PENGUTUSAN (2)
"... Kamu akan Kujadikan penjala manusia." (Matius 4:19)
INJIL AKAN MEMISAHKAN
Sesungguhnya, peringatan Yesus tentang Injil yang bersifat
menentukan itu sangatlah penting. Tidak ada kompromi dengan dosa;
jika seseorang masih senang dengan perbuatannya yang keji, ia pasti
terganggu oleh pemberitaan tersebut. Mereka bukanlah utusan-utusan
yang membiarkan kepuasan diri yang demikian. Bahkan Yesus berkata,
"Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas
bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai melainkan pedang. Sebab
Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari
ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang ialah
orang-orang seisi rumahnya. Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya
lebih daripada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku. Barangsiapa tidak memikul
salibnya dan mengikuti Aku, ia tidak layak bagi-Ku" (Mat. 10:34-38).
Apabila pada mulanya para murid menyangka bahwa tugas mereka mudah,
sekarang pikiran semacam itu pasti lenyap. Mereka akan memberitakan
suatu Injil revolusioner yang apabila ditaati, akan mengakibatkan
suatu perubahan yang revolusioner pula dalam masyarakat.
SATU DENGAN KRISTUS
Dalam segala perintah-Nya, Yesus seolah-olah menjelaskan bahwa dalam
segala prinsip atau pun metode, tugas murid-murid-Nya tidak berbeda
dengan tugas-Nya. Ia mulai dengan memberi hak dan kuasa kepada
mereka untuk mengerjakan tugas itu (Mat. 10:1; Mrk. 6:7; Luk. 9:1),
dan Ia mengakhirinya dengan meyakinkan bahwa apa yang mereka
kerjakan itu adalah mewakili pekerjaan-Nya. "Barangsiapa menyambut
kamu, Ia menyambut Aku, dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut
Dia yang mengutus Aku (Mat. 10:40; bandingkan dengan Yoh. 13:20).
Camkanlah persamaan ini! Murid-murid dipersiapkan untuk menjadi
wakil Kristus yang sesungguhnya dalam menjalankan tugas mereka.
Persekutuan ini begitu jelas sehingga barangsiapa memberi air sejuk
secangkir saja kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia
pengikut Yesus, sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upah
daripadanya (Mat. 10:42).
BERDUA-DUA
Itulah perintah-perintah Yesus kepada para murid-Nya. Tetapi,
sebelum mereka pergi, Ia terlebih dahulu mengutus mereka berdua-dua
(Mrk. 6:7). Tidak dapat disangkal bahwa rencana ini dimaksudkan
untuk mempererat hubungan persaudaraan antar murid-murid-Nya,
sesuatu yang dibutuhkan dalam tugas ini karena mereka akan harus
saling membantu. Dalam menghadapi kesukaran yang tidak selalu dapat
dihindarkan, mereka masih dapat saling menghibur. Ini menunjukkan
perhatian Tuhan Yesus secara khusus terhadap persekutuan.
"Lalu pergilah mereka dan mereka mengelilingi segala desa sambil
memberitakan Injil dan menyembuhkan orang sakit di segala tempat"
(Luk. 9:6; bandingkan dengan Mrk. 6:12). Dari kelompok kecil inilah,
murid-murid akhirnya memulai pelayanan mereka sendiri.
Bagi Yesus tentu saja hal itu tidak menjadi alasan untuk tidak
bekerja lagi. Ia tidak pernah menyuruh seseorang untuk mengerjakan
sesuatu yang Ia sendiri tidak ingin mengerjakan-Nya. Demikianlah,
setelah murid-murid-Nya pergi, Sang Guru pun "pergi dari sana untuk
mengajar dan memberitakan Injil di dalam kota-kota mereka"
(Mat. 11:1).
Kegiatan pergi berpasangan kelihatannya menjadi cara yang sering
dicatat di dalam Kitab-Kitab Injil. Misalnya, dua orang murid
disuruh mencari keledai muda yang akan dipakai oleh Tuhan Yesus
untuk memasuki Yerusalem (Luk. 19:29). Petrus dan Yohanes bersama-
sama disuruh mempersiapkan perjamuan Paskah (Luk. 22:8). Mungkin
Yakobus dan Yohanes bersama-sama mengadakan perjalanan sebelum Tuhan
Yesus memasuki Samaria karena mereka berdualah yang amat marah
dengan penyambutan terhadap kedatangan mereka itu (Luk. 9:52,54).
