Home
       

Resources
Artikel
Artikel-artikel MISI
Bahan PA
Misi Allah Bagi Dunia &
Para Pengubah Dunia
Cerita Misi
Alkitab di Seluruh Dunia :
48 Kisah Nyata
Buku
Buku-buku Misi
Doa
Doa bagi Negara
Doa bagi Kota
Doa bagi Suku
PD Timotius
40 Hari Doa
e-KJDN
Info
Sejarah
Ulasan Tokoh MISI
Lembaga
Mengenal Lembaga MISI
Media
Berbagai program pengabaran Injil
Lintas Budaya
Lintas Religi
Profil Suku di Indonesia
Profil Bangsa
Profil Bangsa di Dunia
 
 Renungan
 Kesaksian
 
Pemuridan: Seni yang Hilang (LeRoy Eims)
halaman 3
dari 18

|

PASAL 1
PENTINGNYA MELIPATGANDAKAN MURID

Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak (Kisah 6:7).

Pada suatu hari seorang pendeta yang sibuk minta saya untuk bertemu dengan dia untuk membicarakan tentang cara melatih orang di gerejanya. Ia menggembalakan sebuah gereja yang bertumbuh dan sehat. Sering ada orang yang menerima Kristus. Jumlah hadirin bertambah sampai ia harus mengadakan kebaktian Hari Minggu pagi dua kali. Ternyata Allah memberkati pelayanannya.

Tetapi pendeta itu juga mempunyai persoalan. Kecuali ia melatih pekerja-pekerja yang kerohaniannya memenuhi syarat, ia tahu bahwa banyak orang Kristen baru tidak dapat memperoleh pertolongan yang diperlukannya dalam pertumbuhan rohani. Juga mereka tidak dapat berkembang menjadi murid Yesus Kristus yang kuat. Dan pendeta itu tahu bahwa ia adalah kuncinya. Keseluruhan proses itu harus dimulai dari dia. Ia tidak dapat menyerahkannya kepada orang lain. Sebagai pemimpin rohani dari orang- orang itu, ia harus menjadi perintis dalam pelayanan itu.

Persoalan yang lain: ia sibuk sekali. Banyak hal menuntut perhatiannya; banyak orang menuntut waktunya. Seperti banyak pendeta lainnya, ia memakai banyak waktunya untuk mengatasi persoalan-persoalan kecil dalam gerejanya. Satu soal belum selesai, soal lainnya sudah timbul.

Pendeta itu menggunakan terlalu banyak waktu untuk melayani orang-orang yang selalu mempunyai banyak persoalan. Dia sibuk membereskan persoalan, mendamaikan seorang dengan yang lain, mengurus perselisihan keluarga yang sulit, dan menghadapi 1001 soal lainnya. Ia menjadi frustasi.

Tetapi ia mempunyai angan-angan. Kadang-kadang ia masuk ke dalam kamar belajarnya, dan memikirkan keadaannya dari segi lain. Ia melamun, tidakkah lebih baik jika ia memiliki orang-orang yang kerohaniannya telah bertumbuh untuk menolong mengatasi persoalan-persoalan "rohani" yang terus-menerus timbul digereja ini?

Yang ia maksudkan bukanlah orang-orang yang hanya membawakan pita rekaman khotbah pendeta untuk orang-orang di penjara, membagikan makanan, pakaian dan bantuan keungan untuk yang memerlukan, mengajar di Sekolah Minggu, atau menolong pendeta mengatur urusan dan keungan gereja. Maksudnya ialah orang-orang yang mengetahui bagaimana memenangkan orang kepada Kristus dan kemudian membimbingnya dari saat pertobatannya sampai menjadi seorang murid yang kokoh, berserah, mengabdi, berbuah, dan dewasa; dan yang pada suatu waktu dapat mengulangi proses itu dalam kehidupan orang lain.

