Home
       

Resources
Artikel
Artikel-artikel MISI
Bahan PA
Misi Allah Bagi Dunia &
Para Pengubah Dunia
Cerita Misi
Alkitab di Seluruh Dunia :
48 Kisah Nyata
Buku
Buku-buku Misi
Doa
Doa bagi Negara
Doa bagi Kota
Doa bagi Suku
PD Timotius
40 Hari Doa
e-KJDN
Info
Sejarah
Ulasan Tokoh MISI
Lembaga
Mengenal Lembaga MISI
Media
Berbagai program pengabaran Injil
Lintas Budaya
Lintas Religi
Profil Suku di Indonesia
Profil Bangsa
Profil Bangsa di Dunia
 
 Renungan
 Kesaksian
 
Dasar yang Teguh (J. Wesley Brill)
halaman 20
dari 26

|
19. ASAS PENGAJARAN TENTANG DOSA


I. ASAL MULA DAN BUKTI DOSA

A. Asal mula dosa tidak begitu nyata

Dosa tidak berasal dari Allah. Allah itu kudus, dan Allah tidak dapat dicobai (Yakobus 1:13). Sebetulnya asal mula dosa tidak begitu nyata. Hanya di dalam Alkitab terdapat sedikit keterangan mengenai asal mula dosa itu. Mungkin di dalam Yohanes 9:3 Tuhan Yesus memberikan sedikit keterangan atas pertanyaan, "Mengapa Tuhan Allah membiarkan dosa masuk ke dunia", "Bukan dia (berbuat dosa) dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia". Dalam 2Tesalonika 2:7 dikatakan bahwa kedurhakaan itu bekerjanya secara rahasia, juga di dalam Wahyu 17:5; mengenai asal mula dosa memang membingungkan banyak orang.

"Beberapa orang yang tidak percaya telah menyalahkan Alkitab oleh sebab dosa dan kesusahan dalam dunia. Akan tetapi Alkitab tidak mengadakan tentang dosa, melainkan Alkitab memberikan bukti bahwa dosa sudah ada di dalam dunia. Jikalau Alkitab tidak ada maka persoalan dosa akan lebih membingungkan manusia. Sebetulnya kalau tidak ada Alkitab maka asal mula dosa tidak dapat diduga dan tidak dapat diterangkan. Manusia tidak boleh menyalahkan Allah dalam hal Ia telah membiarkan dosa masuk ke dalam dunia ini. Pengertian kita tidak akan menjadi lebih jelas kalau kita menolak Alkitab yang menerangkan bagaimana dosa telah masuk dunia ini." (Leander S. Keyser).

B. Asal mula dosa adalah dari si Iblis

Alkitab menerangkan bahwa dosa asalnya dari suatu makhluk yang mempunyai kehendak bebas, yaitu si Iblis. Pada mulanya Iblis adalah seorang malaikat terang yang agung dan suci. Iblis telah memberontak serta mendurhaka kepada Allah, tetapi sebabnya kita tidak tahu. Hanya ada sedikit keterangan dalam Alkitab mengenai sebabnya dosa dalam diri si Iblis, yaitu kesombongan. Dosa berasal dari kehendak Iblis. Tuhan Allah telah menjadikan malaikat-malaikat dengan kehendak yang bebas, dan hal itu akan menjadi baik asal dipimpin dengan baik. Jadi rupanya dosa mulai ada ketika Iblis mendurhaka kepada Allah.

Dalam Yesaya 14:12-17 diterangkan bahwa Bintang Timur, putera Fajar, telah jatuh dari langit karena mendurhaka kepada Allah. Perhatikan perkataan "Aku hendak" yang diulangi lima kali, dan akhirnya "Aku hendak menyamai Yang Mahatinggi!" (ayat Yesaya 14:14). Bandingkanlah hal itu dengan 2Tesalonika 2:4 di mana Antikristus, wakil Iblis, akan mengaku dirinya sebagai Allah. Juga dalam pasal Yehezkiel 28:1-26, di mana Nabi Yehezkiel menangisi atau meratapi Raja Soer itu, terdapat sedikit keterangan bahwa Iblis telah jatuh dari sebab kesombongannya (ayat Yehezkiel 28:17).

"Menurut penafsiran Alkitab secara umum, makhluk pertama yang dianugerahi kehendak bebas adalah malaikat-malaikat. Dan dengan demikian, maka asal mulanya dosa dalam alam ini disebabkan makhluk yang bebas kehendaknya, sebab kalau tidak, dosa tidak menjadi dosa, hanya suatu kesalahan atau nasib. Rupanya beberapa malaikat telah mulai iri terhadap kuasa Allah, dan tidak melawan iri hati itu, lalu mendurhaka kepada Allah. Itulah asal mula jatuhnya beberapa malaikat ke dalam dosa. Dosa mengubah mereka sehingga mereka menjadi setan dan roh-roh jahat. Yang menjadi penghulunya adalah Iblis, yang paling mendurhaka kepada Allah." Leander S. Keyser.

Jadi, rupanya dosa telah timbul di dalam Bintang Timur itu ketika kehendaknya menyimpang pada jalan yang salah, yaitu melawan Allah. Pada waktu beberapa malaikat berdosa, tidak semua malaikat ikut berdosa. Keadaan ini tidak sama dengan dosa Adam yang mendatangkan dosa ke atas segenap manusia.

