MENGATASI PENCOBAAN
Pencobaan merupakan satu misteri yang sulit untuk ditegaskan atau
dimengerti. Dalam diri kita masing-masing, ada kecenderungan untuk
melakukan hal yang tidak benar, sebab kita adalah bangsa yang telah
jatuh.
Seringkali, sadar atau tidak, kita cenderung untuk melakukan
kesalahan karena adanya desakan dari dalam diri kita. Alkitab
menyebut sumber desakan ini sebagai keinginan dari tabiat manusia
lama kita. Kita terlibat dalam pergumulan seumur hidup, tetapi Tuhan
mengetahui apa yang sedang kita alami. Seperti yang telah dinyatakan
dalam kitab Yakobus 1:12, "Berbahagialah orang yang bertahan dalam
pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima
mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang
mengasihi Dia."
Ayat itu diteruskan demikian,
"Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata, ´Pencobaan ini
datang dari Allah!´ Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang
jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapa pun. Tetapi tiap-tiap
orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan
dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia
melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan
maut." (Yakobus 1:13-15)
Jadi, Allah tidak mencobai manusia; pencobaan itu lahir dari dalam
hati manusia. Namun, pencobaan itu sendiri bukanlah dosa, melainkan
godaan dan bujukan ke arah perbuatan dosa. Bila kita menyerah kepada
kejahatan yang menarik kita dan bila kita mengikuti bujukan itu,
maka pencobaan itu menjadi dosa.
Sangat mengherankan, karena ternyata pencobaan itu dapat
menghasilkan pengaruh yang positif sekali. Pencobaan dapat membangun
watak, sebab pencobaan itu menguji kita. Jikalau kita menolak
pencobaan untuk taat kepada larangan yang Allah berikan, kita akan
berkata kepada Tuhan, demikian "Aku senang melakukan hal ini, sebab
sangat menarik dan amat indah. Tetapi, karena Tuhan melarang dan
kita taat kepada Allah, maka aku tidak melakukannya, sebab aku
mengasihi-Mu." Allah bersuka cita atas tanggapan seperti ini. Allah
senang dengan hal tersebut seperti yang tercantum dalam Yakobus
bahwa Ia akan memberikan kepada kita "mahkota kehidupan".
Saya percaya bahwa mahkota kehidupan bukan saja berarti menikmati
hidup kekal sepenuhnya, namun juga berarti kita dapat menikmati apa
yang terdapat di muka bumi ini setiap saat karena kita telah dapat
mengalahkan pencobaan dengan kuasa Roh Kudus yang tinggal di dalam
hati kita. Itulah kemenangan, di mana kita benar-benar dapat
menikmati kehidupan, sebab ketika kita menyerah pada pencobaan, itu
berarti kita sedang memasuki suasana kematian. Kita berada di dalam
kegelapan, daerah kematian. Namun, bila kita mengatasi pencobaan
karena kita mengasihi Tuhan, maka kita dapat hidup di dalam terang
dengan sepenuhnya.
Oleh karena pencobaan menyebabkan watak kita bertumbuh, maka Allah
mengizinkan pencobaan itu terjadi, walaupun Ia sendiri tidak
mencobai kita. Sewaktu kita tidak melawan pencobaan, bahkan
terperdaya oleh daya tarik dan bujukan itu, kita mengalami kematian
-- bukan kematian fisik atau pun seperti di dalam neraka, sebab kita
adalah orang percaya, melainkan kehilangan rasa dalam kehidupan.
Kita tidak lagi merasakan Allah tersenyum, juga tidak lagi merasakan
bahwa kita telah menyenangkan Dia. Kita kehilangan nikmatnya
kehidupan, dan sebelum kita mengakui dosa kita dan disucikan dengan
segera, maka kita akan tetap berada di bawah awan-awan yang menutupi
sinar matahari. Jika kita mengaku -- bahwa kita telah berdosa kepada
Allah dan memohon pengampunan-Nya -- maka kita bisa kembali
memulai hidup baru.
Dalam Kitab Mazmur pasal 32, Daud menjelaskan mengenai apa yang
terjadi pada seseorang yang mempunyai dosa tersembunyi, seperti
ketika Daud mengalami kesusahan, sebelum ia mengakui dosanya di
hadapan Tuhan -- kasus perzinahannya dengan Batsyeba, walaupun dosa
yang khusus itu tidak terlalu penting bagi pesan Mazmur ini. Daud
berkata,
"Selama aku berdiam diri, tulang-tulangku menjadi lesu karena aku
mengeluh sepanjang hari; sebab siang malam tangan-Mu menekan aku
dengan berat, sumsumku menjadi kering, seperti oleh teriknya
musim panas. Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku
tidaklah kusembunyikan; aku berkata, ´Aku akan mengaku kepada
Tuhan pelanggaran-pelanggaranku,´ dan Engkau mengampuni kesalahan
karena dosaku." (Mazmur 32:3-5)
Dengan berharap seperti ini maka kita, orang berdosa, juga dapat
bersuka cita,
"Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya
ditutupi! Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak
diperhitungkan Tuhan, dan yang tidak berjiwa penipu."
