PENGUTUSAN (1)
"... kamu akan Kujadikan penjala manusia" (Matius 4:19).
YESUS MEMBERI TUGAS
Yesus senantiasa melatih murid-murid-Nya agar pada suatu ketika
mereka dapat mengambil alih pekerjaan-Nya, untuk memberitakan Injil
keselamatan kepada dunia. Rencana ini makin hari makin nampak jelas
sementara mereka mengikut Dia.
Kesabaran Yesus dalam mengembangkan dan melatih murid-murid-Nya
menunjukkan bahwa Ia sangat memperhatikan kemajuan mereka. Ia tidak
pernah terburu-buru dalam memerintahkan sesuatu. Pertama-tama, Ia
memanggil murid-murid untuk mengikut Dia. Pada waktu itu Ia tidak
segera membicarakan tugas mereka untuk menginjili dunia ini,
walaupun itulah rencana-Nya sejak semula. Ia mengikutsertakan murid-
murid-Nya dan menunjukkan bagaimana Ia bekerja sebelum akhirnya
menyuruh mereka mengerjakan sendiri.
Di pihak lain, Yesus tidak memadamkan reaksi spontan mereka untuk
menyaksikan iman mereka. Bahkan sebenarnya Ia merasa senang karena
mereka ingin membawa orang-orang lain untuk menyaksikan apa yang
telah mereka temukan. Andreas membawa Petrus, Filipus mendapatkan
Natanael; Matius mengundang teman-temannya makan di rumahnya; Yesus
pun menyambut gembira perkenalan dengan anggota-anggota baru ini.
Perlu diperhatikan juga bahwa dalam beberapa peristiwa, secara
khusus Yesus meminta orang-orang yang telah ditolong-Nya supaya
bersaksi kepada orang-orang lain.
Ia juga memakai murid-murid-Nya dengan cara-cara lain untuk membantu
pekerjaan-Nya, misalnya mencari makanan dan mengatur tempat tinggal
bagi rombongan yang mengikut Dia. Ia juga membiarkan mereka
membaptis orang-orang yang digerakkan oleh pemberitaan-Nya (Yoh.
4:2). Tetapi yang sangat mengherankan ialah bahwa selain membaptis,
murid-murid-Nya tidak berbuat banyak selama setahun atau lebih.
Mereka hanya melihat Yesus bekerja. Ia mengarahkan tujuan-Nya
melalui tindakan yang Ia lakukan. Dalam panggilan-Nya yang kedua
kepada keempat nelayan itu, Ia memperingatkan mereka untuk mengikuti
Dia sebagai "penjala-penjala manusia" (Mat. 4:19; Mar. 1:17; Luk.
5:10). Tetapi kelihatannya mereka tidak berbuat banyak untuk
memenuhi tugas itu. Sekalipun beberapa bulan kemudian mereka telah
ditetapkan secara resmi untuk menyertai pelayanan-Nya (Mar. 3:14-19;
Luk. 6:13-16), namun mereka belum juga menunjukkan bukti bahwa
mereka dapat mengerjakan tugas penginjilan itu sendiri. Pengamatan
ini hendaknya membuat kita lebih sabar terhadap petobat-petobat baru
yang mengikuti kita.
Tidak dapat tidak, di sini saya harus mengemukakan bahwa murid-murid
Yesus diberi hak untuk membaptis sebelum diizinkan untuk berkhotbah.
Bila dihubungkan dengan peraturan gereja, hal ini menunjukkan bahwa
pelayanan firman lebih penting serta penuh dengan bahaya dan hak-hak
istimewa daripada pelayanan sakramen termasuk baptisan. Setiap orang
yang dipercaya sebagai pelayan firman mempunyai tanggung jawab yang
jauh lebih besar daripada pelayan baptisan. Dengan demikian,
tanggung jawab sebagai pelayan firman juga meliputi tanggung jawab
sebagai pelayan baptisan. Penerapan kebijaksanaan ini, bagaimanapun
juga, akan menimbulkan beberapa persoalan yang sukar dipecahkan
dalam banyak jemaat dari gereja modern.
