PASAL 1
PENTINGNYA MELIPATGANDAKAN MURID
Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin
bertambah banyak (Kisah 6:7).
Pada suatu hari seorang pendeta yang sibuk minta saya untuk
bertemu dengan dia untuk membicarakan tentang cara melatih orang di
gerejanya. Ia menggembalakan sebuah gereja yang bertumbuh dan sehat.
Sering ada orang yang menerima Kristus. Jumlah hadirin bertambah sampai
ia harus mengadakan kebaktian Hari Minggu pagi dua kali. Ternyata Allah
memberkati pelayanannya.
Tetapi pendeta itu juga mempunyai persoalan. Kecuali ia melatih
pekerja-pekerja yang kerohaniannya memenuhi syarat, ia tahu bahwa banyak
orang Kristen baru tidak dapat memperoleh pertolongan yang diperlukannya
dalam pertumbuhan rohani. Juga mereka tidak dapat berkembang menjadi
murid Yesus Kristus yang kuat. Dan pendeta itu tahu bahwa ia adalah
kuncinya. Keseluruhan proses itu harus dimulai dari dia. Ia tidak dapat
menyerahkannya kepada orang lain. Sebagai pemimpin rohani dari orang-
orang itu, ia harus menjadi perintis dalam pelayanan itu.
Persoalan yang lain: ia sibuk sekali. Banyak hal menuntut
perhatiannya; banyak orang menuntut waktunya. Seperti banyak pendeta
lainnya, ia memakai banyak waktunya untuk mengatasi persoalan-persoalan
kecil dalam gerejanya. Satu soal belum selesai, soal lainnya sudah
timbul.
Pendeta itu menggunakan terlalu banyak waktu untuk melayani
orang-orang yang selalu mempunyai banyak persoalan. Dia sibuk
membereskan persoalan, mendamaikan seorang dengan yang lain,
mengurus perselisihan keluarga yang sulit, dan menghadapi 1001
soal lainnya. Ia menjadi frustasi.
Tetapi ia mempunyai angan-angan. Kadang-kadang ia masuk ke dalam
kamar belajarnya, dan memikirkan keadaannya dari segi lain. Ia melamun,
tidakkah lebih baik jika ia memiliki orang-orang yang kerohaniannya
telah bertumbuh untuk menolong mengatasi persoalan-persoalan "rohani"
yang terus-menerus timbul digereja ini?
Yang ia maksudkan bukanlah orang-orang yang hanya membawakan pita
rekaman khotbah pendeta untuk orang-orang di penjara, membagikan
makanan, pakaian dan bantuan keungan untuk yang memerlukan, mengajar di
Sekolah Minggu, atau menolong pendeta mengatur urusan dan keungan
gereja. Maksudnya ialah orang-orang yang mengetahui bagaimana
memenangkan orang kepada Kristus dan kemudian membimbingnya dari saat
pertobatannya sampai menjadi seorang murid yang kokoh, berserah,
mengabdi, berbuah, dan dewasa; dan yang pada suatu waktu dapat
mengulangi proses itu dalam kehidupan orang lain.
Teman saya tersenyum di dalam kamar belajarnya sebab lamunan yang
indah itu. Kemudian ia merasa gentar kembali melihat kenyataan yang
sebenarnya. Dan ialah orang satu-satunya di dalam sidang itu yang
memenuhi syarat secara rohani dan dapat menolong. Maka ia
mengesampingkan lamunannya, membawa Alkitabnya, dan keluar pintu.
Sesudah kami membicarakan bersama-sama mengenai bagaimana
menjadikan orang murid dan bagaimana melatih pekerja, pendeta itu
kembali kegerejanya dan mulai menjalankan prinsip-prinsip yang saya
utarakan kepadanya dan yang diajarkan di dalam buku ini.
Dewasa ini, melalui pelayanannya timbul secara tetap arus murid-
murid dan pekerja-pekerja yang mempengaruhi masyarakat sekitarnya
bagi Kristus. Orang-orang dari gereja ini dipakai oleh Allah untuk
memenangkan orang lain kepada Kristus dan menolong orang-orang yang
bertobat itu, supaya mengulangi proses itu.
Murid yang Bertindak
Marilah kita melihat pada adegan lainnya. Ada empat pasang suami
istri yang mengadakan pertemuan satu malam setiap minggu untuk
mempelajari Alkitab. Sejak pertemuannya dimulai empat bulan sebelumnya,
tiga diantaranya bertobat kepada Kristus. Pertemuan itu dipimpin oleh
salah seorang awam dari gereja. Pada suatu malam baru saja mereka
memulai suatu diskusi yang menarik, telepon berdering.
"Joe ada di sana?" Joe adalah salah seorang Kristen baru yang
baru empat bulan lamanya percaya.