C. Asal mulanya dosa di dalam manusia

Semua orang dilahirkan di dalam dosa, yaitu mereka mempunyai sifat dosa. Semua orang telah berdosa. "Tidak ada yang benar, seorangpun tidak" (Roma 3:10). Bagaimana hal ini terjadi? Alkitab memberikan jawaban atas persoalan itu. Dalam pasal Kejadian 3:1-24 diterangkan bagaimana dosa telah masuk ke dalam hati manusia. Dosa itu masuk karena empat hal:

  1. karena tertipu, 1Timotius 2:14 (TKB; FAYH; BIS)
  2. karena melanggar hukum Allah, Roma 5:19
  3. karena mendengar bujukan si ular, Kejadian 3:1-6 dan
  4. karena Iblis menggoda dan merusak, Wahyu 12:9 Sejak Iblis mendurhaka ia meneruskan niatnya yang jahat itu sampai sebatas yang diizinkan Allah. Oleh sebab itu kita tidak heran mendapati dia di dalam Taman Eden karena ia berusaha untuk menjatuhkan manusia. Nyata kepada kita bahwa dalam hal ini jatuhnya Bintang Timur ke dalam dosa sama dengan jatuhnya manusia ke dalam dosa, keduanya jatuh melalui kebebasan kehendak mereka sendiri, mereka salah memilih melawan hukum Allah yang mereka ketahui.

D. Dosa memang ada

Dosa memang ada di dalam dunia; ini merupakan kenyataan dan sangat hebat. Hanya ada tiga bukti yang akan kita perhatikan:

  1. Alkitab menerangkan dengan jelas sekali bahwa dosa memang ada. Banyak ayat yang membuktikan hal itu tetapi kami hanya menyebutkan tiga: Yohanes 1:29; Roma 3:23; Galatia 3:22.
  2. Kesaksian manusia. Kesaksian manusia atas bukti dosa:
    1. telah dimasukkan dalam undang-undang negara-negara,
    2. telah diakui di dalam tiap-tiap agama, meskipun dalam agama yang salah.
    3. telah diakui oleh ahli-ahli filsafat dari berbagai negara.
  3. Kesaksian dari hati nurani manusia. Hati nurani manusia menyaksikan adanya dosa. Tiap-tiap orang tahu bahwa ia berdosa. Tidak ada seorang dewasa yang tidak menyadari bahwa dirinya berdosa. Hati nurani telah menempelak semua anak-anak Adam. Akibat dosa yang hebat telah nyata dalam tubuh dan pikiran manusia, dan dalam hal semua manusia telah terjerumus ke dalam dosa.

E. Beberapa persoalan tentang dosa

Jikalau dosa tidak dibiarkan dalam dunia ini bagaimanakah manusia dapat menyatakan kesetiaannya kepada Allah? Sebab ada dosa, manusia di dalam dunia ini dapat menyatakan kesetiaannya kepada Allah dan keberaniannya untuk melawan dosa itu. Ini bukan berarti bahwa dosa adalah suatu hal yang baik, melainkan hal yang jahat yang dipakai oleh Allah untuk menguji manusia; dan manusia perlu diuji supaya ia dapat menunjukkan kasihnya kepada Allah. Seandainya saudara memiliki sebuah alat listrik yang dapat diputar sehingga segala dosa dan kesusahan dan penyakit dalam dunia ini dilenyapkan, apakah yang akan saudara perbuat, apakah saudara akan memutar alat itu atau tidak? Kalau saya, saya tidak akan memutar alat itu sebab Allah tidak memutarnya. Dosa ialah mendurhakai Allah, tetapi dosa yang terbesar ialah tidak percaya (menolak) Yesus Kristus.

Perhatikan bahwa manusia memiliki kuasa untuk menentukan kehendaknya, yaitu kuasa untuk memilih yang baik atau yang jahat. Hal ini nyata pada waktu Tuhan Yesus memanggil orang-orang yang menangkap ikan, memanggil Zakheus, perempuan Samaria, orang muda yang kaya, orang-orang Farisi dll. Didalam membawa jiwa kepada Tuhan Yesus, sebaiknya kita mengemukakan kepada orang itu kenyataan bahwa ia berdosa, lalu tunjukkan kepadanya keselamatan dari dosa dalam Tuhan kita Yesus Kristus.

II. KEADAAN DAN CARA BEKERJANYA DOSA

A. Hal yang bukan dosa

Dosa bukan kemalangan yang kebetulan terjadi. Alkitab menyatakan bahwa dosa telah terjadi oleh kehendak Adam, dan dosa itu ditanggungkan kepadanya (Roma 5:19). Hal ini terbukti bahwa Tuhan Allah telah menyediakan korban penebusan dosa sebelum dunia ini dijadikan (1Petrus 1:19,20).

Dosa bukan suatu penyakit atau kelemahan yang oleh sebab hal itu manusia tidak disalahkan. Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa manusia harus menanggung akibat karena dosanya. Kalau dosa itu hanya suatu penyakit, tentu manusia tidak boleh dihukum karena dosa itu. Firman Tuhan menanggungkan kesalahan orang-orang berdosa ke atas diri mereka sendiri (Yehezkiel 18:4).

Dosa bukan sesuatu yang diada-adakan. Dosa bukan hanya berarti tidak ada kebenaran. Dosa adalah perlawanan atau kedurhakaan yang pasti terhadap Allah (Mazmur 51:6). Dosa bukan suatu kemajuan dalam hal tahu yang baik dan yang jahat seperti yang dikatakan oleh si ular.

Dosa bukan suatu hal yang harus dilakukan oleh seseorang karena ia tidak dapat menolaknya. Alkitab menerangkan kepada kita bahwa darah Yesus Kristus dapat menyucikan kita dari segala dosa (1Yohanes 1:7). Tuhan Allah telah menyediakan jalan dalam Injil itu supaya manusia dapat memilih yang benar dan dapat melepaskan dirinya dari dosa. Kuasa Allah yang menyertai kita akan menolong kita untuk memilih Yesus Kristus yang dapat mengalahkan dosa di dalam kita.

B. Perkataan-perkataan dalam Perjanjian Lama mengenai dosa

Di dalam Imamat 16:21 terdapat tiga perkataan untuk dosa, yaitu dosa, pelanggaran dan kesalahan.

