, dan orang mulai ditegur dosanya, lalu bertobat dan kembali kepada Kristus. Saat itulah kita melihat Roh Kudus bekerja. Yang membuat semua kemungkinan ini terjadi adalah bila pengkhotbahnya mengutamakan kematian dan kebangkitan Kristus, meninggikan Kristus, dan memberitakan Injil-Nya. Ketaatan pengkhotbah itulah yang membuat Roh Kudus mengurapi, mendampingi, menyertai, dan memenuhi kebaktian yang dipimpinnya. Itu yang disebut kepenuhan Roh Kudus. Dengan motivasi memuliakan Kristus, menjunjung tinggi Kristus yang pernah dihina, disalib, dan akhirnya dibangkitkan kembali, Roh Kudus pasti mengurapi dan memimpin kebaktian yang dipimpinnya. Kalau seseorang menjunjung tinggi Kristus dalam sepanjang hidupnya, berarti dia terus-menerus menyatakan diri dipenuhi Roh Kudus, dan saat dirinya dipenuhi Roh Kudus, dia kembali meninggikan Kristus.

5. Berani Menjalankan Kehendak Allah

Dipimpin Roh

Orang yang dipenuhi Roh Kudus adalah orang yang berani, yang tidak takut menjalankan kehendak Allah. Sebelum seseorang dipenuhi Roh Kudus, dia merasa terkejut dan takut ketika melihat penganiaya-penganiaya mendekati dirinya. Seperti murid-murid Yesus Kristus yang mengunci semua pintu karena takut. Akan tetapi, setelah mereka dipenuhi Roh Kudus, mereka justru membongkar pintu, membuang kunci, dan pergi ke mana saja, tanpa merisaukan apakah masih dapat pulang atau tidak. Kira-kira 26 tahun yang lalu, saya pernah mendengar kalimat senada dari seseorang, "Saya sering pergi ke Eropa Timur. Pada waktu itu, komunisme di Rusia begitu kejam, KGB menangkap dan menganiaya semua orang yang mengabarkan Injil."

Ketika saya berada di Rusia, seorang pendeta bercerita bahwa mereka yang berada di kota Minsk ini mendapat penganiayaan secara halus. Maksudnya, KGB selalu menyiarkan di TV, bahwa orang Kristen Injili bukanlah orang yang beragama Kristen. Mereka adalah bidat di dalam kekristenan, kadang-kadang mereka membunuh anak-anak kecil. Jadi, penganiayaan tidak dijalankan dengan menangkap, memukul, dan memenjarakan hamba-hamba Tuhan. Penganiayaan dilakukan dengan memberikan topi dan kalimat-kalimat yang membuat rakyat membenci dan meninggalkan orang Kristen. Mereka diisukan sebagai orang yang paling kejam, tidak berperikemanusiaan, bahkan sampai membunuh anak-anak, dan diisukan bukan sebagai orang Kristen yang sejati. Sebab itu, sulit sekali bagi mereka untuk mengabarkan Injil karena orang-orang tidak percaya. Itulah yang dimaksud dengan penganiayaan secara halus.

Orang yang dipenuhi Roh Kudus mempunyai keberanian. Yang tadinya takut mati sekarang tidak, yang tadinya malu sekarang tidak, yang tadinya takut dilawan sekarang tidak, yang tadinya takut kehilangan pangsa pasar sekarang tidak. Dia tahu bahwa dia sedang menjalankan kebenaran. Petrus pernah menyangkal Yesus sebanyak tiga kali dengan berkata, "Aku tidak mengenal Dia." Itulah mulut manusia, mulut yang baru saja mengaku, "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang Hidup." Mengapa kalimat seperti itu bisa keluar dari Petrus? Bukankah dia pendeta besar, rasul yang paling penting, bahkan kepala rasul, kardinal, dan uskup dari kedua belas rasul? Mengapa Petrus sampai berani mengatakan ia tidak mengenal Kristus? Itulah manusia. Kalau untuk mendapat untung, dia pasti segera mengatakan "ya". Tetapi, kalau rugi, pasti menjawab "tidak". Pada saat keadaan kebebasan beragama dijamin, maka orang akan mengumumkan dirinya sebagai orang Kristen. Akan tetapi, kalau Pancasila sudah tidak berlaku, kalau kekristenan akan dibasmi, kalau musuh orang Kristen datang untuk menangkap semua orang Kristen, mereka segera beralih mengaku diri sebagai orang yang memeluk agama lain, bukan orang Kristen. Itulah manusia, tak peduli apakah dia adalah uskup dunia.

Petrus adalah kepala rasul atau pemimpin agama. Waktu keuntungan datang, semua mengikut Yesus. Waktu kerugian datang, salib dibuang, Alkitab dibuang, berubah menjadi orang yang tidak berani mengaku dirinya sebagai orang yang mengenal Yesus. Yesus tidak menegur Petrus, tetapi memandangnya dengan pandangan yang penuh kemurahan, seolah berkata, "Ingatlah, Aku sudah tahu semua tentang hidupmu, tentang dagingmu yang lemah, karena kau belum dipenuhi Roh Kudus." Setelah dipenuhi Roh Kudus, Petrus berubah. Ketika dia ditangkap dan diancam akan dianiaya, ketika dia disuruh berhenti dan dilarang mengabarkan Injil, dia menjawab, "Silakan kamu putuskan sendiri manakah yang benar di hadapan Allah: taat kepada kamu atau taat kepada Allah? Sebab, tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar." Keberanian yang sekarang Petrus miliki adalah keberanian demi Injil, dia tidak lagi memperhitungkan untung rugi dan mati hidup dirinya sendiri.

