PELAYANAN MEMBERI
Memberi merupakan salah satu karunia rohani. Memberi adalah sebuah
pelayanan rohani dan harus diuji di bawah inspirasi Roh Kudus, bukan
emosi. Pelayanan ini memungkinkan bagi orang percaya hanya karena
keberpihakan kepada Tuhan. Daging tidak punya hak untuk melayani
atau memberi sesuatu pada Tuhan.
PRINSIP-PRINSIP UMUM
Prinsip-prinsip yang mengatur tentang memberi dalam tugas
Penyelenggaraan Kasih Allah telah ditetapkan oleh Tuhan lewat
pernyataan-Nya dalam Markus 9:41:
"Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa memberi kamu
minum secangkir air oleh karena kamu adalah pengikut Kristus,
ia tidak akan kehilangan upahnya."
Lewat analisa pernyataan ini, kita dapat menemukan fakta-fakta
sebagai berikut:
- Yang diberikan hanyalah secangkir air. Pemberian yang tidak
seberapa ini menunjukkan dua hal:
- Bahwa nilai materi satu pemberian bukanlah yang utama, yang
lebih penting adalah sikap hati si pemberi.
- Bahwa tujuan dan maksud pemberian itulah yang akan dinilai di
hadapan Tuhan.
-
Kondisi pemberian:
- Diberikan kepada seorang yang ada dalam Kristus.
- Diberikan kepadanya karena dia ada dalam Kristus.
- Diberikan padanya dalam nama Kristus.
- Pemberian itu akan diperhitungkan oleh Tuhan.
Jelaslah disini bahwa Tuhan tidak memberikan upah untuk semua
pemberian, betapapun besar nilai materinya, jika pemberian itu tidak
memenuhi tiga kondisi di atas.
Pemberian itu harus diberikan dalam nama Kristus, tidak berarti
harus dikatakan dengan mulut. Kristus mengatakan bahwa jika ada dua
atau tiga orang berkumpul dalam nama-Nya, Ia akan hadir di tengah
mereka, namun Ia tidak hadir di gereja di Laodikia meski mereka
bersama-sama memanggil-manggil nama-Nya. Mereka tidak benar-benar
bersekutu dalam nama-Nya, karena ada dosa di antara mereka. Segala
hal yang dilakukan dalam nama-Nya secara benar harus dilakukan oleh
orang yang hidupnya berjalan dalam ketaatan dan persekutuan dengan
Dia, karena hanya jenis yang seperti itulah yang dapat dibimbing
oleh Kristus untuk bertindak berdasarkan kehendak-Nya.
Dari semua ini, dapat diketahui bahwa tidak akan ada orang yang
belum percaya pada Kristus yang dapat berpartisipasi dalam pelayanan
memberi ini. Tidaklah tepat, dan juga tidak adil jika seorang yang
belum percaya diperbolehkan berpikir kalau mereka pun dapat ambil
bagian dalam hak istimewa ini. Tuhan tidak menginginkan atau
membutuhkan harta dari orang yang belum percaya. Orang yang belum
percaya tidak dapat memberikan persembahan yang berkenan bagi Tuhan.
Persembahannya adalah kejijikan bagi Tuhan. Adalah salah untuk
membiarkan dia berpikir bahwa dia bisa mendapat nilai dengan memberi
sesuatu pada Tuhan atau bahwa Tuhan akan menerima persembahannya.
Seorang yang percaya dapat memberi karena pemberiannya telah
disucikan dalam Kristus yang dalam nama-Nya itu diberikan
(bandingkan 3Yohanes 1:6-7; Yesaya 1:10-16; Amsal 15:8; 21:27; 28:9;
Yeremia 6:20; Amos 5:21-24; Kejadian 4:3-5; Yohanes 4:24; 2Korintus
6:14). Dalam pasal yang lain, Tuhan juga menekankan pentingnya
maksud pemberian dan memberikan prinsip dalam hal memberi yang harus
diikuti.
PENGAJARAN BAGI GEREJA
Pengajaran yang diberikan Paulus kepada gereja tentang hal memberi
dapat ditemukan dalam ayat-ayat berikut ini: Roma 12:8; 1Korintus
6:19-20, 16:2; 2Korintus 8:1-4,9,12-15; 9:6-12; 1Timotius 6:17-19;
Ibrani 13:16.