James I. Vancer di dalam buku kecilnya, "The College of Apostles",
New York, Fleming H. Revell, 1896, bahkan mencoba menggambarkan
semua rasul menjadi enam kelompok yang masing-masing terdiri dari
dua orang. Yesus bermaksud untuk memperkecil kesalahan-kesalahan
mereka sekaligus agar mereka dapat saling melengkapi. Pengelompokan
ini mempersatukan Petrus yang radikal dengan Andreas yang kuno;
Yakobus yang lebih tua dengan Yohanes yang masih muda; Filipus yang
bijaksana dengan Bartolomeus yang cerdik; Tomas yang selalu bimbang
dengan Matius yang berkeyakinan teguh; Yakobus anak Alfeus yang
selalu cemerlang dalam melakukan tugasnya dengan Tadeus yang
cemerlang dalam memegang asas; dan Simon orang Zelot dengan Yudas si
pengkhianat. Dugaan ini didukung oleh daftar para rasul yang
tertulis dalam Matius 10:2-4 (Latham, Pastor Pastorum, Cambridge,
Deighton Bell and Co., 1910, hal. 192). Bagaimanapun juga, secara
terus terus terang, saya kira kita harus menyadari bahwa
pengelompokan ini kebanyakan bertolak dari sebuah hipotesa (dugaan).
Walaupun demikian, dengan jelas Kisah Para Rasul menyebut kepergian
para rasul dan para penginjil dari gereja itu dilakukan dalam
kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih.
PENGUTUSAN TERHADAP KETUJUH PULUH MURID
Beberapa bulan kemudian, tujuh puluh murid yang lain juga diutus
secara berdua-dua untuk bersaksi bagi Tuhan (Luk. 10:1). Tidak
dijelaskan siapa murid-murid yang lain ini, tetapi ada tanda-tanda
yang menyatakan bahwa di antara mereka juga termasuk kedua belas
murid yang pertama. Jumlah rombongan ini juga menunjukkan hasil dari
pekerjaan kedua belas murid dalam bersaksi bagi Kristus.
Tugas-tugas rombongan yang lebih besar ini banyak yang serupa dengan
apa yang sebelumnya sudah diberikan kepada kedua belas murid (Luk.
10:2-16). Hanya saja, ada suatu tambahan dalam menjalankan tugas
baru ini, yaitu agar mereka pergi mendahului Yesus "ke setiap kota
dan tempat, yang hendak dikunjungi-Nya" (Luk. 10:1). Artinya, murid-
murid ini menjadi utusan-utusan bagi Tuhan untuk mempersiapkan
segala sesuatu bagi pelayanan-Nya. Pesan khusus ini dijelaskan
kepada mereka beberapa minggu sebelumnya, sementara mereka menuju ke
Samaria (Luk. 9:52). Jadi, sebenarnya tugas itu bukanlah sesuatu
yang tidak mereka ketahui sebelumnya. Hal ini semata-mata hendak
menunjukkan kembali bahwa mereka semua harus mempraktikkan strategi
penginjilan yang telah mereka pelajari dari Tuhannya.
AMANAT-AMANAT SETELAH KEBANGKITAN
Yesus telah mengulangi prinsip penginjilan kepada murid-murid-Nya
sebelum Ia naik ke surga. Sedikitnya dalam empat pertemuan dengan
murid-murid-Nya, Ia menyuruh supaya mereka ke luar dan melakukan
pekerjaan-Nya. Pertama kali hal itu diucapkan Yesus kepada murid-
murid-Nya, kecuali Tomas, pada malam pertama ketika mereka berkumpul
di ruang atas. Setelah Yesus menunjukkan luka pada tangan dan kaki-
Nya, murid-murid-Nya terkejut (Luk. 24:38-40), dan Ia makan bersama-
sama dengan mereka (Luk. 24:41-43). Lalu Ia berkata, "Damai
sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga
sekarang Aku mengutus kamu" (Yoh. 20:21). Kemudian Yesus kembali
mengingatkan mereka akan janji-Nya bahwa Roh Kudus akan menyertai
mereka dalam pelayanan mereka.
Kemudian, setelah Yesus makan pagi dengan murid-murid-Nya di pantai
Danau Tiberias, tiga kali Ia menyuruh Petrus untuk menggembalakan
domba-domba-Nya (Yoh. 21:15-17). Teguran ini diberikan kepada
nelayan besar itu sebagai bukti kasihnya kepada Tuhan Yesus.
Di atas sebuah bukit di Galilea Yesus kembali menyampaikan amanat
agung-Nya, bukan hanya kepada kesebelas murid-Nya (Mat. 28:16),
tetapi juga kepada seluruh jemaat yang pada waktu itu berjumlah lima
ratus orang (1Kor. 15:6). Itulah suatu proklamasi yang jelas
mengenai strategi-Nya untuk memenangkan dunia. "Kepada-Ku telah
diberikan segala kuasa di surga dan di bumi. Karena itu pergilah,
jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama
Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala
sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku
menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman" (Mat. 28:18-20;
Mrk. 16:15-18).
