MENGAPA ORANG KRISTEN HARUS MELAYANI?
Menjadi pelayan bukanlah pekerjaan yang paling digemari di dunia.
Ada yang melakukannya karena terpaksa, karena hanya itulah yang
dapat mereka lakukan. Ada yang melakukannya sebagai suatu profesi
sehingga mereka menjadi ahli dalam melayani, seperti halnya di
Inggris. Tetapi pada umumnya orang dari kebudayaan mana pun, tidak
suka melayani orang lain. Namun orang-orang Kristen dipanggil untuk
melayani.
Ada tiga alasan yang dikemukakan dalam Alkitab. ALASAN PERTAMA kita
dipanggil untuk melayani ialah karena kita diciptakan agar dapat
mengatur hidup kita untuk kemuliaan Tuhan, "Bawalah anak-anak-Ku
laki-laki dari jauh, dan anak-anak-Ku perempuan dari ujung-ujung
bumi, semua orang yang disebutkan dengan nama-Ku yang Kuciptakan
untuk kemuliaan-Ku" (Yesaya 43:6,7). Jika Allah menciptakan kita
untuk kemuliaan-Nya, maka Dia mempunyai hak utama atas hidup kita.
Apa pun yang dikatakan orang lain agar kita lakukan dalam hidup
kita, memuliakan Allah adalah hal yang paling penting bagi seorang
Kristen.
Banyak di antara kita mempunyai macam-macam rencana mengenai apa
yang akan kita lakukan bagi Tuhan, dan bagaimana kita akan
memuliakan Dia. Rencana yang baik ini sering terbengkalai dan kita
menjadi kecewa. Mengapa? Karena kita tidak menyadari bahwa Tuhan
lebih memperhatikan bagaimana kita akan memuliakan Dia dalam
kehidupan kita daripada apa yang dapat kita kerjakan.
ALASAN KEDUA kita dipanggil untuk melayani ialah karena Yesus
Kristus telah memilih untuk diri-Nya sendiri peran sebagai pelayan,
dan Ia memanggil kita untuk menjadi seperti Dia. Pada mulanya kita
diciptakan serupa dengan Dia, tetapi dosa telah mencemarkan
keserupaan itu. Dalam penyelamatan yang disediakan-Nya Allah membawa
kita kembali kepada rencana-Nya yang semula untuk membuat kita
menjadi seperti Kristus, termasuk menjadi seperti Dia dalam
pelayanan kita.
Orang-orang Kristen suka berangan-angan untuk makin menjadi seperti
Kristus. Memang benar, siapakah yang telah menjalani hidup yang
lebih mulia daripada Dia? Kita sering bernyanyi "Ku Mau Seperti
Yesus". Kita mengagumi kesucian-Nya, ketulus-ikhlasan-Nya, dan belas
kasihan-Nya. Kita suka akan kelemah-lembutan-Nya dan sifat-sifat
lain-Nya yang mulia. Tetapi kesaksian Tuhan Yesus mengenai
diri-Nya sendiri tidak menonjolkan sifat-sifat ini. Sebaliknya,
Tuhan Yesus menyatakan bahwa Ia datang untuk melayani.
"Sebab siapakah yang lebih besar: yang duduk makan, atau yang
melayani? Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi Aku ada di tengah-
tengah kamu sebagai pelayan" (Lukas 22:27). Kita tidak dapat
mengabaikan saja sifat Tuhan Yesus itu. Jika sikap melayani yang ada
pada kita tidak makin bertambah terhadap Allah dan manusia, maka
kita tidak makin menjadi seperti Yesus.
ALASAN KETIGA dan yang paling meyakinkan untuk menjadi pelayan ialah
karena kekekalan itu sesuatu yang nyata, penting, dan ada untuk
selamanya. "Hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu
langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia
akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya
akan hilang lenyap" (2Petrus 3:10). Dalam segala hal kita harus
ingat akan perkara yang kekal. C.S. Lewis pernah menyatakan, "Semua
yang tidak kekal selamanya usang."