  1. Dosa. Perkataan ini dalam bahasa Ibrani berarti "tidak kena" atau "tidak sampai". Ini dapat dihubungkan dengan anak panah yang "tidak kena" sasarannya. Dosa dalam perkataan ini berarti tidak kena, tidak sampai, atau menyimpang dari tujuan dan maksud Allah. Dalam perkataan ini termasuk bukan saja perbuatan-perbuatan dosa, tetapi juga keadaan hati dan maksud hati yang berdosa. Lihat Kejadian 4:7; Keluaran 9:27; Bilangan 6:11; Mazmur 51:4,6; Amsal 8:36.
  2. Durhaka (TKB), pelanggaran/pemberontakan (LAI). Perkataan ini dalam bahasa Ibrani berarti melawan yang berhak, yaitu melawan perintah Allah, dan melakukan bidat, Mazmur 51:3; Amsal 28:2.
  3. Kejahatan (TKB), kesalahan/kedurjanaan (LAI). Perkataan ini dalam bahasa Ibrani berarti "bengkok" atau "diputar". Ini berarti hati yang bengkok, yang diputar dari yang benar. Perkataan ini tidak terlalu mengenai perbuatan jahat, melainkan berkenaan dengan hati dan tabiat yang jahat (Kejadian 15:16; Mazmur 32:5; Yesaya 5:18). Ada juga beberapa perkataan yang lain untuk dosa, seperti: pendurhakaan, kejahatan, pelanggaran karena ketidaktahuan, penyimpangan, kebencian, kenakalan, dll. Kejadian 41:9; Imamat 4:13; Yehezkiel 34:6; Mazmur 119:21; Imamat 19:17; Mazmur 94:20.

C. Perkataan-perkataan dalam Perjanjian Baru untuk dosa

  1. Dosa (harmatia). Mengherankan bahwa perkataan yang paling umum untuk dosa dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru berarti "tidak mengenai sasaran". Perkataan ini ditulis 174 kali, 71 kali ada di dalam surat-surat Rasul Paulus. Perkataan ini bukan hanya mengenai perbuatan dosa, melainkan juga keadaan hati dan pikiran yang jahat. Perkataan ini berarti manusia ada dalam keadaan ditipu, Roma 3:23.
  2. Pelanggaran (parabasis). Perkataan ini berarti menyimpang dari yang seharusnya. Perkataan ini selalu dipakai dalam hal pelanggaran terhadap hukum yang pasti, Roma 4:15. Hukum-hukum Allah menuntut supaya manusia mentaatinya, dan bilamana manusia tidak mau mentaatinya, berarti ia adalah pelanggar hukum dan berdosa, dan murka Allah akan jatuh ke atas dia, Roma 4:15.
  3. Kejahatan (adikia). Perkataan ini sama artinya dengan perkataan yang diterangkan pada no.3 dalam daftar Perkataan-perkataan dalam Perjanjian Lama. Dalam 1Yohanes 1:9 diterjemahkan "kejahatan", juga dalam 1Yohanes 5:17 diterjemahkan "kejahatan". Perkataan ini menunjukkan suatu keadaan hati dan pikiran. Oleh sebab itu Yohanes berkata bahwa dosa-dosa kita diampuni dan kita dan kita disucikan dari kejahatan.
  4. Durhaka (anomia). Kata ini dapat kita jumpai di dalam Alkitab terjemahan Bode (TKB). Perkataan ini juga terdapat dalam 1Yohanes 3:4 (TKB). Perkataan ini bukan berarti melanggar hukum dalam suatu perbuatan yang pasti, melainkan dalam hal tidak menuruti atau tidak memperdulikan hukum itu. Ini menerangkan tentang keadaan hati.
  5. Kefasikan (asebeia). Ini berarti keadaan fasik, yaitu tidak ber-Tuhan. Kata ini mengandung arti bahwa tabiatnya berlawanan dengan tabiat Allah, Roma 1:18; Yudas 1:14,15.
  6. Kesalahan (paraptoma). Perkataan ini berarti, "tidak berdiri teguh pada saat harus teguh", "tidak sampai kepada yang seharusnya," Matius 6:14,15; Galatia 6:1 (TKB); Yakobus 5:16 (TKB). Dari keterangan-keterangan di atas nyata bahwa dosa ialah perbuatan-perbuatan yang pasti dan juga suatu keadaan hati. Ada dosa yang disebabkan tidak melakukan yang patut dilakukan, dan ada dosa yang dilakukan dengan pasti seperti melanggar hukum. Oleh sebab itu kita memerlukan korban pendamaian Yesus Kristus bagi keadaan kita dan karena perbuatan-perbuatan kita.

Dalam Perjanjian Baru ada banyak kata lain yang di pakai untuk menyatakan dosa, misalnya: kefasikan, kelaliman, keinginan jahat, kecemaran, loba, dendam, kedengkian, pembunuhan, perkelahian, tipu daya, khianat, penghasut, pengumpat, kebencian, kemabukan, takabur, hawa nafsu, zinah, cemburu, menyembah berhala, percederaan, dan lain-lain.

D. Keterangan Alkitab tentang dosa

  1. Roh Kudus menginsyafkan dunia "akan dosa karena mereka tetap tidak percaya kepada-Ku" (Yohanes 16:8,9). Menolak Yesus Kristus adalah dosa yang terbesar.
  2. "Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa" (Yakobus 4:17). Tidak melakukan apa yang patut dilakukan adalah dosa.
  3. "Dosa ialah pelanggaran hukum Allah" (1Yohanes 3:4). Ini adalah dosa yang pasti dilakukan.
  4. "Semua kejahatan adalah dosa" (1Yohanes 5:17). Dalam hal ini termasuk perbuatan dosa dan keadaan hati yang berdosa.
  5. "Dan segala sesuatu yang tidak berdasarkan iman, adalah dosa" (Roma 14:23). Kurang beriman adalah dosa. Berdasarkan keterangan itu, maka tiap-tiap orang berdosa telah melanggar Firman Tuhan. Bacalah ayat-ayat tentang dosa yang berikut dalam Amsal 21:4; 24:9.

E. Keterangan asas pengajaran Kristen mengenai dosa

  1. "Dosa ialah tidak mentaati atau melanggar hukum Allah" (Westminster Catechism).
  2. "Dosa ialah tidak mentaati hukum Allah, dalam hal perbuatan, pikiran, atau keadaan" (Dr. A.H. Strong).

