"
PANGGILAN BAGI PELAYANAN MISI KOTA"
Dalam Alkitab, panggilan untuk terlibat dalam pelayanan misi kota
bermula dari Nabi Yunus dan perintah Tuhan untuk pergi ke Niniwe
dan mengabarkan Firman Tuhan di sana (Yunus 1:2; 3:2). Paulus dan
rasul-rasul lain dalam Perjanjian Baru menyerap pelayanan misi ini
dan menerapkannya untuk pelayanan di kota-kota pada zaman mereka.
Pada pokok bahasan berikut ini kita akan merefleksi kehidupan Yunus
yang memulai pelayanan kerasulan bagi masyarakat kota.
Alkitab menyebutkan bahwa Niniwe adalah sebuah "kota megah" (Yunus
1:2). Berkat Tuhan dicurahkan secara melimpah di Niniwe. Kota ini
tidak hanya merupakan kota metropolitan besar -- ibukota dari
kekaisaran yang kuat, namun kota ini juga terkenal karena
keindahannya. Banyak orang menganggap Niniwe sebagai kota terindah
yang pernah dibangun di bumi ini. Secara militer, Niniwe tampaknya
tak terkalahkan. Menurut kabar, setidaknya pada zaman dahulu, kota
ini membangun benteng pertahanan di luar kota yang membentang
sepanjang 60 mil dan di dalam kota dibangun tembok-tembok setinggi
100 kaki. Kereta kuda berjajar tiga dapat melintas di atas benteng
yang dibangun. Untuk membangun istana raja di Niniwe dibutuhkan
10.000 budak selama 12 tahun. Taman-taman kota dan bangunan-bangunan
umum lainnya sangat tersohor di dunia. Niniwe telah berdiri selama
1500 tahun, yang membuat kebanyakan kota besar lainnya tampak
seperti baru berkembang. Niniwe benar-benar adalah "kota megah".
Niniwe yang disebutkan dalam Alkitab juga mewakili atau menjadi
simbol kota pada zaman kuno dan modern. Niniwe adalah kota berbudaya
sekaligus kota yang penuh ketidakadilan, penindasan, dan kekerasan.
Kejahatan kota inilah yang dikatakan Allah sebagai masalah utamanya
dan menjadi alasan mengapa pelayanan misi Yunus sangat diperlukan
(Yunus 1:2).
Di samping keindahan dan kekuatannya, Niniwe juga merupakan kota
yang akan dihakimi. Kota ini menyembah berhala dan seluruh kehidupan
ekonomi dan politiknya didasarkan pada eksploitasi negara-negara
yang lemah, penaklukan secara militer, dan perbudakan. Nabi Nahum
dengan jelas menggambarkan Niniwe sebagai pengkhianat bangsa-bangsa
dan sebuah kota persundalan (Nahum 3:4). Segala jenis sifat buruk
dan sihir banyak dilakukan dan bahkan pengembangan artistiknya telah
dikotori oleh percabulan dan penyembahan berhala. Dengan tegas Nahum
menyebut Niniwe sebagai "kota penumpah darah" (Nahum 3:1) karena
kekejamannya dan perampasan yang dilakukannya menyebabkan kota itu
mendapat julukan tersebut.
Allah sangat mengenal seperti apa kota itu; kejahatannya telah
membangkitkan murka-Nya. Dosa kota itu bersifat individual, karena
dilakukan secara individual oleh ribuan penduduk Niniwe. Tapi dosa
mereka juga bersifat kolektif karena merupakan jumlah total dari
kehidupan Niniwe, baik budaya maupun keberhasilan-keberhasilannya
menunjukkan kejahatan-kejahatan yang dilakukannya. Roh Kain dan
Lamekh jelas sekali di sana. Ini merupakan sebuah konspirasi dari
suatu kemurtadan. Kehidupan orang-orang Niniwe benar-benar telah
rusak, dan harapan satu-satunya bagi kota itu ialah jika terjadi
pertobatan nasional seluas dan sedalam dosa yang telah mencemarinya.