Ijazah sarjana Anda, mobil baru Anda, stereo Anda, reputasi Anda,
dan pakaian Anda yang bagus-bagus, semuanya itu sebenarnya tidak
mempunyai nilai yang kekal jika tidak menambahkan apa-apa kepada
penyelamatan manusia. Semua itu, atau apa saja yang serupa dengan
itu pada zaman Paulus, dimanfaatkan oleh sang rasul untuk
pemberitaan Injil. Dan ia pun menempatkan diri sendiri serta segala
keinginan dan perbuatannya untuk kepentingan itu.
"Sungguh pun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku
hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak
mungkin orang. Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti
orang Yahudi, supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi. Bagi orang-
orang yang hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang
yang hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku sendiri tidak hidup
di bawah hukum Taurat, .... Bagi semua orang aku telah menjadi
segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa
orang dari antara mereka. Segala sesuatu ini aku lakukan karena
Injil." (1Korintus 9:19-20,22-23)
Pada abad ke-19 beberapa penginjil di Guyana Belanda (sekarang
disebut Suriname) ditugaskan untuk memperkenalkan Injil kepada
penduduk asli sebuah pulau di dekat situ. Sebagian besar penduduk
itu menjadi budak di perkebunan-perkebunan besar yang terdapat di
pulau itu. Pemilik-pemilik tanah takut akan Injil serta akibatnya,
dan mereka tidak memperkenankan para penginjil itu berkhotbah kepada
penduduk ataupun berbicara dengan para budak. Mereka hanya
memperkenankan para budak itu berbicara dengan budak-budak lainnya.
Karena itu, para penginjil itu menjual diri sebagai budak agar
mereka dapat menyampaikan Injil kepada orang-orang itu. Dan sebagai
budak, dengan bekerja keras dalam keadaan yang sulit di daerah yang
panas, mereka berhasil menyampaikan Kabar Keselamatan.
Memang sulit untuk melayani orang yang mementingkan diri sendiri dan
tidak ramah. Tetapi Tuhan Yesus berkata bahwa Bapa-Nya selalu baik
terhadap mereka yang mementingkan diri sendiri, yang tidak tahu
berterima kasih dan yang sombong. Mengapa? Karena kekekalan itu
sangat nyata. Jika pelayanan dan kebaikan kita terhadap orang-orang
semacam itu dapat menjembatani jurang yang menghalang-halangi mereka
untuk menerima Kristus, maka hal itu mengobati segala kepedihan hati
serta segala pergumulan pikiran yang kita alami.
Howard Hendricks pernah mengatakan, "Jika seorang tidak mempunyai
pandangan mengenai kekekalan, ia akan lebih memperhatikan apa yang
diperbuat orang lain untuk dirinya, daripada apa yang diperbuatnya
sendiri untuk Kristus." Hal ini tidak jauh berbeda dengan apa yang
kita alami jika kita mencoba melayani orang-orang yang tidak kita
sukai. Kita akan terlalu mementingkan diri sendiri -- perasaan dan
hak-hak kita -- sehingga kita lupa akan kenyataan bahwa Allah
memperhatikan hal-hal itu.
Bagaimana Saya Dapat Memupuk Cara Hidup Demikian?
Masalah utama yang kita hadapi untuk dapat menjalani hidup menurut
kehendak Tuhan ialah karena kita orang-orang berdosa. Pada dasarnya
kita ini makhluk yang hanya mementingkan diri sendiri. Kita terjebak
dalam keasyikan dunia yang memikirkan siapakah yang terbesar dan
bagaimanakah caranya menaiki jenjang ke arah keberhasilan. Jika kita
mendengar sedikit gunjingan, maka kita langsung saja berpikir,
bagaimana hal itu akan mempengaruhi saya?