F. Pertanyaan-pertanyaan mengenai dosa

Apakah alat dosa yang terbesar? Pengkhotbah 5:5; Yakobus 3:1-12. Di manakah dosa bercokol di dalam diri manusia? Amsal 4:23; Yeremia 17:9; Matius 5:28. Hati manusia adalah tempat bercokolnya dosa, tetapi tiap-tiap perbuatan dosa adalah pekerjaan kehendak manusia. Seorang pun tidak ada yang dapat mengatakan bahwa ia telah mentaati sebagian besar hukum-hukum Allah, oleh sebab itu ia patut dimaafkan bila melanggar yang lainnya; orang itu tetap bersalah terhadap seluruhnya, Yakobus 2:10.

III. AKIBAT DOSA

A. Akibat dosa di dalam sorga dan di udara

Dosa dan jatuhnya Iblis serta malaikatnya ke dalam dosa telah membawa beberapa akibat di dalam sorga dan di udara. Oleh sebab dosa maka sorga perlu disucikan, dan hal itu digenapkan di dalam darah Kristus (Ibrani 9:23,24). Yesus Kristus sendiri telah masuk ke dalam sorga yang benar. Rupanya di situlah tempat Iblis dahulu mendurhaka, dan dari situ pula Iblis telah dicampakkan. Sejak saat itu tempat bergerak Iblis adalah di udara, yaitu di bawah sorga. Iblis dan setannya menguasai udara dan dari situ mereka menyerang semua saleh Tuhan (Efesus 1:3; 2:6; 6:11,12). Akan datang kelak suatu hari bilamana Iblis dan para setannya akan dilemparkan ke bumi dan sejak saat itu ia hanya akan bergerak di bumi ini saja (Wahyu 12:7-12). Hal ini akan terjadi pada waktu Antikristus memerintah serta menipu dunia ini.

B. Akibat dosa di dalam dunia ini

Dosa dan jatuhnya Adam dan Hawa telah mendatangkan akibat-akibat di dalam dunia ini. Tanah dikutuk oleh sebab dosa manusia (Kejadian 3:17,18). Selama Kerajaan Tuhan seribu tahun nanti, kutuk ini akan dicabut (Yesaya 55:13). Dosa manusia membawa akibat pada dunia binatang. Ular juga dikutuk. Sejak terjadi air bah, hubungan manusia dan binatang menjadi hubungan ketakutan, binatang menjadi takut kepada manusia (Kejadian 9:2). Hal itu berlainan sekali dengan keadaan dalam Taman Eden sebelum manusia berdosa. Akibat dosa binatang-binatang menjadi liar. Hal ini jelas karena nanti pada masa Kerajaan seribu Tahun, binatang-binatang tidak menjadi liar lagi (Yesaya 11:6-9). Sebenarnya oleh sebab dosa dan jatuhnya manusia maka "segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin ... sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita" (Roma 8:19-23). Di dalam ayat-ayat Rasul Paulus telah menyatakan hubungan yang erat antara manusia dan binatang. Dosa manusia telah membawa binatang ke dalam "perhambaan kebinasaan", tetapi penebusan yang sempurna bagi manusia akan membawa kelepasan kepada binatang juga (ayat Roma 8:21). Pada masa Kerajaan Tuhan seribu tahun nanti segenap bumi dan isinya akan diperbaiki. Pada waktu itu Iblis akan dibelenggu. Terlebih lagi, bila tiba masanya langit baru dan bumi baru, maka segala sesuatu akan disempurnakan dan tidak akan ada dosa lagi, dan Iblis dan setan-setannya dilemparkan ke dalam lautan api. Pada waktu itu tidak akan ada lagi air mata, perkabungan, ratap tangis, dukacita dan maut sekalipun (Wahyu 21:1-5).

C. Akibat dosa bagi segenap manusia

Sebelum Adam jatuh ke dalam dosa ia mempunyai hubungan yang sempurna dengan Allah. Setelah ia berdosa maka hubungannya dengan Allah putus; ia sudah melanggar hukum Allah; dan hubungannya dengan sesama manusia menjadi kacau. Dosa adalah mendurhaka kepada Allah (1Samuel 15:23) atau tidak mengasihi Allah dengan segenap hati (Ulangan 6:5; Markus 12:30). Adam sudah bersalah dalam kedua hal itu. Dosa juga berarti melanggar hukum Allah dengan sengaja (Bilangan 15:30; Mazmur 19:13), atau melanggar hukum itu sebab tidak mengetahuinya (Bilangan 15:27; Ibrani 9:7). Adam tidak dapat mengatakan bahwa ia tidak tahu hukum Allah, dan meskipun ia tidak mengetahuinya, ia tidak dapat berdalih. Dosa Adam adalah sengaja melanggar hukum Allah yang pasti, yang sudah diketahuinya. Dosa adalah juga kesalahan kepada sesama manusia (Imamat 19:18; Markus 12:31). Dosa merusak hubungan antara sesama manusia, oleh sebab itulah anak sulung Adam dan Hawa tidak mengasihi adiknya seperti ia mengasihi dirinya sendiri, ia telah membenci serta membunuh adiknya. Nyata benar bahwa manusia sudah mutlak jatuh ke dalam dosa. Dosa sudah menguasai segenap diri manusia - baik roh, jiwa, maupun badan.

  1. Roh manusia telah kehilangan hubungannya dengan Allah. Manusia telah jauh dari hidup persekutuan dengan Allah (Efesus 4:18). Sekarang manusia tidak tahu tentang perkara-perkara Allah sebab manusia hanya berada di tingkat jasmani (1Korintus 2:14). Manusia harus dilahirkan kembali agar dapat melihat Kerajaan Allah (Yohanes 3:3).
  2. Jiwa manusia telah dicemarkan. Pengertiannya menjadi gelap sebab dosa. Hatinya penipu (Yeremia 17:9). Pikiran hati manusia adalah jahat (Kejadian 6:5,12; 8:21; Mazmur 94:11; Roma 7:18).
  3. Tubuh manusia menjadi fana dan takluk pada kematian (Roma 8:11).

