|
Resources |
|
|
|
|
Artikel
Artikel-artikel MISI |
Bahan PA
Misi Allah Bagi Dunia & Para Pengubah Dunia |
Cerita Misi
Alkitab di Seluruh Dunia : 48 Kisah Nyata |
Buku
Buku-buku Misi |
|
Doa |
|
Info |
|
|
|
|
|
|
|
| |
|
artikel 124 dari 163 artikel |
|
|
|
MENEMPATKAN PERSPEKTIF PELAYANAN
Pelayanan: Bagaimana Anda mendefinisikannya? Tiap orang mengartikan
kata itu berbeda-beda, dan begitu banyak definisi karena begitu
banyak pula bidang pelayanan. Jika Anda menjadi Kristen pada usia
muda dan selanjutnya mulai menghadiri kebaktian di sebuah gereja
kecil di desa, maka konsep Anda tentang pelayanan akan dibentuk oleh
pengalaman itu. Tapi jika mungkin Anda menjadi Kristen ketika telah
dewasa atas usaha dari sebuah organisasi pelayanan penginjilan yang
tidak terikat satu denominasi gereja. Pengalaman pertama Anda
tentang pelayanan mungkin terjadi di dalam konteks sebuah kegiatan
pengajaran Alkitab di rumah yang diajar oleh seorang pemimpin yang
tidak mewakili sebuah gereja. Dua contoh di atas menggambarkan
beberapa dari banyak perbedaan yang ada pada pelayanan. Namun bukan
berarti pelayanan yang satu benar dan yang lain tidak. Perbedaan itu
secara sederhana telah menunjukkan banyaknya unsur-unsur yang
berbeda yang ada pada sebuah pengalaman seorang terhadap pelayanan
yang begitu luas itu.
Banyak orang mengalami pertobatan lewat pelayanan gereja lokal
sehingga karenanya memiliki pandangan tentang metode pelayanan yang
sama dengan gereja. Meski demikian, bahkan dalam lingkup ini pun,
masih begitu banyak jenis pelayanan yang berbeda-beda tergantung
pada ukuran gereja, denominasi, tradisi gereja, dan gaya
kepemimpinan gembala sidang. Tiap-tiap unsur itu akan mempengaruhi
bagaimana hal yang disebut pelayanan itu dikerjakan. Tradisi, baik
yang lama atau baru, sangat mempengaruhi perspektif orang tentang
pelayanan.
Ada banyak orang lain yang datang pada Kristus lewat kegiatan
penginjilan misionaris dari luar negeri. Orang-orang ini melihat
bahwa cara pelayanan yang dilakukan di negara mereka juga
menunjukkan bagaimana seharusnya pelayanan dilakukan di seluruh
dunia. Dan ketika mereka mengunjungi bagian dunia yang lain serta
melihat perbedaan-perbedaan perspektif mengenai pelayanan, mereka
pun mengajukan sebuah pertanyaan sederhana: "Apakah pelayanan itu?
Jawabannya, bagaimana pun tidak sesederhana seperti halnya ada
begitu banyak konsep-konsep umum yang kurang tepat mengenai bukti
kepelayanan dalam gereja sekarang ini.
Konsep Yang Salah Tentang Pelayanan
Sebelum mencoba menjawab pertanyaan di atas, kita akan terlebih dulu
mengenali mana yang pelayanan dan mana yang bukan. Mengetahui hal
ini akan membantu kita dalam menghindari beberapa konsep umum yang
salah mengenai pelayanan dan menolong kita menentukan mana yang
benar.
Pelayanan Bukanlah Sebuah Badan Sosial
Banyak gereja terlibat dalam kegiatan memberi bantuan kebutuhan
masyarakat kita, (seperti pelayanan gelandangan, para janda, dan
berbagai kelompok lain). Keterlibatan mereka di kegiatan-kegiatan
itu sesuai dengan ajaran Alkitab tentang memberi pakaian bagi mereka
yang telanjang, memberi makan mereka yang lapar, dan mengunjungi
yang terpenjara, janda-janda, dan anak-anak yatim (Yakobus 1:27;
Matius 25:35-36). Kesulitan timbul saat program-program ini telah
menjadi yang paling utama sehingga membuat gereja berhenti memenuhi
tuntutan tugas utama mereka untuk membawa jiwa-jiwa yang terhilang
serta pendidikan moral. Ada beberapa fungsi dari Alkitab yang
berbeda-beda, yang hanya bisa dilakukan oleh gereja. Di sini kita
harus menyeimbangkan keduanya. Ketika gereja berhenti berfungsi
sebagai gereja, karena program-program sosial telah mengaburkan
visinya yang lebih dari sekedar badan sosial.
Gereja Bukanlah Sebuah Institusi Pendidikan
Ini adalah kesalahan konsepsi yang umum terjadi pada banyak murid
sekolah Alkitab baru. Mereka datang ke kampus dan menikmati
pengajaran Alkitab yang di ajar oleh seorang profesor terkenal;
mereka mengalami jam-jam ibadah harian bersama seorang pembicara
yang dinamis. Pengalaman di sekolah itu tentunya seringkali
mempengaruhi mereka untuk mempraktekkan hal yang sama di gereja.
Namun gereja, seperti yang Kristus inginkan, hendaknya menjadi lebih
dari sebuah tempat pendidikan Alkitab. Ada banyak komponen dari
gereja Perjanjian Baru yang tidak dapat dilakukan oleh sekolah
Alkitab. Oleh karena itu, kita seharusnya tidak melihat hal tersebut
sebagai pengganti pelayanan gereja.