"Ya, tetapi ia sedang sibuk saat ini. Ia sedang mengikuti
pelajaran Alkitab."
"Tolonglah, saya harus berbicara dengan dia." Suara itu iba
sekali.
"Baiklah."
Joe mengangkat telepon itu dan mendengarkan.
"Baik," katanya. "Saya segera datang."
Joe menjelaskan kepada kelompok itu. Teman kerjanya ingin agar ia
datang dan menolongnya. Ada pertengkaran di antara suami dan istrinya,
dan istri temannya itu sudah tidak menghiraukan dia lagi. Sudah lama
keluarga ini berantakan, dan joe merasa ia harus pergi dan berbuat
sedapatnya.
Pemimpin kelompok pelajaran Alkitab itu merasa tindakan Joe itu
benar. Dan sedang Joe pergi, kelompok itu berdoa. Maka Joe, seorang
Kristen yang telah percaya baru empat bulan itu, mengambil Alkitabnya
dan pergi untuk mencoba menyelamatkan suatu pernikahan. Kelompok
Pelajaran Alkitab itu berubah menjadi kelompok doa.
Tiga minggu kemudian saya berjumpa dengan pemimpin kelompok itu
dan mendengar berita yang hebat. Joe telah dipakai oleh Allah untuk
memimpin suami istri itu kepada Kristus. Sekarang Joe sedang dalam
proses pemimpin mereka dalam mempelajari Firman Tuhan.
Sebagai akibatnya, pemimpin itu harus mulai meluangkan waktu
sedikit dengan Joe untuk menjawab pertanyaan-pertanyaannya, sebab ia
dengan istrinya telah mulai memimpin orang Kristen baru untuk
mempelajari Firman Tuhan. Memang sebelumnya juga Joe adalah seorang
yang selalu ingin tahu. Terlebih lagi sekarang. Ia tahu bahwa ia
memerlukan banyak pertolongan. Pemimpinnya senang menolong dia. Ia
dapat melihat bahwa Tuhan memakai waktu itu untuk memperdalam
hubungan mereka dan memperdalam kehidupan Joe di dalam Tuhan.
Keadaan ini juga merupakan tantangan bagi anggota lainnya dalam
kelompok Joe. Jelas sekali bagi mereka bahwa lambat atau cepat Tuhan
juga akan memberi kesempatan untuk membagikan apa yang telah mereka
pelajari. Keadaan itu menjadikan pelajaran Alkitab itu lebih berarti
bagi mereka semua.
Adegan di atas, dengan berbagai keadaan yang berlainan, terulang
di banyak tempat di dunia ini.
Dahulu konsep melipatgandakan murid itu tidak dapat diterima
seperti pada dewasa ini. Sebenarnya, beberapa waktu yang lalu, hanya
sedikit orang yang melakukannya. Tetapi sekarang lebih banyak orang
yang kembali kepada proses Alkitabiah.
Unsur Penting: Pertolongan Perorangan
Tak lama sesudah istri saya, Virginia, dan saya menjadi orang
Kristen, kami berjumpa dengan Waldron Scott, seorang pemuda yang sebaya
dengan kami dan yang menaruh minat secara pribadi terhadap kami. Ia
pernah mendapat pertolongan di dalam kehidupan Kristennya oleh seorang
temannya ketika ia masih berada di Angkatan Udara. Kami adalah teman
sekuliah, dan dia datang sekali seminggu ke rumah kami untuk membagikan
kebenaran kerohanian dengan kami dan menolong kami dalam pertumbuhan
rohani kami.
Pekerjaannya yang sesungguhnya dengan kami mulai pada suatu hari
ketika saya bertanya mengapa ada perbedaan yang sangat menyolok di
antara kehidupan kekristenan kami. Mengapa demikian kerohaniannya dan
Virginia dengan saya tidak seperti dia? Waldron dapat mengutip ayat-
ayat seakan-akan ia telah menghafalkannya. Sering kali ia menceritakan
bagaimana Allah menjawab doanya. Kelihatannya ia mengenal Alkitabnya
dengan baik.
Malam itu Waldron datang kerumah kami dan menanyakan beberapa
pertanyaan. Apakah saya membaca Alkitab dengan teratur? Tidak, hampir
tak pernah. Apakah saya mempelajarinya? Oho, sekali ini saya menang.
Minggu yang baru lalu pendeta kami berkhotbah dari Mat 6:33, dan
saya sangat terkesan dengan ayat itu sehingga saya menghafalkannya
sesampai di rumah.
"Hebat!" kata Waldron. "Coba katakan ayat itu. Mari kita
mendengarkannya."
Saya tidak dapat mengingatnya lagi. Maka saya sadar bahwa ada
sesuatu yang kurang dalam cara saya menghafalkan Firman Tuhan.
