SAYAP-SAYAP "BURUNG BESI" PEMBAWA KABAR BAIK
Keindahan Bumi Cendrawasih memang menakjubkan. Hamparan luas bukit,
pegunungan, dan lembah yang curam memberikan panorama nan eksotis.
Namun kondisi alam seperti ini juga manjadi tantangan tersendiri
bagi mereka yang melayani berbagai kebutuhan penduduknya.
Masalah transportasi adalah kendala utama bagi wilayah kepulauan
Indonesia yang memiliki 250 kelompok suku yang tersebar di medan
belantara yang terjal ini. Alat transportasi udara menjadi
alternatif yang paling memungkinkan untuk menjangkau mereka. Itu pun
hanya bisa diterobos dengan pesawat-pesawat ringan yang mampu take-
off dan mendarat di 500 air strip (landasan rumput yang panjangnya
250-600 m untuk pendaratan pesawat terbang kecil).
Membawa Kelegaan
Dua belas tahun lalu, Summer Institute of Linguistics (SIL), yang
terbeban dalam bahasa lokal, menghadapi kendala transportasi. Untuk
menjawab kebutuhan adanya alat transportasi yang cepat guna
meningkatkan gerak laju para pelayan Tuhan, dibentuklah Yayasan Jasa
Aviasi Indonesia (YAJASI).
Dimulai dengan sebelas orang (warga asing dan Indonesia) dan
mengelola lima pesawat ringan milik Universitas Patimura dan
Universitas Cendrawasih. Sekarang YAJASI juga mempunyai satu pesawat
Helio Courier buatan tahun 1969 dan satu pesawat baru tahun 2004
Turbo Prop buatan Swiss. Pesawat-pesawat tersebut sekarang terbang
melayani kebutuhan warga Papua untuk saling berinteraksi, seperti
burung-burung besi yang membawa Kabar Baik bagi orang-orang yang
menyambutnya. Mereka dinantikan oleh petugas-petugas kesehatan,
guru-guru, pelayan Tuhan yang membawa pencerahan dan siraman rohani.
Bahkan, kehadirannya juga dibutuhkan untuk membawa berbagai
kebutuhan dari kota ataupun mengangkut hasil bumi ke kota. "Kepakan-
kepakan" sayapnya melegakan masyarakat Papua.
Zero Accident
Selama dua belas tahun melayani di Papua dengan pilot-pilot
profesional yang tidak mendapat bayaran, YAJASI bisa mendapat
prestasi "zero accident", bukan karena prinsip yang mereka anut,
keselamatan penerbangan adalah di atas segalanya, juga karena
segenap personil YAJASI percaya bahwa Tuhan Yesus menjaga mereka.
Mereka tahu apa yang mereka kerjakan adalah untuk membawa orang-
orang Papua lebih mengenal Tuhan saat berinteraksi dengan pelayan
Tuhan dan orang-orang yang mengabdikan diri pada Yesus.
Tahun ini, JAARS, salah satu penyumbang pesawat YAJASI, merencanakan
menambah pesawat armada lagi. Ini menjadi kabar gembira bagi dunia
penerbangan di Papua dan penjangkauan Injil.
Tantangan Operasional
Tantangan yang sekarang dihadapi oleh YAJASI adalah biaya
operasional, perawatan, dan terutama harga bahan bakar yang semakin
mahal. Komitmen YAJASI untuk memberikan layanan penerbangan yang
terjangkau masyarakat pedalaman mendapat tantangan berat. Tantangan
yang lain adalah medan Papua yang berat sehingga sangat berbahaya
dan memerlukan para pilot profesional yang mempunyai jam terbang
tinggi dan bernyali besar. Ada satu tantangan yang agaknya perlu
penyadaran yang terus-menerus, tidak banyak pilot profesional
Indonesia yang mau mengabdikan diri untuk menerbangkan pesawat-
pesawat YAJASI ini, padahal pilot-pilot asing yang masih ada akan
terkendala oleh izin dari pemerintah.
Kebutuhan YAJASI saat ini adalah satu unit pesawat dengan kepasitas
angkut 1.450 kg sehingga pelayanan pengiriman barang dari dan ke
pedalaman dapat berlangsung lebih ringkas dan hemat. Jika ada teman-
teman yang ingin menjadi bagian dari pelayanan ini bisa menghubungi
Catur Firnoyoso (Kepala Perwakilan YAJASI Jakarta, PO. BOX 1561 JKS
12150, telp. 021-75816272, 021-75816425, Fax. 021-7505206 atau email
< catur_firnoyoso(at)sil.org > ).
Bahan diedit dari sumber:
Judul Majalah : Bahana Juli 2005 vol. 171
Judul Artikel : Sayap-sayap "Burung Besi" Pembawa Kabar Baik
Penulis : Firnoyoso, Bay, Ugie
Penerbit : Yayasan Andi, Yogyakarta
Halaman : 47
e-JEMMi 32/2005