Teman saya tersenyum di dalam kamar belajarnya sebab lamunan yang indah itu. Kemudian ia merasa gentar kembali melihat kenyataan yang sebenarnya. Dan ialah orang satu-satunya di dalam sidang itu yang memenuhi syarat secara rohani dan dapat menolong. Maka ia mengesampingkan lamunannya, membawa Alkitabnya, dan keluar pintu.

Sesudah kami membicarakan bersama-sama mengenai bagaimana menjadikan orang murid dan bagaimana melatih pekerja, pendeta itu kembali kegerejanya dan mulai menjalankan prinsip-prinsip yang saya utarakan kepadanya dan yang diajarkan di dalam buku ini.

Dewasa ini, melalui pelayanannya timbul secara tetap arus murid- murid dan pekerja-pekerja yang mempengaruhi masyarakat sekitarnya bagi Kristus. Orang-orang dari gereja ini dipakai oleh Allah untuk memenangkan orang lain kepada Kristus dan menolong orang-orang yang bertobat itu, supaya mengulangi proses itu.

Murid yang Bertindak

Marilah kita melihat pada adegan lainnya. Ada empat pasang suami istri yang mengadakan pertemuan satu malam setiap minggu untuk mempelajari Alkitab. Sejak pertemuannya dimulai empat bulan sebelumnya, tiga diantaranya bertobat kepada Kristus. Pertemuan itu dipimpin oleh salah seorang awam dari gereja. Pada suatu malam baru saja mereka memulai suatu diskusi yang menarik, telepon berdering.

"Joe ada di sana?" Joe adalah salah seorang Kristen baru yang baru empat bulan lamanya percaya.

"Ya, tetapi ia sedang sibuk saat ini. Ia sedang mengikuti pelajaran Alkitab."

"Tolonglah, saya harus berbicara dengan dia." Suara itu iba sekali.

"Baiklah."

Joe mengangkat telepon itu dan mendengarkan.

"Baik," katanya. "Saya segera datang."

Joe menjelaskan kepada kelompok itu. Teman kerjanya ingin agar ia datang dan menolongnya. Ada pertengkaran di antara suami dan istrinya, dan istri temannya itu sudah tidak menghiraukan dia lagi. Sudah lama keluarga ini berantakan, dan joe merasa ia harus pergi dan berbuat sedapatnya.

Pemimpin kelompok pelajaran Alkitab itu merasa tindakan Joe itu benar. Dan sedang Joe pergi, kelompok itu berdoa. Maka Joe, seorang Kristen yang telah percaya baru empat bulan itu, mengambil Alkitabnya dan pergi untuk mencoba menyelamatkan suatu pernikahan. Kelompok Pelajaran Alkitab itu berubah menjadi kelompok doa.

Tiga minggu kemudian saya berjumpa dengan pemimpin kelompok itu dan mendengar berita yang hebat. Joe telah dipakai oleh Allah untuk memimpin suami istri itu kepada Kristus. Sekarang Joe sedang dalam proses pemimpin mereka dalam mempelajari Firman Tuhan.

Sebagai akibatnya, pemimpin itu harus mulai meluangkan waktu sedikit dengan Joe untuk menjawab pertanyaan-pertanyaannya, sebab ia dengan istrinya telah mulai memimpin orang Kristen baru untuk mempelajari Firman Tuhan. Memang sebelumnya juga Joe adalah seorang yang selalu ingin tahu. Terlebih lagi sekarang. Ia tahu bahwa ia memerlukan banyak pertolongan. Pemimpinnya senang menolong dia. Ia dapat melihat bahwa Tuhan memakai waktu itu untuk memperdalam hubungan mereka dan memperdalam kehidupan Joe di dalam Tuhan.

Keadaan ini juga merupakan tantangan bagi anggota lainnya dalam kelompok Joe. Jelas sekali bagi mereka bahwa lambat atau cepat Tuhan juga akan memberi kesempatan untuk membagikan apa yang telah mereka pelajari. Keadaan itu menjadikan pelajaran Alkitab itu lebih berarti bagi mereka semua.