Kemudian ia bertanya, "Apakah kau berdoa?"
"Ya, tentu, "jawab saya kepadanya. "Saya selalu berdoa sebelum
makan dengan doa yang telah saya hafalkan." Waktu itu kami sedang
duduk-duduk dan makan makanan kecil. Maka saya berdoa: "Syukur, Tuhan,
kami ucapkan, atas makanan yang Engkau berikan, mohon berkat Yesus
Kristus, Amin."
Pada suatu malam hari ketika mempelajari Alkitab, saya baru
mengerti bahwa ternyata arti dan isi dan praktek doa itu lebih daripada
hanya yang saya ucapkan. Waldron menawarkan kalau kami mau bertemu
dengan dia dan membicarakan hal-hal yang telah menolong dia. Kami ingin
sekali.
Maka kami mulai. Waldron mengajar kami bagaimana membaca Alkitab
dan mendapatkan sesuatu daripadanya. Ia mengajar kami bagaimana belajar
Alkitab secara perorangan dan, dengan pertolongan Roh Kudus,
menggunakan pelajaran-pelajaran itu dalam kehidupan kami. Ia mengajar
kami untuk menghafalkan Firman supaya selama 24 jam sehari kehadiran
Roh Kudus dirasakan. Ia mengajar kami bagaimana merenungkan Firman
supaya Firman Tuhan itu mendarah daging dalam kehidupan. Ia mengajar
kami bagaimana berdoa dan mengharapkan jawaban dari Allah. Tahun itu
merupakan tahun yang penuh berkat bagi kami. Kami haus untuk belajar,
dan Waldron bersedia meluangkan waktunya dengan kami.
Tahun berikutnya saya mulai pada tingkat ke dua, dan Waldron
masih meneruskan bertemu dengan kami. Kami tetap terus bertumbuh dan
kehidupan Kristen saya penuh dengan pertemuan-pertemuan baru. Kami
telah menemukan petualangan yang bermutu tinggi dari kehidupan yang
berkelimpahan. Tuhan lebih menjadi bersifat pribadi dan nyata dalam
hidup kami.
Pada pertengahan semester pertama, seorang teman sekuliah datang
kepada saya dan bertanya, "Tahukah LeRoy, saya memperhatikan kamu.
Kehidupan Kristenmu sungguh sangat berbeda dengan saya." Dan ia
menanyakan beberapa pertanyaan sama seperti yang pernah saya tanyakan
kepada Waldron setahun sebelumnya.
Saya tersenyum dan bertanya, "Yah, apakah Saudara membaca Alkitab
secara teratur?"
"Tidak!"
"Apakah Saudara mempelajarinya?" Tidak, lagi.
"Apakah Saudara menghafalkan Firman Tuhan?" Tidak, ia juga tidak
melakukannya.
"Apakah Saudara berdoa?" Masih tidak.
Saya menyarankan agar kami bertemu dan membicarakan hal-hal itu.
Ia bergairah sekali. Maka kami mulai. Saya membagikan apa yang pernah
dibagi Waldron kepada saya, dan teman itu mulai bertumbuh dalam
kehidupan Kristen. Ia mulai menggali Alkitab, berdoa, dan bersaksi. Dan
Roh Tuhan bekerja dengan sangat hebatnya dalam kehidupannya tahun itu.
Tahun berikutnya saya pindah ke universitas lain, dan kawan saya
itu pindah ke universitas yang lain lagi. Beberapa bulan sesudah kuliah
mulai, saya menerima surat dari dia yang menarik sekali. Ia telah
menghadiri persekutuan Kristen di kampus, dan seorang kawannya datang
kepadanya dan menanyakan tentang kehidupan Kristennya. Kelihatannya
mahasiswa itu menemukan perbedaan, dan ia ingin mengetahui sebabnya.
Maka bertanyalah kawan saya itu kepada temannya beberapa pertanyaan
yang berkenaan dengan pembacaan Alkitab, penyelidikan, hafalan, dan
doa. Ia berminat melakukan hal-hal itu. Maka kawan saya itu mulai
membagikan petunjuk-petunjuk dasar yang ia pernah pelajari dari saya
dan yang pernah saya pelajari dari Waldron.
Sementara itu, seorang mahasiswa Kristen datang kepada saya di
kampus universitas saya .... dan demikianlah seterusnya. Sudah banyak
tahun sampai saat ini saya terlibat dalam monolog orang lain secara
perorangan dalam kehidupan Kristen mereka. Dewasa ini terlihat di
banyak gereja dan oleh orang banyak minat yang bertumbuh dalam
melipatgandakan murid.
Melipatgandakan Atau Tidak?
Beberapa tahun yang lalu saya bercakap-cakap dengan seorang
Kristen muda yang bersemangat. "Bob," tanya saya, "hal apakah yang
bagimu paling membawa sukacita dalam hidup ini?"