PENGUTUSAN PERTAMA TERHADAP KEDUA BELAS MURID
Ketika memulai perjalanan-Nya yang ketiga di Galilea (Mat. 9:35;
Mar. 6:6), Yesus merasa bahwa sudah tiba waktunya bagi murid-murid-
Nya untuk ikut serta dalam pekerjaan-Nya secara langsung. Mereka
sudah menyaksikan cukup banyak untuk dapat mulai bekerja sendiri.
Yang mereka butuhkan sekarang ialah, mempraktikkan apa yang telah
mereka lihat. Sang Guru memanggil kedua belas murid-Nya dan mengutus
mereka (Mat. 10:5; Mar. 6:7; Luk. 9:1-2). Sama seperti seekor induk
rajawali mengajar anak-anaknya untuk terbang dengan mengusir mereka
keluar dari sarangnya, demikian pula Yesus mendorong murid-murid-Nya
ke dalam dunia ini untuk berdikari.
MEMBERI PETUNJUK-PETUNJUK KERJA
Sebelum melepas mereka, Yesus memberi pengarahan kepada mereka. Apa
yang Ia katakan itu menjadi penting sekali bagi penyelidikan kita
sebab pada saat itu Ia menguraikan dengan tegas inti dari segala
pengajaran-Nya kepada mereka.
Pertama-tama, Ia kembali menegaskan tujuan-Nya bagi hidup mereka. Ia
mengutus mereka untuk "memberitakan Kerajaan Allah dan untuk
menyembuhkan orang" (Luk. 9:1-2; bandingkan dengan Mat. 10:1; Mar.
6:7). Penugasan ini berguna untuk lebih menjelaskan tugas-tugas
mereka meskipun tidak ada hal yang baru di dalamnya. Bagaimanapun
juga, Tuhan Yesus menekankan kepada mereka pentingnya tugas untuk
memberitakan bahwa "Kerajaan Surga sudah dekat" (Mat. 10:7). Perlu
dijelaskan pula bahwa ruang lingkup mereka bukan hanya penyembuhan,
tetapi juga "membangkitkan orang mati, menahirkan orang kusta,
mengusir setan-setan" (Mat. 10:8).
Yesus tidak berhenti sampai di sini saja. Ia memberitahu mereka
siapa saja yang harus dikunjungi lebih dahulu. "Janganlah kamu
menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang
Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat
Israel" (Mat. 10:5-6). Sepertinya Yesus memerintahkan murid-murid-
Nya untuk pergi hanya kepada setiap orang yang telah siap untuk
menerima berita yang mereka bawa. Itulah cara Yesus memulai
pelayanan-Nya, walaupun setelah itu Ia tidak lagi membatasi diri-
Nya. Karena latar belakang budaya dan agama yang serupa, wajarlah
bila murid-murid memulai pelayanan mereka kepada orang-orang Yahudi.
Yang sangat menarik ialah bahwa beberapa bulan kemudian, ketika
mengutus ketujuh puluh murid yang lain, Yesus tidak mengulangi
penugasan ini lagi. Mungkin Ia ingin menunjukkan bahwa sudah tiba
waktunya bagi mereka untuk memberitakan Kristus kepada orang lain
yang ada di luar daerah mereka.
Mengenai kebutuhan jasmani, mereka harus bersandar kepada Allah
untuk mencukupi mereka. Mereka diminta untuk melayani dengan cuma-
cuma karena mereka juga sudah menerima dengan cuma-cuma dari Tuhan
(Mat. 10:8). Itulah sebabnya Yesus berpesan kepada mereka supaya
jangan membawa uang, baju, ataupun makanan (Mat. 10:9-10; Mar. 6:8-
9; Luk. 9:3). Kalau mereka setia kepada Allah, maka Allah akan
memenuhi kebutuhan mereka. "Sebab seorang pekerja patut mendapat
upahnya" (Mat. 10:10).
MENCONTOH METODE-NYA
Rencana Yesus yang lebih khusus lagi bagi murid-murid-Nya ialah
mencari orang yang paling layak di setiap kota yang mereka kunjungi
dan tinggal dengan dia selama mereka memberitakan Injil di daerah
itu. "Apabila kamu masuk kota atau desa, carilah di situ seorang
yang layak dan tinggallah padanya sampai kamu berangkat" (Mat.