Makna Kitab Yunus bagi pelayanan misi kota dapat dipelajari dari
berbagai segi. Para ahli strategi misi melihat pola yang lazim di
dalamnya, yaitu Allah mengutus pembawa pesan-Nya, untuk pergi ke
kota itu dan memberitakan Firman Allah, dan diharapkan hasilnya
ialah penduduk kota bertobat dan berbalik kepada Allah. Dari
pandangan strategi misi, Yunus merupakan model utusan misi sepanjang
masa.
Ahli teologi tergugah oleh fakta bahwa inisiatif misi ternyata
justru diambil oleh Allah. Kisah ini memang tentang Yunus, namun
tokoh utama sebenarnya bukanlah manusia, melainkan Allah sendiri.
Allah memanggil nabi itu dan mendesaknya hingga ia mau taat. Belas
kasihan Allah terhadap kota yang jahat inilah yang mendorong seluruh
usaha penginjilan di sana, meskipun Yunus sendiri enggan dan suasana
hatinya buruk. Ini benar-benar misi Allah dan sama sekali bukan misi
Yunus. Allah menginginkan Niniwe diselamatkan, dan oleh anugerah-Nya
Ia memaksa nabi itu bertindak dan membawa kota itu pada pertobatan.
(Untuk penjelasan yang lebih rinci mengenai misi Yunus ke kota
Niniwe, bacalah buku Roger S. Greenway, "Apostles to the City:
Biblical Strategies for Urban Missions" (Grand Rapids: Baker, I978),
hal. 15-28.)
Hal yang menonjol, misi Yunus merupakan sebuah tanda panggilan Allah
kepada umat-Nya untuk memberitakan pesan pertobatan dan keselamatan
kepada kota-kota, termasuk kota-kota yang kejahatannya sedemikian
mengerikan yang terancam dengan pembinasaan kekal. Meskipun Niniwe
memiliki banyak kekurangan, ia begitu penting di mata Allah, dan
Allah menghendaki pesan-Nya diberitakan di seluruh jalanan kota
Niniwe. Tugas Yunus, untuk selanjutnya merupakan tugas bagi umat
Allah secara keseluruhan, yaitu untuk pergi menjadi utusan bagi
Allah melawan benteng kekuasaan dan kejahatan serta bergabung dengan
Allah dalam pergumulan antara menjatuhkan penghakiman dan
menunjukkan kasih karunia bagi kota ini.
Kisah Yunus dan apa yang terjadi di kota Niniwe sudah sepantasnya
menjadi bahan analisa dan refleksi terus-menerus. Seperti halnya
pelayanan kota mulai di kota Niniwe beberapa abad yang lalu, saat
ini pun pelayanan seperti itu seharusnya dimulai lagi. Allah masih
berbicara melalui Yunus tentang sifat dasar pelayanan kota, belas
kasihan Allah terhadap penduduk kota, dan keinginan-Nya agar mereka
mendengarkan firman-Nya. Kisah Yunus juga mengingatkan kita tentang
roh pemberontakan utusan Allah yang menolak untuk mengakui kota-kota
sebagai tempat yang strategis untuk pelayanan misi.
Bayangkan bagaimana ceritanya akan berubah jika Yunus tetap melayani
di kota Niniwe, mengajarkan hukum-hukum Allah, menegakkan keadilan,
dan melayani sebagai terang bagi negara penyembah berhala itu,
sebagaimana halnya panggilan yang harus dilakukan bangsa Israel
dalam Yesaya 42:1-9. Yunus mungkin akan mengirim pesan kepada teman-
temannya para nabi di Israel, memberitahukan kepada mereka bahwa ada
pertobatan besar yang terjadi di kota Niniwe, dan mendorong mereka
untuk bergabung bersama-sama dengannya untuk melanjutkan pelayanan
yang telah dimulainya. Mungkin hal ini akan menjadi hari yang baru
bagi bangsa Israel -- titik balik yang penting tentang pemahaman
mereka akan Allah dan khususnya tentang perhatiannya bagi dunia,
bahkan bagi kota sejahat Niniwe. Israel mungkin akan melihat
pemikiran mereka sebagai bangsa pilihan dari sudut pandang yang
baru, yaitu mereka adalah bangsa yang dipilih menjadi menjadi utusan
Allah bagi dunia.
Tetapi Yunus menolak untuk melakukan pelayanan di kota Niniwe.