(Mazmur 32:1, 2).
Memiliki jiwa seperti itu merupakan tujuan hidup yang layak bagi
orang Kristen, karena itu merupakan penipuan bila berusaha
mengelabuhi diri kita dan Allah tentang dosa.
Banyak orang percaya menjadi mangsa yang mudah, khususnya berkaitan
dengan tiga pencobaan. PERTAMA adalah kebenaran diri sendiri, ini
semacam kesombongan. Ini berarti bahwa kita merasa diri kita lebih
baik daripada orang lain, walaupun mungkin kita tidak menyadarinya,
bahkan kita merasa lebih baik daripada Tuhan sendiri. Kita
melakukannya pada waktu kita mengkritik orang lain dan pada waktu
kita bersikap terkejut sekali ketika mendengar tentang dosa orang
lain.
KEDUA, orang Kristen cenderung menolak pandangan hidup yang suka
berkorban. Ada kebudayaan yang memaksa kita untuk menonjolkan diri
dengan mengorbankan orang lain. Tetapi, Yesus memanggil kita untuk
melayani orang lain, bahkan sampai mati sekali pun, dengan jalan
memikul salib kita dan mengiring Dia (Markus 10:38).
KETIGA, orang Kristen tergoda untuk membenarkan dan membela perilaku
moral yang dilarang oleh Allah. Terlalu banyak orang yang mencari-
cari alasan untuk berbuat dosa dengan berkata, "Tidak ada seorang
pun yang sempurna." Sangat berbahaya bila kita begitu terbiasa
dengan dosa, sehingga kita tidak mampu lagi untuk membedakannya.
Bahkan pornografi -- yang mudah diperoleh melalui berbagai majalah,
buku yang dijual di mana-mana, film, dan video di rumah -- makin
banyak dilihat oleh orang Kristen sebagai sesuatu yang menarik, hal
ini akan mengakibatkan kejatuhan hidup rohani mereka.
Bagaimana orang Kristen dapat mengatasi pencobaan tersebut serta
pencobaan lainnya? Hiduplah di dalam terang Firman Tuhan, sehingga
Saudara tetap peka terhadap segala bentuk kegelapan. Berpegang teguh
pada Alkitab setiap hari, bukan saja ketika kita mengalami tekanan -
- jangan sampai terlambat.
Pada waktu Saudara jatuh dalam pencobaan, yang kecil sekali pun,
akuilah kepada Tuhan dengan segera. Pengakuan haruslah merupakan
bagian rutin dari kehidupan Saudara. Begitu Saudara menyadari telah
melakukan sesuatu yang mendukakan Roh Kudus, akuilah kepada Tuhan
pada saat itu juga. Jangan Saudara sembunyikan dan menunggu suatu
hari ketika Saudara dapat mengakui segala dosa Saudara di altar.
Semakin cepat Saudara mengakui, semakin kuat Saudara dapat bertahan
terhadap pencobaan pada waktu berikutnya.
Kita masing-masing mempunyai kelemahan yang harus kita perangi
sepanjang hidup kita, misalnya sifat pemarah, suka bicara
kotor, dosa seksual, atau berdusta. Generasi dahulu menyebutnya
sebagai "dosa-dosa yang menjerat," dibandingkan dengan pencobaan
lain yang mungkin lebih mudah untuk diatasi.
"Karena siapa yang dikalahkan orang, ia adalah hamba orang itu."
(2Petrus 2:19),
tetapi kita boleh memilih kepada siapa kita hendak menjadi hamba.
Seperti yang dikatakan Yesus,
"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat
dosa, adalah hamba dosa. Dan hamba tidak tetap tinggal dalam
rumah, tetapi anak tetap tinggal dalam rumah. Jadi apabila Anak
itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka."
(Yohanes 8:34-36; lihat juga Roma 6:16-17)
Akhirnya, taatilah nasihat dari Rasul Paulus,
"Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan,
kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang
berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni." (2Timotius 2:22)
Judul Buku | : | Pola Hidup Kristen -- Penerapan Praktis |
Judul Artikel | : | Mengatasi Pencobaan |
Penulis | : | Luis Palau |
Penerbit | : | Gandum Mas, Lembaga Literatur Baptis,
Yayasan Kalam Hidup, YAKIN, 2002 |
Hal | : | 770-774 |
e-JEMMi 33/2004