PENERJEMAH PERJANJIAN BARU YANG PALING GIGIH
(Indonesia, 1814 - 1857)
Siapakah yang mula-mula memberi hadiah terbesar kepada suku Jawa,
yaitu: Kitab Perjanjian Baru yang tertulis dalam bahasa Jawa?
Namanya, Gottlob Bruckner. Ia lahir tahun 1783 dalam keluarga
seorang petani di desa Linda, daerah Saksen, Jerman. Gottlob hidup
dalam keluarga Kristen yang saleh dimana ayahnya sering menyanyikan
lagu-lagu rohani dan membacakan buku-buku Kristen setiap malam.
Saat berumur 20 tahun, Gottlob Bruckner meninggalkan rumah orang
tuanya dan pergi ke kota Berlin. Pesan ayahnya sebelum dia
berangkat: "Ingatlah ini: Yesus Kristus, telah bangkit dari antara
orang mati!" Gottlob Bruckner mengenali perkataan ayahnya itu
sebagai kutipan ayat dari Kitab Perjanjian Baru. Ia pun menyadari
bahwa isi Firman Allah itu sangat penting bagi ayahnya.
Saat di kota, dia sempat bergaul dengan para pemuda yang menyebabkan
dia meragukan kebenaran isi Alkitab, "Sungguh pentingkah kitab kuno
itu untuk kaum muda yang hidup berabad-abad kemudian?" Namun Gottlob
juga berkenalan dengan seorang gembala sidang di kota Berlin.
Khotbah-khotbah pendeta itu menyebabkan dia banyak berpikir dan
banyak berdoa. Untuk pertama kalinya dia berkeputusan untuk menerima
Tuhan Yesus Kristus atas keputusannya sendiri, dan bukan karena ia
ikut-ikutan kepercayaan orang tuanya.
Selama satu setengah tahun Gottlob Bruckner berguru kepada pendeta
di Berlin yang juga menyelenggarakan kursus ketrampilan untuk calon
penginjil. Kemudian ia dikirim ke Belanda untuk meneruskan
pendidikan teologinya. Mengikuti kuliah dalam bahasa Belanda
bukanlah hal yang mudah bagi Gottlob. Namun karena kegigihannya, dia
tetap berkuliah selama tiga tahun.
Pada tahun 1811, suatu badan zending umat Kristen di Belanda sudah
siap mengirim Gottlob dan dua kawan seangkatannya sebagai utusan
Injil. Namun rencana itu gagal karena Belanda menjadi jajahan
Perancis dan kapal-kapalnya tidak diijinkan berlayar.
Mula-mula badan zending di Belanda mengirim Gottlob dan kedua
kawannya ke Jerman selama satu tahun, untuk melanjutkan kuliah. Lalu
mereka menyamar menjadi rakyat biasa agar dapat melintasi tapal
batas dari Jerman ke Denmark, lalu dari Denmark ke Swedia, kemudian
dari Swedia ke Inggris. Setelah satu tahun kuliah di sebuah seminari
teologia di Inggris, ia ditahbiskan serta dilantik menjadi utusan
Injil. Nah, masih ada persoalan: Ke mana ia akan diutus? Tepat pada
tanggal 1 Januari 1814, ia berangkat menuju tempat pelayanannya
sebagai utusan Injil. Kapal yang ditumpanginya itu mendarat di
Afrika Selatan. Pdt. Bruckner dan kedua kawannya itu giat berkhotbah
sampai ada kapal lain yang siap mengantar mereka ke kepulauan
Indonesia. Setibanya di ibu kota Jakarta, mereka disambut oleh
Gubernur Raffles. Lalu Pdt. Bruckner melanjutkan perjalanannya ke
Semarang dimana dia menjadi gembala sidang di sebuah gedung gereja
besar yang didirikan oleh orang Belanda. Kebanyakan anggota gereja
itu orang Belanda atau orang Indo. Di sini Gottlob menikah dengan
putri seorang pendeta Belanda.