10:11; bandingkan dengan Mar. 6:10; Luk. 9:4). Dengan kata lain,
murid-murid diperintahkan untuk memusatkan waktu dan perhatian
mereka pada pribadi-pribadi yang paling cocok untuk melanjutkan
pekerjaan-Nya setelah mereka pergi. Bayangan akan calon-calon ini
sudah harus ada sebelum pemberitaan Injil diadakan di tempat itu.
Sebelum hal ini terlaksana, tidak ada gunanya memulai sesuatu di
kota itu. Apabila mereka tidak dapat menemukan orang yang layak itu,
mereka diharuskan mengebaskan debu dari kaki mereka sebagai
kesaksian atas penolakan itu. "Sesungguhnya pada hari penghakiman
tanah Sodom dan Gomora akan lebih ringan tanggungannya daripada kota
itu" (Mat. 10:14-15; bandingkan dengan Mar. 6:11; Luk. 9:5). Prinsip
ini tidak dapat diabaikan. Yesus telah berpegang pada prinsip itu
selama Ia bersama murid-murid-Nya, dan Ia menghendaki agar mereka
juga melakukan prinsip yang sama. Seluruh rencana pemberitaan Injil-
Nya dilandaskan atas prinsip itu. Jadi, setiap tempat yang tidak mau
menerima prinsip itu telah mendatangkan penghukuman atas diri mereka
sendiri.
KESULITAN PASTI AKAN DIALAMI
Yesus memperingatkan bahwa tidak semua orang mau menerima Injil, dan
bahwa kenyataan itu akan mengakibatkan murid-murid-Nya diperlakukan
dengan tidak baik. "Tetapi waspadalah terhadap semua orang; karena
ada yang akan menyerahkan kamu kepada majelis agama dan mereka akan
menyesah kamu di rumah ibadatnya. Dan karena Aku, kamu akan digiring
ke muka penguasa-penguasa dan raja-raja sebagai suatu kesaksian bagi
mereka dan bagi orang-orang yang tidak mengenal Allah" (Mat. 10:17-
18). Hal ini wajar karena "seorang murid tidak lebih daripada
gurunya, atau seorang hamba daripada tuannya" (Mat. 10:24). Para
pemimpin agama telah menyebut Yesus sebagai Beelzebul. Tentu saja
seisi rumah Yesus pun akan menerima cacian yang sama (Mat. 10:25).
Ia juga menunjukkan bahwa cara-Nya itu bertentangan dengan cara
duniawi. Karena itu, mereka akan dibenci oleh semua orang (Mat.
10:22-23).
Namun demikian, Yesus menyatakan kepada mereka agar tidak takut.
Allah tidak akan meninggalkan mereka. Walaupun kesaksian mereka akan
membahayakan jiwa-jiwa mereka sendiri, Roh Kudus akan menolong
mereka menghadapi segala sesuatu (Mat. 10:19-20). Apa pun yang akan
terjadi atas diri mereka, Yesus menjamin bahwa setiap orang yang
mengakui Dia di depan manusia, tidak akan dilupakan di hadirat Bapa-
Nya di surga (Mat. 10:32).
Yang sangat mengesankan kita ialah cara Yesus yang selalu berterus
terang kepada murid-murid-Nya mengenai kekuatan musuh-musuh dan
lazimnya penolakan manusia terhadap Injil Keselamatan. Mereka tidak
perlu mencari-cari kesukaran. Peringatan agar mereka "cerdik seperti
ular dan tulus seperti merpati" (Mat. 10:16), menekankan perlunya
sopan-santun dan kebijaksanaan. Namun, sekalipun mereka sudah
berjaga-jaga, kenyataan tetap menunjukkan bahwa dunia tidak akan
dapat menerima murid-murid-Nya selama mereka memberitakan Injil
dengan setia. Mereka diutus "seperti domba ke tengah-tengah
serigala" (Mat. 10:16).
Bahan diambil dan diedit dari sumber:
Judul Buku | : | Rencana Agung Penginjilan |
Judul Artikel | : | Pengutusan |
Penulis | : | Robert E. Coleman |
Penerbit | : | Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 1993 |
Halaman | : | 58 - 62 |
Buku online:
==> e-JEMMi 14/2006