Dengan demikian jelas bahwa oleh sebab dosa dan oleh sebab melawan Allah, roh manusia telah dipisahkan dari Allah, pikirannya menjadi gelap dan bodoh, tubuhnya bisa diserang penyakit serta takluk pada kematian. Manusia tidak dapat menolong dirinya sendiri dan tidak berpengharapan sebab ia berdosa. Manusia telah TERHILANG!

Dosa ditanggungkan ke atas manusia. Tuhan telah menanggungkan dosa ke atas manusia. Hal ini patut dibedakan dengan hukuman dosa. Tanggungan dosa artinya manusia insaf bahwa dirinya harus menanggung dosanya dan patut dihukum. Hukuman dosa yaitu hukuman yang datang sesudah dosa dilakukan, baik hukuman yang memang mengikuti dosa itu ataupun hukuman yang pasti dari Allah atas dosa itu.

Alkitab menyatakan bahwa orang berdosa adalah hamba dosa (Roma 6:17; 7:5,14), dalam keadaan mati (Efesus 2:1). Bagaimana dosa telah mengubah tingkah laku manusia dan Allah? (Lihat Galatia 3:10; Efesus 2:3). Siapakah yang lebih dahulu berusaha untuk mengadakan penebusan itu? (Lihat 2Korintus 5:18-21). Setelah manusia jatuh ke dalam dosa, maka pusat kehidupannya bukan lagi Allah, melainkan diri sendiri. Boleh jadi itulah sebabnya mengapa Tuhan Yesus menuntut supaya kita menyangkal diri serta mengangkat salib dan mengikut Dia (Matius 16:24).

"Keadaan berdosa lebih ditujukan kepada oknum yang berdosa itu, bukan kepada perbuatan dosanya. Keadaan berdosa tidak menyatakan perbuatan orang berdosa melainkan menyatakan tingkah laku batinnya. Perbuatan dosa merupakan akibat dari keadaan berdosa di dalam batin; perbuatan dosa berasal dari perangai yang dinajiskan oleh dosa. Perangai yang dinajiskan oleh dosa lebih jahat daripada perbuatan dosa. Begitulah dosa dinyatakan dalam Perjanjian Baru. Bilamana hati nurani dilawan dengan melanggar kehendak Allah, maka pikiran orang itu digelapkan dan kehendaknya dilemahkan ... Pada permulaannya seseorang bertobat oleh sebab kelakuan-kelakuannya, tetapi sesudah ia bertumbuh ia akan bertobat oleh sebab keadaan hatinya atau keadaannya yang berdosa. Mula-mula ia berpikir bahwa ia harus memperbaiki banyak hal, tetapi bilamana ia telah sungguh-sungguh menginsafi dirinya sendiri, barulah ia merasakan bahwa dirinya perlu dilahirkan kembali." (James Denney).

Dosa mendatangkan kematian - kematian tubuh, jiwa dan roh. Kematian roh membuka jalan bagi penyembahan berhala, kesombongan, hawa nafsu, dan segala kefasikan. Kematian kekal ialah kematian roh yang sudah ditentukan untuk selama-lamanya, dan ia keadaan berdosa serta tidak percaya yang kekal. "Alkitab mengajarkan bahwa kematian yaitu hukuman yang kekal untuk roh; roh kehilangan segala sukacita dan diceraikan dari Allah, dan akan mendapat hukuman Allah yang pasti atas dosa-dosanya oleh karena murka-Nya. "Dosa adalah keadaan durhaka", yang dimaksudkan ialah perbuatan dosa. "Upah dosa ialah maut, maksudnya adalah hukuman untuk dosa." (Watson).

D. Hukuman Dosa

Hukuman dosa tidak lain daripada tindakan Allah terhadap dosa, karena kesucian-Nya. Hukuman ialah kesusahan atau kesakitan yang diberikan oleh yang memberi hukuman kepada orang yang telah melanggar hukum itu. Maksud yang terutama dari hukuman dari dosa bukan untuk memperbaiki orang yang dihukum, dan bukan untuk menakut-nakuti orang-orang supaya jangan berbuat dosa, melainkan supaya kesucian Allah dibenarkan.

E. Hukuman dosa bukan hanya akibat langsung dari perbuatan dosa itu

Hukuman yang merupakan akibat langsung bagi orang berdosa berarti hukuman yang menimpa tubuh, jiwa, dan roh orang berdosa pada waktu sekarang. Umpamanya, seorang bapa telah melarang anaknya memanjat pohon untuk mencegah agar anaknya tidak jatuh. Tetapi anak itu tetap naik juga. Kemudian ia jatuh dan patah lengannya. Sesudah anak itu sembuh bapanya memberi hukuman kepadanya. Hukuman sebagai akibat langsung yaitu patah lengan, dan hukuman yang sudah ditentukan sebagai undang-undang ialah hukuman dari bapanya. "Hukuman yang langsung sebagai akibat dari perbuatan dosa merupakan sebagian dari hukuman dosa, tetapi bukan merupakan hukuman yang pasti. Di dalam tiap-tiap hukuman terdapat juga murka Allah ... Orang yang berpikir bahwa hanya ada hukuman langsung sebagai akibat dari perbuatan dosanya, maka orang itu lupa bahwa Allah berada dalam alam ini, dan Ia berkuasa atas segala-galanya; dan kalau seseorang jatuh dalam tangan Allah yang hidup (Ibrani 10:31), maka ia berarti jatuh ke dalam tangan Dia yang telah memberi hukum-hukum itu." (Farr).