Saat bepergian ke Surakarta dan Yogyakarta, Pdt. Bruckner bertemu
dengan Pdt. Thomas Trowt dan istrinya yang tekun dalam mempelajari
bahasa Jawa. Tetapi enam bulan kemudian, Tom Trowt meninggal dunia
dan Bruckner ditunjuk sebagai penggantinya. Sebelum meninggal, Tom
Trowt telah mulai menyiapkan suatu kamus bahasa Jawa dan juga telah
mulai menerjemahkan Kitab Perjanjian Baru ke dalam bahasa Jawa.
Bruckner bersedia meneruskan tugasnya. Bahasa Jawa ternyata jauh
lebih sulit daripada bahasa Jerman, bahasa Belanda, bahasa Inggris,
atau pun bahasa Melayu. Dengan menyadari pentingnya isi Alkitab
yang tertulis dalam bahasa Jawa untuk disampaikan kepada suku Jawa,
Bruckner dengan gigih melanjutkan tugas terjemahannya. Tahun 1819 ia
sudah menyelesaikan keempat Kitab Injil. Tahun 1820 ia sudah
mengerjakan seluruh Perjanjian Baru. Tahun 1823 ia sudah memperbaiki
naskah-naskahnya dan siap untuk dicetak. Tetapi bagaimanakah Kitab
Perjanjian Baru dalam bahasa Jawa itu dapat dicetak? Meskipun mesin
cetak sudah dikirimkan dari Inggris, Alkitab itu belum bisa dicetak
karena aksara-aksara Jawa berbeda dari huruf-huruf semua bahasa
lainnya di seluruh permukaan bumi.
Suatu hari Bruckner menerima sepucuk surat dari Dr. Carey di India
yang mengundang Bruckner ke India dengan membawa naskah-naskah
terjemahan Kitab Perjanjian Baru dalam bahasa Jawa. Tahun 1828,
Bruckner berlayar ke India. Setibanya di India, mula-mula ia harus
mengajar para tukang cetak yang bekerja di bawah pengawasan William
Carey, tentang bagaimana caranya mengukir bentuk-bentuk yang
menyerupai huruf-huruf bahasa Jawa. Lalu ia sendiri harus menguji
coba setiap halaman yang mereka cetak. Setelah tiga tahun, tugas
besar itu akhirnya selesai dikerjakan. Pdt. Bruckner berlayar lagi
menuju Indonesia dengan membawa 2000 Kitab Perjanjian Baru dalam
bahasa Jawa, 20.000 surat selebaran dalam bahasa Jawa, bungkusan-
bungkusan kertas, dan seperangkat aksara bahasa Jawa untuk
dicocokkan pada mesin cetak guna membuat cetakan-cetakan ulang. Lima
hari pertama setelah ia tiba di Semarang, sebanyak 7000 surat
selebaran dalam bahasa Jawa dibagi-bagikan kepada rakyat.
Pemerintah Belanda tidak menyetujui tindakan Bruckner sehingga
mereka menyita sisa surat-surat selebaran itu dan hampir semua Kitab
Perjanjian Baru dalam bahasa Jawa.
Namun Pdt. Bruckner tetap gigih dan terus mencari akal. Diam-diam ia
mencetak lagi surat-surat selebaran, dengan bungkusan-bungkusan
kertas dan aksara-aksara bahasa Jawa yang masih dimilikinya.
Sedikit demi sedikit ia mengedarkannya di antara orang-orang Jawa.
Maka Kabar Baik dalam bahasa Jawa itu tetap tersebar luas. Bruckner
juga mengirimkan Kitab Perjanjian Baru Bahasa Jawa kepada raja
Belanda, dan raja Prusia (yaitu sebagian dari negeri Jerman). Raja
Prusia mengiriminya sebuah medali emas sebagai tanda kehormatan.