Saya mengenal banyak orang Kristen yang tadinya sangat pemalu dan penakut. Namun sekarang, tiap-tiap hari mereka membagikan traktat dan mendoakan orang sakit. Saya tahu orang seperti itu telah dipenuhi Roh Kudus. Saya percaya orang yang dipenuhi Roh Kudus adalah orang yang mempunyai keberanian, cinta kasih, kesungguhan untuk melayani, dan selalu siap memuliakan Allah. Meskipun dia begitu sibuk, dia tetap bisa melayani karena telah dipenuhi Roh Kudus. Oleh sebab itu, dia tidak merasa malu. Diejek pun tidak menjadi masalah baginya.

Ibu saya menjadi janda pada umur 33 tahun. Saat itu dia berlutut dan berdoa, berjanji seumur hidup tidak akan menikah lagi. Ia bertekad membesarkan kedelapan anak yang telah Tuhan berikan kepadanya. Pada zaman Jepang menjajah Indonesia, sangat tidak gampang mencari makan. Selain menjadi ibu, ia harus merangkap menjadi bapak. Memang berat baginya, tetapi dia masih mempunyai waktu 1 hari dalam seminggu untuk berpuasa. Dan, selama berpuluh-puluh tahun, dengan mengenakan baju putih, ia menyisihkan 1 hari dalam seminggu, meninggalkan semua pekerjaan dan keluarganya untuk pergi mengabarkan Injil. "Mengapa setiap pergi Ibu selalu membawa bungkusan?" Saya bertanya karena saya merasa keluarga kami sendiri kekurangan. Jawabnya, "Ketika saya membesuk, saya menemukan banyak orang yang lebih miskin dari kita, maka saya memberikan sedikit beras dan gula kepada mereka." Orang yang dipenuhi Roh Kudus dipenuhi oleh keberanian dan cinta kasih terhadap sesama.

6. Menghasilkan Buah Roh

Orang yang dipenuhi Roh Kudus adalah orang yang menghasilkan buah Roh. Menghasilkan buah Roh Kudus adalah bukti atau fakta yang tidak bisa dipalsukan. Alkitab mengatakan, "... dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka" (Matius 7:20). Kalau sebatang pohon disebut pohon ara, tentunya tidak akan membuahkan semak duri, bukan? Bisakah kita menemukan buah ara di semak duri, bisakah kita menemukan buah anggur di atas semak? Tidak mungkin. Semak menghasilkan semak, durian menghasilkan durian, semangka menghasilkan semangka, anggur menghasilkan anggur, tetapi semak duri tidak akan menghasilkan buah mangga. Roh Kudus memenuhi seseorang, maka orang itu akan menyatakan hidup dengan etika yang baru, yaitu etika dari Roh Kudus. Hal ini tidak bisa dipalsukan. Bukan saja demikian, orang yang dipenuhi Roh Kudus adalah orang yang penuh dengan cinta kasih Allah. Dengan cinta kasih yang memenuhi hatinya itulah dia tahu bagaimana membagi-bagikan anugerah surgawi, anugerah untuk hidup di dunia, dan anugerah yang cukup untuk tiap-tiap hari kepada orang lain.

Orang yang dipenuhi Roh Kudus, tidak akan melalui hidupnya dengan hanya memikirkan dirinya sendiri. Roh Kudus akan menolong dia meninggalkan hidup yang berpusat pada diri sendiri dan menerima hidup yang berpusat pada kemuliaan Tuhan. Roh Kudus tidak akan memperbolehkan seseorang hidup bagi dirinya sendiri, karena kasih Kristus akan mendorongnya, sehingga dia mau hidup bagi Dia yang sudah mati dan bangkit baginya. Siapakah yang melakukan hal itu? Roh Kudus. Paulus di dalam Filipi 2:13 berkata, "karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya." Allah yang bekerja di dalam diri kita adalah Allah Oknum ketiga Tritunggal, Roh Kudus. Dia berada dalam diri seseorang dan membuat cinta kasih yang tadinya tidak mungkin kita miliki, menjadi mungkin. Kasih memenuhi hati kita. Bukan saja demikian, Roma 5:5-6 mengatakan bahwa pada waktu kita berada dalam sengsara dan penderitaan, Roh Kudus mencurahkan sesuatu secara merata dalam hati kita. Apa yang dicurahkan? Cinta kasih Allah. Ketika Roh memenuhi seseorang, maka cinta kasih Allah akan memenuhi hatinya. Tatkala Roh memenuhi seseorang, dia tidak akan digoyahkan oleh penderitaan, siksaan, sengsara, kematian, dan kesulitan duniawi karena cinta kasih Allah dicurahkan merata di dalam hatinya. Dengan cinta kasih itulah dia mengatasi segala penderitaan dan kesulitan.

Itulah ciri-ciri orang yang dipenuhi oleh Roh Kudus. Alkitab memberikan prinsip-prinsip yang jauh berbeda dari apa yang sering dikumandangkan pada zaman ini. Hendaknya kita lebih waspada dan cermat menguji setiap roh, sehingga kita tidak terjerumus ke dalam ajaran-ajaran yang tidak benar.

Download Audio

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku : Roh Kudus, Doa, dan Kebangunan
Penulis : Pdt. Dr. Stephen Tong
Penerbit : Lembaga Reformed Injili Indonesia, Jakarta 1995
Halaman : 99 -- 110