Adegan di atas, dengan berbagai keadaan yang berlainan, terulang di banyak tempat di dunia ini.

Dahulu konsep melipatgandakan murid itu tidak dapat diterima seperti pada dewasa ini. Sebenarnya, beberapa waktu yang lalu, hanya sedikit orang yang melakukannya. Tetapi sekarang lebih banyak orang yang kembali kepada proses Alkitabiah.

Unsur Penting: Pertolongan Perorangan

Tak lama sesudah istri saya, Virginia, dan saya menjadi orang Kristen, kami berjumpa dengan Waldron Scott, seorang pemuda yang sebaya dengan kami dan yang menaruh minat secara pribadi terhadap kami. Ia pernah mendapat pertolongan di dalam kehidupan Kristennya oleh seorang temannya ketika ia masih berada di Angkatan Udara. Kami adalah teman sekuliah, dan dia datang sekali seminggu ke rumah kami untuk membagikan kebenaran kerohanian dengan kami dan menolong kami dalam pertumbuhan rohani kami.

Pekerjaannya yang sesungguhnya dengan kami mulai pada suatu hari ketika saya bertanya mengapa ada perbedaan yang sangat menyolok di antara kehidupan kekristenan kami. Mengapa demikian kerohaniannya dan Virginia dengan saya tidak seperti dia? Waldron dapat mengutip ayat- ayat seakan-akan ia telah menghafalkannya. Sering kali ia menceritakan bagaimana Allah menjawab doanya. Kelihatannya ia mengenal Alkitabnya dengan baik.

Malam itu Waldron datang kerumah kami dan menanyakan beberapa pertanyaan. Apakah saya membaca Alkitab dengan teratur? Tidak, hampir tak pernah. Apakah saya mempelajarinya? Oho, sekali ini saya menang. Minggu yang baru lalu pendeta kami berkhotbah dari Mat 6:33, dan saya sangat terkesan dengan ayat itu sehingga saya menghafalkannya sesampai di rumah.

"Hebat!" kata Waldron. "Coba katakan ayat itu. Mari kita mendengarkannya."

Saya tidak dapat mengingatnya lagi. Maka saya sadar bahwa ada sesuatu yang kurang dalam cara saya menghafalkan Firman Tuhan.

Kemudian ia bertanya, "Apakah kau berdoa?"

"Ya, tentu, "jawab saya kepadanya. "Saya selalu berdoa sebelum makan dengan doa yang telah saya hafalkan." Waktu itu kami sedang duduk-duduk dan makan makanan kecil. Maka saya berdoa: "Syukur, Tuhan, kami ucapkan, atas makanan yang Engkau berikan, mohon berkat Yesus Kristus, Amin."

Pada suatu malam hari ketika mempelajari Alkitab, saya baru mengerti bahwa ternyata arti dan isi dan praktek doa itu lebih daripada hanya yang saya ucapkan. Waldron menawarkan kalau kami mau bertemu dengan dia dan membicarakan hal-hal yang telah menolong dia. Kami ingin sekali.

Maka kami mulai. Waldron mengajar kami bagaimana membaca Alkitab dan mendapatkan sesuatu daripadanya. Ia mengajar kami bagaimana belajar Alkitab secara perorangan dan, dengan pertolongan Roh Kudus, menggunakan pelajaran-pelajaran itu dalam kehidupan kami. Ia mengajar kami untuk menghafalkan Firman supaya selama 24 jam sehari kehadiran Roh Kudus dirasakan. Ia mengajar kami bagaimana merenungkan Firman supaya Firman Tuhan itu mendarah daging dalam kehidupan. Ia mengajar kami bagaimana berdoa dan mengharapkan jawaban dari Allah. Tahun itu merupakan tahun yang penuh berkat bagi kami. Kami haus untuk belajar, dan Waldron bersedia meluangkan waktunya dengan kami.