"Akh, LeRoy, mudah sekali," jawabnya. "Membimbing seseorang
kepada Kristus."
Saya setuju dengannya. Setiap orang merasa bahagia pada waktu hal
itu terjadi. Saudara bahagia, orang yang baru bertobat itu juga
bahagia. Ada sukacita di dalam surga. "Tetapi," saya katakan kepada
Bob, "ada sesuatu yang lebih menyenangkan daripada itu."
Dia heran. Apa yang lebih hebat daripada membawa seseorang kepada
Kristus?
Saya melanjutkan. "Jika orang yang kau bawa kepada Kristus itu
bertumbuh dan berkembang menjadi seorang murid yang mengabdikan diri
kepada Tuhan, berbuah, menjadi dewasa, dan kemudian membimbing orang
lain kepada Kristus dan menolong mereka melakukan hal yang sama."
"Aha!" serunya. "Saya belum pernah memikirkannya!"
Ia tidak pernah mendengar atau memikirkan hal itu, tetapi ia siap
mulai menggunakan waktu untuk belajar, dan ia melakukannya. Dewasa ini
banyak murid yang masak, menyerahkan diri, dan berbuah di dua benua
oleh sebab pengaruh kehidupan Bob dan visinya untuk melipatgandakan
murid.
Pada suatu waktu, seorang kawan sekuliah saya dan saya memberikan
suatu loka karya penginjilan di sebuah Seminari. Lokakarya itu
berlangsung selama tiga hari, untuk dua setengah jam setiap pertemuan,
dan hadirin cukup banyak. Pokok kami mengenai "Pemuridan di Gereja
Setempat."
Pada saat diskusi, seorang pendeta yang agak tua berbicara dan
menceritakan pengalamannya dalam menjadikan murid diantara anggotanya
di gereja. Ia telah memulai tiga tahun sebelumnya dan sekarang memiliki
sekelompok orang yang setia yang dapat dipanggil sewaktu-waktu mereka
diperlukan. Ia memulai dengan seorang; kemudian ia dan orang itu
bekerja dengan dua orang lainnya yang sudah menyatakan minatnya. Proses
pemuridan itu di teruskan, dan selang beberapa waktu keempat mereka
mulai bertemu dengan empat orang lainnya. Pelayanan itu berlipat ganda
sampai sekarang ia memiliki kelompok orang-orang yang mengabdi dan yang
sungguh-sungguh kerohaniannya memenuhi syarat dalam pekerjaan gereja.
Pendeta tua itu mengatakan bahwa pelayanan ini lebih
menguntungkan, memuaskan, dan menggairahkan daripada pelayanannya yang
lain selama tigapuluh lima tahun. Sesudah semua itu dipaparkan, mata
dari banyak mahasiswa seminari itu memancar dengan penuh gairah.
Hampir-hampir mereka tidak tahan untuk menunggu-nunggu lagi untuk pergi
ke tempat pelayanan mereka dan mulai melipatgandakan murid.
Yang sangat saya sukai tentang pelayanan melipatgandakan murid
ialah bahwa hal itu berdasarkan Alkitab dan dapat dijalankan. Pertama,
hal itu adalah cara Alkitabiah untuk menolong menaati Amanat Agung
Kristus (Matius 28:18-20), dan untuk menolong melatih pekerja-
pekerja (Matius 9:37,38) yang dewasa ini, seperti pada zaman
Kristus, masih sedikit.
Kedua, saya telah menyaksikan pelaksanaannya dan hasilnya lebih
dari duapuluh lima tahun. Ketika kami beberapa orang terlibat dalam
pelayanan melipatgandakan murid dalam tahun 1950an, kami masih belum
menyusun dan mengorganisasikannya dengan baik. Kami hanya menyebutnya
"bekerja dengan beberapa orang." Tetapi sejak itu saya telah
memperhatikan pendeta, ibu rumah tangga, utusan Injil, perawat,
kontraktor bangunan, guru sekolah, dan pemilik toko terlibat dalam
kehidupan beberapa orang itu. Saya telah melihat Tuhan memberkati usaha
mereka dan melipatgandakan hidup mereka dalam Kristus ke dalam hidup
orang lain.
Pada waktu Saudara mulai memakai waktu Saudara secara pribadi
dengan orang Kristen lain dengan maksud membangun dalam kehidupannya
--waktu bersama membaca Firman, berdoa, bersekutu, berlatih secara
sistematik-- ada sesuatu yang terjadi dalam hidup Saudara juga.
Biarlah kiranya Allah mengaruniakan kesabaran, kasih dan ketekunan pada
waktu Saudara membagikan kehidupan yang telah diberiNya kepada Saudara
dengan orang lain.