Dalam ayat-ayat tersebut kita dapat melihat bahwa
- Kita semua dan apa yang kita miliki adalah milik Tuhan.
- Memberi harus dilakukan dalam nama Yesus.
- Tujuan memberi harus benar-benar berdasar roh, bukan kedagingan
- Orang yang memberi harus memberi dengan kemurahan hati.
- Pemberian kita diukur berdasarkan keikhlasan kita memberi, bukan
dari nilainya.
- Memberi harus sesuai dengan kemampuannya -- menurut yang
diberikan Tuhan kepadanya.
- Persembahan harus diberikan dengan teratur setiap hari pertama
dalam seminggu.
- Hal itu harus dilakukan secara tersembunyi.
ORANG MISKIN
Perlu diperhatikan dengan seksama bahwa gereja hanya bertanggung
jawab pada orang miskin di gereja (meski secara pribadi, orang
percaya tidak dibebaskan dari tugas moral kepada orang miskin yang
lain) dan pemberian yang diberikan pada mereka juga harus diatur
oleh peraturan tertentu. Peraturan tersebut diberikan dalam
1Timotius 5:4-13, yaitu:
- Si penerima haruslah seorang yang benar-benar percaya yang telah
memperoleh dan memberikan kesaksian yang benar.
- Bantuan harus hanya diberikan bagi orang miskin yang sebatang
kara, yang bertugas merawat keluarganya, dan yang sudah tua atau
memiliki keterbatasan secara fisik yang membuatnya tidak dapat
menafkahi keluarganya.
Peraturan yang mengatur tentang pemberian bantuan keuangan pada
janda-janda tersebut sangat ketat dan bijaksana. Peraturan tersebut
juga harus diterapkan dalam kasus-kasus yang serupa. Orang miskin
tidak dibuat lebih miskin namun diajarkan supaya memiliki iman
langsung pada Tuhan. Akan terlihat bahwa pemberian, yang kebanyakkan
diberikan kepada orang miskin atas dasar sentimen atau emosi atau
dilakukan sebagai perbuatan baik, sangat berlawanan dengan peraturan
yang tertulis di Alkitab. Hal itu tidak menciptakan atau menguatkan
iman tapi justru melemahkannya. Pemberian seperti itu bukanlah buah
sejati dari kasih yang sempurna (Lih. Kisah Para Rasul 6:1; Galatia
2:10; Yakobus 2:15; 1Yohanes 3:17; Lukas 11:41).
DUKUNGAN DARI PEKERJA
Tanggung jawab keuangan gereja terhadap mereka yang bekerja demi
Injil dapat dirangkum sebagai berikut:
- Mereka yang bekerja bagi Injil mempunyai hak untuk hidup oleh
Injil (1Korintus 9:7-14; 2Korintus 12:13; Galatia 6:6;
1Timotius 5:17, 18).
- Penginjil memperoleh dukungan keuangan dari gereja-gereja
(2Korintus 11:8,9; Filipi 4:10-18).
- Sesekali penginjil juga menafkahi dirinya sendiri. Paulus selalu
melayani tanpa dibayar, terkadang ia menafkahi dirinya sendiri,
namun lebih sering mendapat dukungan dari pemberian yang dikirim
oleh gereja, yang telah berdiri (Kisah Para Rasul 20:33,34;
1Korintus 9:1-23; 2Korintus 11:7-9; 12:13-17;
1Tesalonika 2:5,6,9; 2Tesalonika 3:7-9).
- Paulus menasihati para penatua di Efesus untuk menafkahi diri
mereka sendiri seperti yang ia lakukan waktu masih bersama-sama
mereka (Kisah Para Rasul 20:34,35).
PERSEMBAHAN
Apa yang orang percaya berikan adalah pemberian bagi Tuhan karena
itu adalah milik-Nya dan ada karena kasih-Nya. Itu adalah transaksi
antara si pemberi dan Tuhan, yang mengubah sesuatu yang bersifat
materi itu ke dalam wilayah yang benar-benar spiritual. Balasan yang
akan diperoleh si pemberi nanti adalah sepenuhnya spiritual.