Kegagalan secara keseluruhan dari misi itu tercuat dari Yunus dan
penolakan bangsa Israel karena kekerasan hatinya untuk memahami,
baik perhatian Allah bagi semua bangsa maupun tanggung jawab orang
Yerusalem untuk menjadi terang bagi "Niniwe" dunia ini. Roh Kudus
memberi inspirasi untuk menulis kitab pendek ini dan memasukkannya
dalam Kitab Suci dengan tujuan untuk menunjukkan kesalahpahaman
teologis bangsa Israel. Kitab Yunus bermanfaat, bagi bangsa Israel
kuno demikian juga bagi gereja Kristen saat ini, untuk menjadi
buku yang memberikan pengajaran, teguran, dan untuk mengingatkan
tentang pentingnya pelayanan misi.
Seperti kita ketahui, Yunus meninggalkan kota, dan pertobatan Niniwe
berlangsung sebentar. Akhirnya kota Niniwe dihancurkan. Namun Yesus
tetap menyatakan kesungguhan pertobatan orang Niniwe: "Pada waktu
penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini
dan mereka akan menghukumnya. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat
waktu mereka mendengarkan pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang
ada di sini lebih dari pada Yunus!" (Lukas 11:32) Sejak kedatangan
Yesus, isu tentang kota-kota dan penduduknya terus menjadi perhatian
akan apa yang dilakukan Kristus dan Injil-Nya.
Pertobatan Niniwe, walaupun hanya sekejap, menunjukkan apa yang
dapat terjadi di kota dan lingkungan sekitarnya kalau Firman Allah
diberitakan dan Roh-Nya melawat kota itu. Yang menyedihkan adalah
kisah Niniwe hanya diingat dalam kisah sejarah keagamaan sebagai
kegagalan dari suatu kesempatan yang diberikan, tapi tidak diingat
sebagai dimulainya suatu gerakan besar dari kerajaan Allah.
Isu tentang Niniwe masih menjadi tantangan besar yang harus dihadapi
umat Allah. Dalam era urbanisasi yang terjadi di seluruh dunia saat
ini, apakah umat Allah mau menangkap peluang untuk memberitakan
Injil ke Niniwe modern, atau justru mereka berpaling seperti yang
dilakukan Yunus -- lebih memilih pelayanan di tempat-tempat yang
tidak terlalu mengancam? Dan jika mereka menjangkau kota-kota,
seberapa luas berita keselamatan itu disampaikan? Apakah berita itu
bisa menyentuh sampai kepada kejahatan-kejahatan kota yang
tersembunyi di berbagai tempat? Apakah berita itu bisa mengundang
pertobatan dari pusat-pusat pertokoan, pusat-pusat jalan, dan juga
ke pusat pemerintahan kota?
Pasal-pasal penutup Kitab Yunus menyiratkan kesedihan karena membuka
topeng dari kegagalan seorang nabi. Namun, pasal-pasal itu sangat
luar biasa bila dilihat dari sisi teologi dan struktur kerja bagi
pelayanan misi kota. Dengan kata-kata yang penuh perasaan, Allah
menyatakan diri-Nya sebagai ahli demografi yang menghitung populasi
kota dan memperhatikan penduduk kota termasuk binatang-binatang yang
ada. Penyembahan berhala, kekejaman, dan keserakahan penduduk Niniwe
tidak luput dari perhatian Allah.
Seluruh rincian pelayanan kota tersirat dalam pewahyuan dalam Kitab
Yunus ini. Allah telah menjadi inisiator dan direktur dari
perusahaan misionari. Dia menumbuhkan tanaman-tanaman hijau dan
menentukan urutan penciptaan bagi kesejahteraan manusia. Namun
perhatian utama-Nya lebih dikhususkan kepada manusia. Demi
keselamatan mereka, Allah mengutus para nabi-Nya dan juga Putra-Nya,
untuk menjangkau kota.
Bahan diterjemahkan dan diedit dari sumber:
Judul Buku : CITIES -- Mission`s New Frontier
Judul Artikel: The Call to Urban Mission
Penulis : Roger S. Greenway and Timothy M. Monsma
Penerbit : Baker Book House, Grand Rapid Michigan, 1989
Halaman : 9 - 12
e-JEMMi 15/2005