Jalan keluar yang termudah dari masalah tersebut ialah menyerahkan
diri dan tunduk kepada Yesus Kristus. Kita harus menyerahkan diri
kepada Tuhan untuk menjadi pelayan-Nya, meski kita mengalami
tekanan-tekanan dari berbagai pihak sekalipun. Di sinilah kemurnian
pelayanan itu akan tampak. Kita semua dipanggil agar memberikan
jawaban, dan banyak yang menjawab, "Saya mau," tetapi secara relatif
hanya sedikit saja yang benar-benar menyerahkan diri. Penyerahan
diri adalah suatu tindakan kemauan yang harus diulang setiap kali
ada kesempatan untuk melayani. Jika penyerahan itu sudah menjadi
ciri yang nyata dan sikap hidup kita, pelayanan kita pun akan tumbuh
secara nyata.
Masalah kedua ialah kita harus menghadapi kehidupan, orang-orang,
lingkungan, dan keadaan dengan sikap, "Saya akan melayani seseorang
di sini!" Sungguh mengherankan bagaimana sikap semacam ini dapat
melepaskan kita dari ketakutan-ketakutan kita. Banyak di antara kita
yang merasa sangat tegang; kita tidak yakin akan berhasil; kita
tidak yakin akan diterima; kita berprasangka bahwa mungkin kita akan
menyinggung perasaan seseorang; kita takut akan ini, akan itu, dan
akan hal-hal kecil lainnya. Tetapi, bila seseorang sibuk memikirkan
bagaimana melayani orang lain, maka ia akan terlepas dari banyak
kekuatiran. Oleh karena itu, ambillah inisiatif dan layanilah
seseorang.
Dalam Kitab-Kitab Injil kita tidak membaca bahwa Yesus mencari semua
orang sakit, semua yang lapar, semua yang terganggu jiwanya.
Sebetulnya Ia mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan mereka semua.
Tetapi Ia hanya melayani kebutuhan mereka yang dijumpai-Nya dalam
perjalanan-Nya. Ia melayani keperluan-keperluan mereka yang
dipertemukan dengan Dia oleh Bapa-Nya.
Mengambil inisiatif tidak berarti bahwa Anda harus membebani diri
dengan semua kebutuhan yang diperlukan dunia, tetapi Anda harus
melangkah maju dan melayani kebutuhan mereka yang ada di sekeliling
Anda. Jika Anda kecewa karena merasa tidak mampu melayani, maka
tidak jarang hal itu disebabkan karena Anda mencoba melakukan
terlalu banyak. Barangkali Anda mencoba menyembuhkan sekelompok
orang, padahal Anda seharusnya memusatkan diri pada satu orang.
Persempitlah lapangan kegiatan Anda, bukan untuk mengurangi
pelayanan, melainkan untuk memusatkan perhatian pada apa yang dapat
Anda lakukan secara efektif bagi mereka yang berada di sekitar Anda.
Sebelum Yesus makan jamuan Paskah terakhir bersama murid-murid-Nya,
Ia mengambil air dan mencuci kaki murid-murid-Nya. Tuhan semesta
alam merendahkan diri untuk mencuci kaki yang kotor dari ke-duabelas
orang itu! Lalu ia berkata kepada mereka, "Mengertikah kamu apa yang
telah Kuperbuat kepadamu? Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan
katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. Jadi jikalau
Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun
wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu
teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang
telah Kuperbuat kepadamu." (Yohanes 13:12-15)
Yesus sangat memperhatikan kepentingan orang lain. Dan Ia
mengharapkan agar kita juga berbuat demikian. Jika kita bersungguh-
sungguh ingin menjadi seperti Dia dan membawa berita Injil kepada
dunia yang belum percaya, kita harus mengikuti jejak-Nya.
Rasul Paulus melakukan hal itu. Ia mengatakan, "Sebab bukan diri
kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan dan
diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus" (2Korintus 4:5).
Anda dan saya mendapat keistimewaan untuk secara sukarela menjadi
pelayan-pelayan orang lain bagi kemuliaan Yesus dan keuntungannya
kekal dan berarti.
Bahan diedit dari sumber:
Judul Buku : Dipanggil untuk Melayani
Judul Asli Artikel: Mengapa Orang Harus Hidup Seperti Itu?
Penulis : Ray Hoo
Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, Bandung
Halaman : 19 - 28
e-JEMMi 45/2005