Gereja Bukanlah Sebuah Program
Banyak gereja memiliki bermacam program yang dibuat untuk melayani
kebutuhan komunitasnya (AWANA, VBS, kelompok pemuda). Beberapa
gembala pada hari-hari ini mengukur efektivitas pelayanan mereka
berdasarkan berapa banyak orang yang dapat mereka libatkan dalam
program gereja mereka. Jika tidak hati-hati, gembala tersebut dapat
jatuh ke dalam godaan untuk lebih mempromosikan program gereja
mereka daripada mengenalkan Yesus, yang selanjutnya akan membawa ke
asumsi yang salah bahwa pelayanan adalah sekedar menerapkan program
baru setiap beberapa bulan. Namun pelayanan yang sejati adalah lebih
dari sebuah program.
Pelayanan bukanlah sebuah bangunan.
Bagi jemaat muda, sangat mudah untuk menyamakan pelayanan gereja
dengan bangunan. Mereka berkata pada kawan mereka, "Aku akan bertemu
denganmu di gereja sepulang sekolah nanti." Pernyataan itu
memperlihatkan sebuah kesalahan konsep yang umum terjadi di antara
orang Kristen yang seringkali membatasi pelayanan gereja mereka
dalam batasan sebuah bangunan. Gereja, seperti yang disebut dalam
Perjanjian Baru, tidak hanya terbatas pada sebuah gedung atau lokasi
geografis. Gereja Perjanjian Baru berbicara tentang orang-orang yang
percaya pada Kristus yang memilih untuk berkumpul bersama. Mereka
tetap disebut gereja di mana pun mereka bertemu, di sebuah gedung,
taman, atau di pinggir danau. Sebuah bangunan bukanlah persyaratan
penting untuk sebuah pelayanan gereja dalam memenuhi Amanat Agung.
Bangunan-bangunan memang dapat memberikan pengaruh dalam hal
efektivitas pelayanan komunitas lokal. Bahayanya adalah ketika ada
yang menyamakan bangunan gereja dengan pelayanan gereja.
Gereja Bukanlah Sebuah Organisasi
Kesalahan konsep tentang pelayanan yang terakhir ini juga seringkali
dialami orang Kristen. Hal ini sangat sering terjadi pada orang
Kristen yang beribadah di gereja yang besar. Kekaguman muncul akan
gaya dan cara-cara pengorganisasian gereja yang besar itu. Tuhan
telah memanggil kita untuk menjadi pelayan di lingkungan kita, dan
tidak ada yang salah dengan semua prinsip administrasi gereja.
Bahaya muncul ketika orang Kristen melihat pelayanan gereja sebagai
sama dengan lingkup dan arti sebuah organisasi. Mereka melihat bahwa
keduanya memiliki anggota, dana, staf, tata tertib pekerja,
pembagian kerja, struktur organisasi, tujuan, titik berat dan
sebagainya. Jika tidak hati-hati, tata cara dan prosedur tersebut
dapat membuat orang Kristen melihat bahwa gereja tidaklah lebih dari
sekedar organisasi yang bertitik berat pada kekristenan. Namun
gereja bukanlah sebuah organisasi. Berdasarkan Alkitab, gereja
adalah sebuah organisme (kesatuan hidup). Gereja adalah tubuh
Kristus yang berinkarnasi di dunia saat ini.
Sejarah Awal Pelayanan
Secara teologis dikatakan, gereja bermula dari dalam pikiran Tuhan.
Alkitab berkata bahwa sebelum dosa masuk ke dunia, Tuhan telah
merencanakan keselamatan bagi manusia (Ef 3:9-11; 1Pet 1:20). Tuhan
telah mempunyai rencana bahwa Kristus akan lahir ke dunia sebagai
manusia, berinkarnasi untuk tujuan penebusan. Dia adalah anak domba
yang dipilih Allah untuk menghapuskan dosa manusia di dunia (Yoh
1:29) dan memulihkan hubungan manusia dengan Bapanya di surga
kembali. Tuhan telah memerintahkan supaya Kristus menjadi korban
penebusan bagi manusia lewat kematian-Nya di kayu salib. Dilihat
dari segi sejarah, gereja dimulai pada Hari Pentakosta. Perayaan
Pentakosta adalah sebuah festival hari raya panen orang Yahudi yang
diadakan 50 hari setelah perayaan Paskah Yahudi. Orang-orang
berdatangan ke Yerusalem setelah mereka memetik hasil panen mereka
dan bersemangat untuk merayakan panen mereka yang berlimpah. Itu
juga merupakan waktu bagi mereka untuk merenungkan asal mula
kepercayaan mereka sambil mengucap syukur pada Tuhan yang telah
memberikan mereka 10 Perintah di gunung Sinai. Pada konteks inilah
kitab Kisah Rasul mencatat kelahiran gereja: "Ketika tiba hari
Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat. Tiba-tiba
turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang
memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; dan tampaklah kepada
mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap
pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus,
lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti
yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya"(Kis
2:1-4). Pedagang dari berbagai belahan dunia yang datang ke
Yerusalem untuk menghadiri festival itu menjadi begitu takjub
melihat fenomena yang sedang terjadi ini. Petrus lalu berdiri di
tengah-tengah keramaian ini dan mulai berkhotbah yang membuat
sekitar 3000 orang bertobat. Gereja telah bangkit. Keanggotaan awal
mereka terdiri lebih dari 3120 orang (bdk Kis 1:15, 2:41)(t/ar).
Bahan diterjemahkan dari sumber:
Judul Buku : Foundations of Ministry -- An Introduction to
Christian Education for A New Generation
Judul Artikel: Putting Ministry in Perspective
Penulis : Michael J. Anthony
Penerbit : A BridgePoint, USA, 1992
Halaman : 13 - 15
e-JEMMi 39/2005
|
|
|
|
|
| |
|
|
|
|
|
|
|