Akhirnya, sebelum Ia naik ke surga, Yesus kembali mengulangi segala
sesuatu yang harus dilakukan murid-murid-Nya. Ia menjelaskan kepada
mereka segala sesuatu yang harus digenapi ketika Ia masih bersama-
sama dengan mereka (Luk. 24:44-45). Dengan demikian, penderitaan-
Nya, kematian-Nya, dan kebangkitan-Nya dari antara orang mati pada
hari yang ketiga itu sesuai dengan apa yang telah direncanakan (Luk.
24:46). Selanjutnya, Yesus menegaskan kepada murid-murid-Nya bahwa
"dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus
disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem" (Luk.
24:47). Untuk melaksanakan tujuan ilahi ini, murid-murid harus
melakukan hal yang sama seperti yang telah dilakukan Guru mereka.
Mereka harus bertindak sebagai alat untuk memberitakan Injil, dan
Roh Kudus akan memberi mereka kuasa untuk melaksanakan tugas mereka.
"Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas
kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh
Yudea dan Samaria sampai ke ujung bumi" (Kisah. 1:8; bandingkan
dengan Luk. 24:48-49).
PRINSIP-NYA TELAH JELAS
Amatlah jelas bahwa Yesus tidak membiarkan pemberitaan Injil ini
dijalankan menurut gagasan dan perasaan manusia. Bagi murid-murid-
Nya, panggilan itu pada mulanya hanya merupakan kesan. Namun,
pengertian mereka menjadi lebih terang sewaktu mereka mengikuti
Tuhan Yesus sampai akhirnya perintah itu disampaikan dalam bentuk
amanat yang tegas sehingga mereka tidak mungkin salah mengerti lagi.
Tidak seorang pun dari pengikut Yesus dapat melepaskan diri dari
amanat-Nya itu. Hal ini berlaku pada waktu itu, dan tetap berlaku
sampai pada hari ini juga.
Murid-murid Kristen adalah utusan-utusan untuk memberitakan Injil
kepada dunia ini. Pengutusan ini sama seperti pengutusan terhadap
diri Tuhan Yesus ke dalam dunia untuk menyerahkan nyawa-Nya.
Penginjilan bukan semata-mata suatu tugas tambahan yang baik dalam
kehidupan kita, tetapi sesuatu yang harus dijiwai dalam seluruh
hidup dan pekerjaan kita. Hanya amanat yang telah diberikan kepada
gereja inilah yang dapat memberi arti kepada segala sesuatu yang
dilaksanakan atas nama Kristus. Dengan memusatkan pemberitaan Injil
itu kepada suatu sasaran yang jelas, maka semua yang dikerjakan dan
dikatakan itu akan memenuhi tujuan penebusan Allah. Lembaga-lembaga
pendidikan, acara-acara sosial, rumah-rumah sakit, pertemuan-
pertemuan gereja dalam segala bentuk -- segala sesuatu yang
dikerjakan atas nama Kristus -- itu hanya akan dapat dibenarkan bila
merupakan pelaksanaan Amanat Agung ini.
PENERAPAN PRINSIP-NYA DEWASA INI
Tidaklah cukup menjadikan prinsip ini hanya sebagai cita-cita saja,
tapi ini harus dilaksanakan oleh mereka yang sedang mengikuti sang
Juruselamat itu. Jalan terbaik untuk memastikan dilaksanakannya hal
itu ialah dengan melatih dan menyuruh orang-orang mengerjakannya.
Dengan demikian, mereka akan mulai bekerja, dan kalau mereka telah
melihat pekerjaan itu juga dikerjakan dalam kehidupan gurunya, tidak
ada alasan bagi mereka untuk menunda tugas yang diserahkan kepada
mereka. Apabila gereja sungguh-sungguh memerhatikan pelajaran ini
dan mulai menginjili, tentu mereka yang duduk-duduk di bangku gereja
juga akan mulai bergerak keluar bagi Tuhan.
Namun demikian, seseorang yang sudah mulai mengerjakan tugas ini
belum tentu akan meneruskannya. Sekalipun sudah dimulai, mereka
masih perlu didorong terus ke arah yang benar. Tentu saja ketika
Yesus mulai memberikan tugas-tugas kepada murid-murid-Nya, bukan
berarti mereka telah tamat dari sekolah latihan-Nya. Banyak hal yang
masih harus mereka pelajari sebelum dapat dianggap siap untuk
menyelesaikan pelajaran mereka. Sebelum saat itu tiba, Ia tidak
ingin melepaskan mereka dari pengawasan-Nya secara pribadi.
Perhatian-Nya dalam hal ini begitu jelas dan metode-Nya berkenaan
dengan hal ini begitu nyata sehingga pengawasan dapat dianggap
sebagai suatu langkah lain dalam rencana Yesus.
Bahan diambil dan diedit dari sumber:
Judul Buku | : | Rencana Agung Penginjilan |
Judul Artikel | : | Pengutusan |
Penulis | : | Robert E. Coleman |
Penerbit | : | Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 1993 |
Halaman | : | 62 - 67 |
Buku online:
==> e-JEMMi 15/2006