Sedangkan Raja Belanda mempengaruhi para pemerintah Belanda sehingga
mereka mengubah kebijaksanaan tentang kebebasan beragama di pulau
Jawa.
Namun sedikit sekali orang-orang Jawa yang percaya kepada Tuhan
Yesus. Badan zending umat Baptis di negeri Inggris sering mendesak
Pdt. Bruckner supaya mundur, lalu pindah ke benua India. Tetapi
Gottlob Bruckner adalah seorang yang paling gigih. Ia masih tetap
percaya bahwa benih Injil yang ditaburkannya itu akhirnya juga akan
berbuah.
Memang betul, ada panen rohani yang mulai bertunas semasa hidup
Gottlob Bruckner. Anehnya, hasil pertama itu dituai bukan di
Semarang atau pun di daerah sekitarnya, melainkan di Jawa Timur.
Menjelang umurnya yang keenam puluh tahun, Pdt. Bruckner berlayar
menelusuri pantai utara pulau Jawa sampai ke Surabaya. Di kota ini
ia berkenalan dengan beberapa orang Jawa yang telah percaya kepada
Tuhan Yesus. Ketika ia masuk ke pedalaman, ia pun menemukan lebih
banyak lagi petobat baru. Betapa bahagianya hari-hari yang
dihabiskan oleh Pdt. Bruckner dalam bersekutu dengan umat Kristen di
desa itu! Betapa senangnya dia oleh karena kegigihnya yang pantang
mundur dalam menaburkan benih Injil, berbentuk Firman Tuhan yang
tertulis dalam bahasa Jawa, orang-orang Jawa bisa diselamatkan!
Pdt. Bruckner meninggal pada tahun 1875. Pengganti-pengganti Pdt.
Bruckner menemukan suatu ladang penginjilan yang sudah dibajak,
siap untuk usaha penaburan mereka. Mereka menemukan Kitab perjanjian
Baru yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa. Mereka menemukan
surat-surat selebaran, dan lagu-lagu rohani, dan kamus serta daftar
kosa kata yang sangat berfaedah, agar dengan lebih mudah mereka
dapat mulai menyampaikan Kabar Injil di antara suku Jawa.
Pada abad yang kedua puluh ini, sudah ada ribuan, bahkan ratusan
ribu orang Jawa yang telah menjadi pengikut Tuhan Yesus. Namun
gerakan Kristen yang besar itu mungkin sekali tidak pernah akan
terjadi, seandainya hampir dua abad yang lalu tidak ada seorang
penerjemah Perjanjian Baru yang sangat gigih.
Diringkas dari sumber:
Judul Buku | : | Alkitab di Seluruh Dunia: 48 Kisah Nyata (Stories of the Book of Books) |
Judul Artikel | : | Penerjemah Perjanjian Baru yang Paling Gigih (Indonesia, 1814 - 1857) |
Penulis | : | Grace W. McGavran |
Penerbit | : | Lembaga Literatur Baptis |
Halaman | : | 23 - 31 |
CD-SABDA | : | Topik 18716 |
URL | : | Situs e-MISI |
| | ==> http://www.sabda.org/misi/ |
| | ==> http://www.sabda.org/misi/cerita_isi.php?id=17 |
[Catatan Redaksi: Jika Anda ingin mendapatkan informasi lebih
banyak tentang sejarah penerjemahan Alkitab di Indonesia, Anda
bisa berkunjung ke situs Sejarah Alkitab Indonesia di alamat:
==> http://www.sabda.org/sejarah/
Selain itu, bila Anda tertarik untuk mengetahui kisah-kisah menarik
tentang proses penerjemahan Alkitab di berbagai negara, Anda bisa
membacanya melalui buku "Alkitab di Seluruh Dunia: 48 Kisah Nyata"
tulisan dari Grace W. McGavran. Anda juga bisa mengaksesnya melalui
situs e-MISI di alamat:
==> http://www.sabda.org/misi/cerita.php ]
e-JEMMi 24/2003