Tahun berikutnya saya mulai pada tingkat ke dua, dan Waldron masih meneruskan bertemu dengan kami. Kami tetap terus bertumbuh dan kehidupan Kristen saya penuh dengan pertemuan-pertemuan baru. Kami telah menemukan petualangan yang bermutu tinggi dari kehidupan yang berkelimpahan. Tuhan lebih menjadi bersifat pribadi dan nyata dalam hidup kami.

Pada pertengahan semester pertama, seorang teman sekuliah datang kepada saya dan bertanya, "Tahukah LeRoy, saya memperhatikan kamu. Kehidupan Kristenmu sungguh sangat berbeda dengan saya." Dan ia menanyakan beberapa pertanyaan sama seperti yang pernah saya tanyakan kepada Waldron setahun sebelumnya.

Saya tersenyum dan bertanya, "Yah, apakah Saudara membaca Alkitab secara teratur?"

"Tidak!"

"Apakah Saudara mempelajarinya?" Tidak, lagi.

"Apakah Saudara menghafalkan Firman Tuhan?" Tidak, ia juga tidak melakukannya.

"Apakah Saudara berdoa?" Masih tidak.

Saya menyarankan agar kami bertemu dan membicarakan hal-hal itu. Ia bergairah sekali. Maka kami mulai. Saya membagikan apa yang pernah dibagi Waldron kepada saya, dan teman itu mulai bertumbuh dalam kehidupan Kristen. Ia mulai menggali Alkitab, berdoa, dan bersaksi. Dan Roh Tuhan bekerja dengan sangat hebatnya dalam kehidupannya tahun itu.

Tahun berikutnya saya pindah ke universitas lain, dan kawan saya itu pindah ke universitas yang lain lagi. Beberapa bulan sesudah kuliah mulai, saya menerima surat dari dia yang menarik sekali. Ia telah menghadiri persekutuan Kristen di kampus, dan seorang kawannya datang kepadanya dan menanyakan tentang kehidupan Kristennya. Kelihatannya mahasiswa itu menemukan perbedaan, dan ia ingin mengetahui sebabnya. Maka bertanyalah kawan saya itu kepada temannya beberapa pertanyaan yang berkenaan dengan pembacaan Alkitab, penyelidikan, hafalan, dan doa. Ia berminat melakukan hal-hal itu. Maka kawan saya itu mulai membagikan petunjuk-petunjuk dasar yang ia pernah pelajari dari saya dan yang pernah saya pelajari dari Waldron.

Sementara itu, seorang mahasiswa Kristen datang kepada saya di kampus universitas saya .... dan demikianlah seterusnya. Sudah banyak tahun sampai saat ini saya terlibat dalam monolog orang lain secara perorangan dalam kehidupan Kristen mereka. Dewasa ini terlihat di banyak gereja dan oleh orang banyak minat yang bertumbuh dalam melipatgandakan murid.

Melipatgandakan Atau Tidak?

Beberapa tahun yang lalu saya bercakap-cakap dengan seorang Kristen muda yang bersemangat. "Bob," tanya saya, "hal apakah yang bagimu paling membawa sukacita dalam hidup ini?"

"Akh, LeRoy, mudah sekali," jawabnya. "Membimbing seseorang kepada Kristus."

Saya setuju dengannya. Setiap orang merasa bahagia pada waktu hal itu terjadi. Saudara bahagia, orang yang baru bertobat itu juga bahagia. Ada sukacita di dalam surga. "Tetapi," saya katakan kepada Bob, "ada sesuatu yang lebih menyenangkan daripada itu."

Dia heran. Apa yang lebih hebat daripada membawa seseorang kepada Kristus?

Saya melanjutkan. "Jika orang yang kau bawa kepada Kristus itu bertumbuh dan berkembang menjadi seorang murid yang mengabdikan diri kepada Tuhan, berbuah, menjadi dewasa, dan kemudian membimbing orang lain kepada Kristus dan menolong mereka melakukan hal yang sama."