F. Hukuman dosa bukan berarti bahwa roh dan jiwa lenyap

Semua roh manusia akan hidup selama-lamanya walaupun ia tidak mengenal Yesus Kristus. Itu berarti bukan hanya orang yang percaya kepada Kristus yang akan hidup selama-lamanya, dan orang yang tidak percaya akan lenyap, melainkan semuanya kekal. Perkataan yang diterjemahkan dengan arti "tidak binasa" ditulis enam kali di dalam Perjanjian Baru. Tiga kali perkataan itu berarti "tidak binasa" (Roma 2:7; 1Timotius 1:17 TKB; 2Timotius 1:10), dan tiga kali berarti "tidak ada kematian" (1Korintus 15:53,54; 1Timotius 6:16). Di dalam Perjanjian Baru bila perkataan "binasa" dipakai, hal itu bukan berarti benda atau orang itu dilenyapkan; hal itu dapat diartikan dengan "sudah rusak", atau lebih dalam berarti "tidak dapat dipakai lagi untuk maksud yang semula". Misalnya, dalam Matius 9:17 terdapat perkataan "dan kirbat itu juga binasalah" (TKB; 'dan kantong itupun hancur' LAI). Itu bukan berarti kantong kulit itu dilenyapkan, melainkan tidak dapat di pakai lagi untuk maksud yang semula. Ini nyata juga dalam Matius 26:8 di mana kata yang sama dalam bahasa Yunani diterjemahkan dengan "pemborosan". Perkataan "binasa" dengan arti yang di sebut di atas dipakai dalam Perjanjian Baru untuk menyatakan keadaan orang-orang yang menolak Yesus Kristus serta tidak bertobat, lihat Matius 7:13; Filipi 1:28; 1Timotius 6:9; Ibrani 10:39. Jelas bahwa hukuman dosa (kebinasaan) bukan berarti roh atau jiwa dilenyapkan, melainkan hidup selama-lamanya dalam keadaan binasa dan dihukum.

G. Hukuman yang kekal dan pasti bagi orang berdosa

Hukum yang pasti berarti hukuman akibat bagi orang berdosa, yaitu hukuman kekal yang diberikan oleh Tuhan. Hukuman itu dinyatakan dalam Alkitab dengan beberapa perkataan seperti berikut: "Bangkit untuk dihukum" Yohanes 5:28,29. "Murka dan geram; penderitaan dan kesesakan" Roma 2:8,9. "Lautan api "Wahyu 20:15. "Siksaan api kekal" Yudas 1:7. "Api yang kekal" Matius 25:41. "Lautan api yang menyala-nyala oleh api" Wahyu 19:20. "Kematian yang kedua" Wahyu 21:8. "Neraka" 2Petrus 2:4. "Kebinasaan selama-lamanya" 2Tesalonika 1:9. Semua perkataan diatas hanya satu artinya, yaitu hukuman bagi orang berdosa yang tidak bertobat. Akan tetapi hukuman yang kekal di dalam Alkitab sering disebut "Kematian" dan "Kebinasaan". Oleh sebab itu kalau kita dapat mengerti arti kedua perkataan itu (sebagaimana dipakai dalam Alkitab) tentu kita dapat mengerti hukuman kekal.

1. Kematian

Mengenai kematian sudah diterangkan dalam pasal sebelumnya. Kematian jasmani disebut dalam Yohanes 11:14; Kisah 2:24; Roma 8:38. Kematian Rohani disebut dalam Lukas 15:24; Yohanes 5:24; 8:51; Roma 8:13; Efesus 2:1; 1Timotius 5:6 dan Wahyu 3:1. Kematian kekal disebut dalam Matius 10:28; 25:41,46; 2Tesalonika 1:9; Wahyu 4:11.

Kematian yang kekal mempunyai arti lebih daripada tinggal tetap selama-lamanya dalam keadaan mati rohani. Kematian kekal juga disebut "Kematian yang kedua" Wahyu 2:11; 20:6,14,15; 21:8. Dalam Wahyu 20:10 disebutkan suatu "lautan api" yaitu tempat di mana orang-orang disiksa siang malam tak ada hentinya, sebab ketika Iblis dilemparkan ke tempat itu, "binatang dan nabi palsu" itu sudah ada di sana seribu tahun lamanya, disiksa siang malam. Oleh sebab itu kematian yang kedua adalah suatu tempat siksaan yang tidak ada akhirnya; tempat itu adalah tempat siksaan yang nyata dan dapat dirasakan. "Dalam Alkitab dijelaskan bahwa kehidupan itu yang dimaksud bukan hanya bergerak secara jasmani saja, melainkan hidup didalam kebenaran dengan mengenal Allah, yaitu hidup beserta Kristus. Jadi, kematian itu bukan suatu keadaan tidak ada, dihapuskan atau dilenyapkan, melainkan berada dalam keadaan yang salah, keji, hina dan mengikuti Iblis." -Dr. Torrey (Lihat Wahyu 21:8).

2. Kebinasaan

Sudah diterangkan bahwa "binasa" berarti "rusak" yaitu tidak dapat dipakai lagi untuk maksud yang semestinya (Matius 9:17; 26:8). Akan tetapi "kebinasaan" juga dipakai dalam Alkitab untuk menerangkan hukuman yang pasti bagi orang yang berdosa. Kalau kita menyelidiki dan membandingkan Wahyu 17:8,11; 2Petrus 3:16; Filipi 3:19; 2Petrus 3:7 dengan Wahyu 19:20 dan Wahyu 20:10, maka nyata kepada kita bahwa "kebinasaan" berarti keadaan makhluk-makhluk yang disiksa dengan tidak ada akhirnya, dan keadaan itu diinsafi oleh orang yang disiksa. Telah dijelaskan dalam Wahyu 14:10,11; Matius 25:41; 2Tesalonika 1:9,10 bahwa siksaan itu tidak berhenti siang dan malam, sampai selama-lamanya. Perhatikanlah cerita tentang orang kaya dan Lazarus (Lukas 16:19-31). Banyak orang menganggap cerita ini sebagai perumpamaan, tetapi Tuhan Yesus tidak menyebut perumpamaan dalam cerita itu. Rupanya hal-hal berikut ini merupakan keadaan yang akan terjadi. Perhatikanlah bahwa orang kaya itu:

  1. masih dapat mengingat (Lukas 16:25),
  2. ia menyesal (Lukas 16:24),
  3. ia disiksa (Lukas 16:24),
  4. ia masih mempunyai perasaan sayang terhadap saudara-saudaranya (Lukas 16:28),
  5. ia dapat melihat Lazarus yang senang (Lukas 16:25),
  6. ia memohon kasihan dan kelepasan (Lukas 16:25 dan Lukas 16:26),
  7. ada jurang yang tak terseberangi antara saleh-saleh Tuhan dan orang-orang jahat (Lukas 16:26). Jelaslah bahwa siksaan bagi orang-orang yang tidak bertobat dan tidak percaya akan Tuhan Yesus Kristus adalah siksaan yang tidak ada akhirnya. Siksaan itu dahsyat sekali.