Persembahan yang diberikan pada hari pertama di tiap minggu
hendaknya juga dilakukan dengan cara tertentu seperti yang diatur
dalam prinsip memberi. Cara yang paling mampu memenuhi persyaratan
tersebut nampaknya adalah dengan meletakkan sebuah kotak persembahan
di tempat yang tidak terlalu mencolok di dekat pintu. Ini akan
memungkinkan orang dapat memberi dengan cara tersembunyi. Hal ini
juga harus dilakukan hanya pada jam ibadah di hadapan mezbah Tuhan,
sehingga hanya orang percaya saja yang dapat melakukannya. Harus
diajarkan pula bahwa tanggung jawab orang percaya hanyalah pada
Tuhan saja, bukan pada gereja atau para penatua. Apa yang ia beri
adalah pemberian untuk Tuhan sebagaimana Tuhan memerintahkannya;
jika ia tidak memberi, ia juga tidak memberi bagi Tuhan. Orang
percaya lebih banyak yang gagal di hadapan Tuhan daripada di hadapan
gereja. Dia mungkin dapat mengemukakan alasan kenapa ia tidak
memberi di depan gereja; tapi di hadapan Tuhan, dia tidak akan punya
alasan apapun untuk membenarkan diri. Ketika memberi bagi gereja, ia
mungkin hanya akan merasakan sedikit semangat; namun ketika memberi
bagi Tuhan, ia akan mendapatkan kepuasan luar biasa.
Persembahan rutin hendaknya tidak dijalankan dalam kebaktian
lainnya. Kolekte juga hendaknya tidak dijalankan di Sekolah Minggu
atau persekutuan pemuda, persekutuan wanita, dsb. Anak-anak atau
pemuda yang belum mengerti arti keselamatan tidak dapat memberi bagi
Tuhan dan harus menerima pengajaran terlebih dulu. Yang disebut
milik Tuhan adalah para anggota gereja dan mereka harus diajarkan
untuk melakukan apa yang menjadi bagiannya, sebagaimana seharusnya,
serta memberi persembahan mereka dalam kebaktian gereja dengan cara
yang Alkitabiah. Kegiatan seperti misalnya menyuruh anak Sekolah
Minggu yang berulang tahun maju ke depan untuk memasukkan koin yang
jumlahnya sama dengan jumlah umurnya adalah sangat tidak Alkitabiah.
Kegiatan itu bertentangan dengan Alkitab dalam hal-hal berikut:
- Hal itu membuat si pemberi melakukannya dengan terang-terangan
- Hal itu memaksa ia untuk memberi, tanpa melihat apakah ia memang
benar-benar ingin memberi atau tidak
- Hal itu berarti membatasi jumlah yang diberikan
- Hal itu tidak mengindahkan fakta bahwa hal memberi adalah sebuah
karunia Roh dan harus dilakukan di bawah bimbingan Roh
- Hal itu membuat anak memberi yang bukan miliknya dan tidak akan
memberikannya apa-apa (jika ia tidak memberi apa-apa pada Tuhan
yang tidak meminta apa-apa darinya)
- Hal itu membuat mereka yang belum percaya berpikir bahwa
pemberian mereka juga diterima oleh Tuhan.
Banyak acara-acara lain, yang jika dicocokkan dengan Firman Tuhan
akan terbukti tidak Alkitabiah. Seberapa sering ditemui hal-hal yang
dilakukan di dalam gereja Tuhan dan dilakukan dalam nama-Nya
ternyata tidak sesuai dengan peraturan Firman Tuhan?
Tidak bisa disangkal lagi bahwa ketaatan akan peraturan tentang hal
memberi yang ada di Alkitab, tidak terdapat di semua cara-cara
pengumpulan dana atau permohonan sumbangan atau cara lain untuk
menarik donatur, perjanjian, bazaar, dll. Bahkan usaha-usaha
pengumpulan dana tahunan dalam "Missionary Week" dengan segala upaya
pembangkitan emosi mereka seperti memanas-manasi, pemecahan-
pemecahan rekor dan sejenisnya, adalah tidak selaras dengan prinsip-
prinsip rohani dalam hal memberi. (t/ary)
Bahan diterjemahkan dari:
Judul Buku : The New Testament Order for Church & Missionary
Judul Artikel Asli: The Ministry of Giving
Pengarang : Alex Rattray Hay
Penerbit : The New Testament Missionary Union, Argentina,>
1947
Halaman : 363 - 367
e-JEMMi 44/2005