Home
       

Resources
Artikel
Artikel-artikel MISI
Bahan PA
Misi Allah Bagi Dunia &
Para Pengubah Dunia
Cerita Misi
Alkitab di Seluruh Dunia :
48 Kisah Nyata
Buku
Buku-buku Misi
Doa
Doa bagi Negara
Doa bagi Kota
Doa bagi Suku
PD Timotius
40 Hari Doa
e-KJDN
Info
Sejarah
Ulasan Tokoh MISI
Lembaga
Mengenal Lembaga MISI
Media
Berbagai program pengabaran Injil
Lintas Budaya
Lintas Religi
Profil Suku di Indonesia
Profil Bangsa
Profil Bangsa di Dunia
 
 Renungan
 Kesaksian
 
Seri Mutiara Iman (RBC/Yayasan Gloria/YLSA):
SMI-006 Bagaimana Memahami Alkitab?
halaman 6
dari 8

|
E. PEDOMAN UNTUK MENAFSIR NUBUATAN

Untuk memahami bagian-bagian Alkitab yang mengungkapkan nubuatan, orang Kristen harus mengetahui dua hukum, dan mengikuti enam aturan penafsiran.

DUA HUKUM

1. Hukum Referensi Ganda. Kadang-kadang nubuatan tertuju pada manusia, tetapi memiliki elemen-elemen yang dapat diterapkan pada makhluk adikodrati atau manusia di masa yang akan datang. Sebagai contoh, pada kisah pengutukan ular setelah kejatuhan manusia dalam dosa, Allah mengatakan bahwa Dia akan mengadakan permusuhan antara ular dan perempuan (Kejadian 3:14-15). Di sini Allah menunjuk pada Iblis, yang berbicara melalui ular untuk mencobai Hawa. Dia sedang menubuatkan pergumulan antara Kristus dan Iblis (Roma 16:20; Galatia 3:16; Ibrani 11:15; Wahyu 19:11 - 20:10).

Nubuatan dalam Yesaya 14:1-32 dan Yehezkiel 28:1-26 tertuju pada raja-raja Israel. Namun dalam setiap penggenapannya, tidak dapat dibatasi hanya pada orang-orang tersebut ketika mereka muncul dalam sejarah. Keduanya mengacu pada Iblis, memberi informasi tentang ia yang tidak terdapat di tempat lain dalam Alkitab.

2. Hukum Perspektif Nubuatan. Para nabi sering menggambarkan peristiwa-peristiwa di masa yang akan datang dalam suatu gambaran tanpa menunjukkan pemisahan dalam hal waktu. Hal ini dapat diumpamakan seperti memandang puncak-puncak gunung dengan sekali pandang tanpa memperhatikan lembah-lembah di antara puncak.

Yesus menggunakan hukum perspektif nubuatan ketika Dia membacakan Kitab Suci di sebuah sinagoga di Nazaret. Dia membuka gulungan kitab Yesaya dan membaca:

"Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang" (Lukas 4:18-19).

Kemudian Yesus menutup gulungan kitab tersebut. Orang-orang yang telah mengenal Yesaya 61:1-2 dengan baik mestinya bertanya-tanya mengapa Yesus berhenti di tengah-tengah ayat kedua. Dia tidak membacanya karena bagian terakhir dari ayat Yesaya 61:2, "dan hari pembalasan Allah kita, untuk menghibur semua orang berkabung," mengacu pada masa kesengsaraan. Jadi bagian pertama Yesaya 61:1-2 adalah nubuatan tentang kedatangan Yesus yang pertama; sedangkan bagian terakhir adalah nubuatan tentang kedatangan-Nya yang kedua. Nabi Yesaya melihat semuanya itu dengan sekali pandang. Ia tidak mengetahui bahwa sedikitnya ada rentang waktu duaribu tahun memisahkan kedua fase dalam nubuatannya.

Nubuatan dalam Yoel 2:28-32 juga memiliki penggenapan ganda. Bagian pertama digenapi saat Pentakosta, seperti yang dikatakan Rasul Petrus dalam khotbahnya (Kisah 2:17-21). Namun bagian kedua, yang mengacu pada bulan yang berubah menjadi darah dan tanda-tanda adikodrati lainnya, belum digenapi pada awal masa gereja mula-mula (Kisah 2:19-20). Hal itu akan terjadi pada masa kesengsaraan yang mendahului kedatangan kembali Kristus dengan segala kemuliaan-Nya.

ENAM ATURAN
  1. Tafsirkan dalam konteks. Bersama seluruh bagian Alkitab, pertimbangkan penulis/pembicaranya, situasi, orang-orang yang menjadi tujuan pemberitaan, dan subjek nubuatan.
  2. Tafsirkan secara harfiah (literal). Berikan arti yang lazim pada setiap kata, kenalilah gambaran-gambaran yang ada dalam pembicaraan. Jika para nabi menyebutkan jumlah hari atau tahun, terimalah apa adanya.
  3. Berhati-hati dengan simbol. Jangan mengartikan bagian nubuatan dengan arti simbolik atau rohani bila penafsiran harfiah cukup logis. Sebagai contoh, gempa bumi dalam Wahyu 6:12-17 harus diterima sebagai gempa bumi yang sesungguhnya; bukannya diartikan sebagai perpecahan yang terjadi di antara umat manusia.
  4. Lihatlah penggenapan yang segera akan terjadi. Pertama-tama lihatlah pada unsur-unsur nubuatan yang digenapi hanya dalam jangka waktu beberapa tahun, kemudian yang digenapi selama kedatangan Kristus yang pertama dan yang akan digenapi pada kedatangan-Nya yang kedua.
  5. Tetaplah konsisten. Jangan memperlakukan nubuatan-nubuatan Kristus berbeda dari nubuatan-nubuatan Perjanjian Lama.
  6. Jangan mengartikan terlalu jauh. Tolaklah godaan untuk menjadikan detil-detil kecil sebagai dogma. Beberapa pertanyaan berkenaan dengan akhir zaman, tetap tidak akan terjawab.
Tujuh manfaat pemahaman Alkitab bagi kita:
  1. Menyadarkan kita akan dosa (Ibrani 4:12)
  2. Membersihkan kita dari pencemaran dosa (Mazmur 119:9,11)
  3. Memberikan kekuatan (Keluaran 12:1-51; Ulangan 8:3)
  4. Memberitahu kita apa yang harus dilakukan (Yakobus 1:2)
  5. Mempersenjatai kita untuk menang atas dosa (Efesus 6:17)
  6. Menjadikan hidup kita berbuah (Mazmur 1:1-3)
  7. Memberikan kuasa dalam doa (Yohanes 15:7)
- Wilbur M. Smith

|
 




 Ke atas 
© 2003 YLSA