H. Di manakah orang-orang akan tinggal sepanjang masa kekekalannya ?

Jawaban untuk pertanyaan itu ada di dalam kehendak pribadi masing-masing. Satu hal yang nyata dari Alkitab ialah persoalan itu harus dipastikan dalam kehidupan sekarang ini. Lihat Lukas 16:26; Yohanes 5:28,29; 8:21,24; Ibrani 9:27.

I. Ringkasan tentang hukuman yang kekal

Akibat orang berdosa yaitu siksaan yang kekal. Siksa itu dinyatakan dengan perkataan-perkataan "murka", "geram", "siksaan" dan "hukuman kebinasaan" dalam ayat-ayat yang berikut: Roma 2:8,9; Yudas 1:7; 2Tesalonika 1:9.

Hukuman dan siksaan itu kekal. Dalam Alkitab perkataan "selama-lamanya" sering dipakai. "Perkataan itu dipakai dalam menyatakan kehidupan Kristus (Yoh 12:34); Roh Kudus yang tetap tinggal di antara kaum-Nya (Yohanes 14:16); pekerjaan Imam Kristus (Ibrani 7:1-28); Firman Allah (1Pet 1:23); kebenaran orang percaya (2Kor 9:9). Perkataan itu juga dipakai untuk menyatakan akibat orang-orang berdosa (Yudas 1:13; 2Petrus 2:17). Dalam ayat-ayat itu tidak disebutkan bahwa ada suatu tempat yang menunjukkan bahwa keadaan di situ tidak sampai "selama-lamanya" (F.W. Grant).

J. Tempat hukuman yang kekal

Tempat hukuman yang kekal ialah neraka, (Markus 9:43-48). Api neraka disediakan khusus untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya (Matius 25:41). Api itu adalah api yang sungguh-sungguh, lihat Matius 7:19; Yohanes 15:6; Yes 66:24; Ibrani 6:8; 10:26,27; Wahyu 20:15; 21:8; Mat 13:30,41,42. Tuhan Allah merindukan supaya semua manusia diselamatkan, dan hal itu dibuktikan tatkala Ia mengutus Anak-Nya ke Golgota. Tuhan tidak mau seorang pun binasa (2Petrus 3:9), dan Tuhan telah menyediakan tebusan supaya jangan ada manusia yang binasa. Akan tetapi kalau manusia sengaja mengikuti Iblis tak dapat tidak ia akan menuju ke tempat yang disediakan untuk Iblis itu.

Rupanya ada perbedaan tingkat hukuman dalam tempat itu (Luk 12:47,48; Roma 2:2-16). Tetapi ayat-ayat ini bukan berarti bahwa ada beberapa orang tidak akan dihukum, sebab semua orang telah berdosa dan melanggar terang yang ada padanya. Maksud kami dalam mengemukakan hal ini ialah untuk menerangkan bahwa hukum-hukum Allah adalah adil. Tiap-tiap orang dihukum sesuai dengan perbuatannya (Wahyu 20:12).

Tempat hukuman yang kekal ialah di dalam lautan api, dan orang yang disiksa di dalamnya dapat merasakan dan menginsafi siksaan itu. Di dalam Lukas 16:19-31 dikatakan bahwa orang-orang jahat terus masuk ke tempat siksaan sesaat sesudah mati. Mereka itu akan dipanggil dan dibangkitkan dari tempat itu untuk menghadap takhta Allah (takhta putih yang besar) pada kebangkitan yang ke dua (Yohanes 5:28,29; Wahyu 20:11-15). Pengadilan itu bukan untuk orang yang percaya kepada Kristus, sebab mereka telah masuk dalam kebangkitan yang pertama (Wahyu 20:4; 1Tesalonika 4:14-17) dan mereka itu tidak akan kena hukuman lagi (Yohanes 5:24).

Hukuman yang kekal itu dinamakan kematian yang kedua. Kematian yang pertama bukan berarti jiwa dan roh dihapuskan, dan begitu pula dalam kematian yang kedua (Wahyu 20:14; 21:8).

K. Masih adakah kesempatan bagi orang-orang yang sudah mau mendengar tentang keselamatan Yesus Kristus?

Tidak ada satu ayat pun dalam Alkitab yang menawarkan hal itu. Dan semua orang telah memiliki terang yang cukup untuk dapat menghukumkan dia kalau terang itu tidak ditaatinya. Lihat Yohanes 14:6; Kisah 4:12; Roma 2:12-16.

"Akibat yang akan diterima oleh orang-orang yang menolak keselamatan di dalam Yesus Kristus yang ditawarkan kepadanya yaitu siksaan yang dirasakan dan dialami tanpa ada akhirnya. Ini merupakan sesuatu yang dahsyat sekali, tetapi sesuai dengan isi Alkitab. Betapa hebatnya dosa menolak rahmat Allah yang telah memberikan Anak-Nya yang tunggal untuk menjadi Juruselamat kita. Orang yang tidak menginsyafi akan hebatnya dosa, dan tidak mengerti tentang kesucian Allah atau kemuliaan Kristus, serta apa yang dituntut oleh Kristus dari manusia, orang itu lebih suka memegang ajaran yang melemahkan hukuman atas orang yang tidak bertobat. Bila kita tahu betapa dahsyatnya dosa, dan tahu akan kesucian Allah yang sempurna, serta kemuliaan Yesus Kristus, tentu hati kita akan menuntut hukuman yang kekal bagi orang yang menolak Kristus, yang mengasihi dosa dan memilih dosa, dan yang lebih menyukai kegelapan daripada terang. " Dr. R.A. Torrey.