"Aha!" serunya. "Saya belum pernah memikirkannya!"

Ia tidak pernah mendengar atau memikirkan hal itu, tetapi ia siap mulai menggunakan waktu untuk belajar, dan ia melakukannya. Dewasa ini banyak murid yang masak, menyerahkan diri, dan berbuah di dua benua oleh sebab pengaruh kehidupan Bob dan visinya untuk melipatgandakan murid.

Pada suatu waktu, seorang kawan sekuliah saya dan saya memberikan suatu loka karya penginjilan di sebuah Seminari. Lokakarya itu berlangsung selama tiga hari, untuk dua setengah jam setiap pertemuan, dan hadirin cukup banyak. Pokok kami mengenai "Pemuridan di Gereja Setempat."

Pada saat diskusi, seorang pendeta yang agak tua berbicara dan menceritakan pengalamannya dalam menjadikan murid diantara anggotanya di gereja. Ia telah memulai tiga tahun sebelumnya dan sekarang memiliki sekelompok orang yang setia yang dapat dipanggil sewaktu-waktu mereka diperlukan. Ia memulai dengan seorang; kemudian ia dan orang itu bekerja dengan dua orang lainnya yang sudah menyatakan minatnya. Proses pemuridan itu di teruskan, dan selang beberapa waktu keempat mereka mulai bertemu dengan empat orang lainnya. Pelayanan itu berlipat ganda sampai sekarang ia memiliki kelompok orang-orang yang mengabdi dan yang sungguh-sungguh kerohaniannya memenuhi syarat dalam pekerjaan gereja.

Pendeta tua itu mengatakan bahwa pelayanan ini lebih menguntungkan, memuaskan, dan menggairahkan daripada pelayanannya yang lain selama tigapuluh lima tahun. Sesudah semua itu dipaparkan, mata dari banyak mahasiswa seminari itu memancar dengan penuh gairah. Hampir-hampir mereka tidak tahan untuk menunggu-nunggu lagi untuk pergi ke tempat pelayanan mereka dan mulai melipatgandakan murid.

Yang sangat saya sukai tentang pelayanan melipatgandakan murid ialah bahwa hal itu berdasarkan Alkitab dan dapat dijalankan. Pertama, hal itu adalah cara Alkitabiah untuk menolong menaati Amanat Agung Kristus (Matius 28:18-20), dan untuk menolong melatih pekerja- pekerja (Matius 9:37,38) yang dewasa ini, seperti pada zaman Kristus, masih sedikit.

Kedua, saya telah menyaksikan pelaksanaannya dan hasilnya lebih dari duapuluh lima tahun. Ketika kami beberapa orang terlibat dalam pelayanan melipatgandakan murid dalam tahun 1950an, kami masih belum menyusun dan mengorganisasikannya dengan baik. Kami hanya menyebutnya "bekerja dengan beberapa orang." Tetapi sejak itu saya telah memperhatikan pendeta, ibu rumah tangga, utusan Injil, perawat, kontraktor bangunan, guru sekolah, dan pemilik toko terlibat dalam kehidupan beberapa orang itu. Saya telah melihat Tuhan memberkati usaha mereka dan melipatgandakan hidup mereka dalam Kristus ke dalam hidup orang lain.

Pada waktu Saudara mulai memakai waktu Saudara secara pribadi dengan orang Kristen lain dengan maksud membangun dalam kehidupannya --waktu bersama membaca Firman, berdoa, bersekutu, berlatih secara sistematik-- ada sesuatu yang terjadi dalam hidup Saudara juga. Biarlah kiranya Allah mengaruniakan kesabaran, kasih dan ketekunan pada waktu Saudara membagikan kehidupan yang telah diberiNya kepada Saudara dengan orang lain.


|
 




 Ke atas 
© 2003 YLSA