Berhubung dengan asa ini, bagaimanakah saudara-saudara kita yang tidak bertobat dan yang menolak Kristus? Dr. R.A. Torrey menjawab, "Lebih baik kita mengakui hal-hal yang sungguh-sungguh nyata. Lebih baik kita berusaha menyelamatkan saudara-saudara kita dari bahaya dan tidak berbantah-bantah tentang hal-hal yang sungguh-sungguh nyata. Ketidakpercayaan kita bahwa topan akan datang tidak dapat mencegah datangnya topan itu. Kalau kita sungguh-sungguh mengasihi Tuhan, serta insaf akan kemuliaan-Nya dan apa yang dituntut oleh Tuhan dari manusia, tentu kita akan berkata bahwa orang-orang yang menolak dan menghina Kristus patut disiksa sampai selama-lamanya, walaupun orang itu saudara kita.

"Misalnya seorang yang sangat kita kasihi melakukan kesalahan yang besar kepada seorang lain yang lebih kita kasihi, dan ia tetap berada di dalam kesalahannya, tentu kita akan menghendaki bahwa orang itu patut dihukum selama-lamanya.

"Walaupun manusia telah berdosa, tetapi Tuhan memberikan rahmat-Nya dengan mengorbankan Anak-Nya sendiri supaya dapat menyelamatkan manusia. Jadi, kalau manusia tetap menolak rahmat-Nya serta menghina Anak Allah itu dan ia disiksa selama-lamanya, tentu kita harus mengaminkannya serta mengatakan, 'Benar dan adil hukuman-Mu, ya Allah!'

"Bagaimanapun juga sudah nyata di dalam Alkitab bahwa orang-orang yang tidak bertobat serta menolak Kristus akan disiksa selama-lamanya. Senang atau tidak senang, kita harus percaya akan hal ini dan menunggu sampai kita tiba di sorga, dan di sanalah kelak kita dapat mengetahui apa sebabnya Tuhan mengatur demikian. Dalam hal ini tentu Tuhan mempunyai maksud yang berbudi. Walaupun kita tidak mengerti maksud itu. Manusia, yang paling berhikmat sekalipun, tidak dapat memerintah Tuhan dalam hal ini. Kita hanya dapat mengetahui hal-hal yang sudah dinyatakan Tuhan kepada kita. Sebagai kesimpulan ada dua hal yang jelas. Pertama: semakin dekat seseorang berjalan beserta Allah, dan semakin ia berserah kepada Tuhan dan pekerjaan-Nya, mereka akan semakin lebih mempercayai asas ini. Ada orang yang berkata, "Saya tidak dapat menerima asas itu sebab saya sangat mengasihi sesama manusia saya. ' Lebih baik orang itu menunjukkan kasihnya dengan menyerahkan dirinya bagi sesamanya manusia, seperti Yesus, agar jiwanya selamat, daripada menentang asas pelajaran ini, sebab kita sama sekali tidak dapat mengubah hal-hal yang sudah dipastikan Allah.

"Orang Kristen yang duniawi tidak berpegang pada pengajaran tentang asas siksaan yang kekal. Banyak asas pengajaran yang salah mengenai hukuman yang kekal sudah diberitakan di dalam dunia, Lihat 1Timotius 4:1; 2Timotius 4:3. Kalau orang Kristen menolak kesucian, berarti ia juga menolak asas pengajaran yang benar. Jemaat yang duniawi, yang mengikuti kehendak dunia, juga tidak senang dengan asas pengajaran yang mengemukakan tentang hukuman yang kekal. Orang-orang yang berpegang pada asas yang salah mengenai hukuman dosa, akan segera kehilangan kuasa Allah. Boleh jadi orang itu pandai berkhotbah, tetapi satu hal yang jelas, ia tidak pandai menarik jiwa kepada Tuhan. Orang itu tidak dapat meminta kepada orang-orang lain untuk diperdamaikan dengan Allah. Orang semacam itu seringkali merusak iman orang yang sudah percaya kepada Tuhan. Kalau kita sungguh-sungguh percaya bahwa akan ada hukuman yang kekal, dan kalau hal itu tertanam dalam hati kita, tentu kita akan sangat berusaha supaya orang-orang yang terhilang dapat diselamatkan. Dan kalau kita telah meringankan hal ini, berarti kita tidak lagi bernyala-nyala dengan kasih Tuhan. Kalau kita sungguh-sungguh percaya kepada asas pengajaran yang diterangkan dalam Alkitab ini, tentu kita akan menyerahkan diri kepada Tuhan untuk dipakai bagi keselamatan orang-orang yang terhilang.

"Janganlah menerima asas pengajaran ini secara akal saja. Sebab kalau saudara mencoba mengajarkan asas pengajaran ini dengan akal, maka saudara akan menjauhkan orang-orang dari Kristus. Tetapi kalau asas ini ditanamkan dalam hati yang penuh dengan kasih, sehingga hati kita terbeban untuk orang-orang berdosa, tentu tenaga kita, uang kita, dan segala yang ada pada kita akan kita pakai untuk keselamatan manusia, yaitu menyelamatkan mereka itu dari neraka, tempat siksaan yang pasti dialami dan dirasakan sampai selama-lamanya." (Dr. R.A. Torrey).

Robert Murray Mc Cheyne, pengkhotbah yang termasyur di Skotlandia, selalu bersandar pada mimbar sambil menangis apabila ia berkhotbah tentang kebinasaan orang-orang yang tidak mau bertobat dan percaya kepada Tuhan Yesus. Itu merupakan teladan baik untuk tiap-tiap pengkhotbah.


|
 




 Ke atas 
© 2003 YLSA